FOUR - Tak Sadarkan Diri.

295K 16.8K 275
                                    

Suara teriakan perempuan menggema di telinga Belva yang sekarang tengah berjalan sembari membawa makaroni. Cewek itu melambatkan kunyahannya lalu menatap kerumunan itu dengan alis terangkat.

"Lina, itu ada apaan?"

"Pertandingan bola. Biasa, anak laki laki paling."

"Oh gitu ya."

"Kak Nathan! Ayo! Kak!"

"Nathan! Nathan!"

Teriakan itu membuat Lina menunjukkan senyumnya, "Ada Kak Nathan, ayo!" Lina pun segera menarik Belva mendekati kerumunan itu. Belva yang tak siap hanya mengangguk mengiyakan.

Mereka berdua menyela di antara kerumunan itu dan sampai di yang paling depan. Memang, agak susah untuk menyelanya, karena hampir saja mereka mati di tempat karena kehabisan oksigen.

Sekarang, Belva melihat jelas pertandingan sepak bola yang sekarang sedang berlangsung. Ada Nathan, dan.. entah siapa lawannya.

Belva meraih beberapa butir makaroninya dan memasukkannya kedalam mulut.

"Aaaaw! Anjir, sakit, tau!" Makaroni terlepas dari tangan Belva dan sekarang cewek itu terduduk di tanah sembari memegangi kepalanya.

Pusing di kepalanya kembali mendera, sakit sekali, bahkan rasanya ingin pingsan.

Suara langkah kaki terpogoh pogoh datang menghampiri Belva, "Hei, lo nggak papa?" Sebelum melihat siapa orangnya, mata Belva sudah tertutup duluan karena tak kuasa menahan pusing yang mendera kepalanya.

***
Mata Belva terbuka, hal yang pertama dilihatnya adalah seorang penjaga UKS yang tengah membereskan kotak obat.

"Udah sadar, dek?" Tanya perempuan yang di kenal bernama Sarah.

"Eum.. maaf, Kak. Kenapa saya bisa ada disini?" Belva memegang kepalanya dan memijitnya pelan.

"Tadi kamu pingsan, terus ada yang bawa kesini."

"Siapa, Kak?"

"Ada, cowok, tadi orangnya udah balik ke kelas. Dia bilang maaf katanya, dia juga nggak bisa nungguin karena jam pelajaran udah mulai." Belva masih diam, menunggu kelanjutan cerita Sarah, masalahnya, jawaban siapa nama orang tersebut belum terjawab.

"Kakak ada perlu sebentar, kamu disini aja. Gue sebentar, kok." Kemudian Sarah pergi meninggalkan Belva yang masih menautkan alisnya berfikir siapa yang mengantarnya kesini dan siapa yang menendang bola ke kepalanya. Siapapun orangnya, Belva malah kesal. Pasalnya, ia benci saat sesuatu benda keras menghantam kepalanya. Apakah Nathan?

***
Belva berjalan terpogoh pogoh menghampiri Nathan yang sekarang berada di parkiran sekolah bersama kedua temannya.

Ia sembari memegang jangka yang tadi di pinjamnya. Cewek itu ingin sekali meledakkan amarah tapi disisi lain Nathan telah meminjamkannya sebuah jangka.

"Kak Nathan!" Nathan yang merasa namanya terpanggil pun langsung menoleh.

"Heh, Kak, pasti lo kan yang tadi nendang bola ke gue?! Maksud lo apa, hah? Gue juga tau yang bawa lo ke UKS gue, ya gue berterima kasih atas hal itu. Tapi, gue kesel kenapa lo haru nendang bola itu ke kepalanya gue!" Semua diam, tak ada yang membalas termasuk juga Nathan yang sudah malas mendengar ocehan perempuan, apalagi Belva.

"Gue balik." Balas Nathan, tapi tidak pada Belva, cewek itu pun menggeram dalam hatinya.

Nathan menyalakan mesin motornya lalu memakai helmetnya, "Woy, Kak! Jawab kek! Eh, lo jadi cowok pengecut banget, sih!" Perkataan itu tak sama sekali Nathan hiraukan. Ia? Pengecut? Sabodo amat, pikirnya.

My Cold Boyfriend (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang