SIXTY EIGHT - Terpancing.

89.7K 5.6K 410
                                    

"Jika ada seseorang yang menyuruhmu untuk mencintai diri sendiri lebih dari kamu mencintainya. Cepat genggam, jangan biarkan ia pergi."

***

"Belum. Kenapa, sih?"

"..."

"Iya. Aku tidur. Masih terus mau lanjut, nih?"

"..."

"Oke, bye."

"..."

"Love you too."

Ponsel berwarna biru laut itu terlempar ke atas ranjang ketika seseorang tiba-tiba masuk kedalam. Belva otomatis menoleh, terkejut mendapati Bara berdiri disana dengan setelan kemeja dan jas yang tersampir di bahunya. Sepertinya, cowok itu baru saja pulang kerja.

"Eh-emm K-Kak Bara, tumben kesini." Belva berusaha tersenyum seperti biasa, namun ternyata Bara jauh lebih pintar mengetahui bahwa Belva merasa terkejut.

"Kenapa kaget? Ketauan pacaran?"

Belva menggeleng pelan. "Ng-nggak, Kak."

Tatapan Bara berubah menjadi lebih nyalang, dahinya membentuk garis keras dan perlahan ia melangkahkan kakinya mendekati Belva.

"Bisa nggak sekolah yang bener? Nggak usah macam-macam?"

Belva menautkan jemarinya satu sama lain, berusaha menetralkan dadanya yang bergemuruh kencang. "Aku.. aku sekolah bener, Kak."

"Bener? Ini apa?" Bara melempar ponselnya ke atas kasur Belva, di layar itu terpampang foto Nathan yang merebahkan kepalanya di paha Belva. Persis apa yang ia dan Nathan lakukan tadi siang di sekolah.

Shit. Siapa yang berani melakukan ini?!

"Kakak dapet darimana?"

"Nggak penting. Jadi ini bener? Ini yang kamu sebut belajar?"

Belva menelan salivanya susah payah. Ia memikirkan kata apa yang harus di keluarkan agar kakaknya ini bisa percaya kepadanya.

"I-itu.." Belva memejamkan matanya, menghembuskan napas perlahan. "Itu bukan apa-apa. Kakak nggak usah khawatir."

Bara tertawa sengit, lalu membasahi bibirnya yang sedikit kering. "Khawatir? Sorry. Gue sama sekali nggak khawatir sama lo. Tapi gue khawatir sama Mama, gue takut akhirnya dia kecewa punya anak kayak lo."

Mata Belva melebar, memerah secara bersamaan. Ia tak mengerti kata-kata yang terlalu rumit dari mulut Bara. "K-Kak, aku bakal belajar--"

"Gue perlu bukti. Buktiin kalau lo emang nggak akan ngecewain Mama. Kalau sampai iya, nggak segan gue bakal nyingkirin lo." Aura tak bersahabat sangat mendominasi wajah Bara. Jika Belva belum mengetahui siapa dirinya sebenarnya, mungkin saja perkataan Bara sudah sangat tidak wajar untuknya. Namun, kali ini Belva tahu, dan ia memaklumi bahwa Bara berkata seperti itu.

Bara menatap Belva tajam, lalu meraih ponselnya dan membalikkan badannya menuju pintu. "Satu lagi," cowok itu kembali berbalik. "Bila perlu, lo putusin cowok itu. Lo nggak butuh hal kayak gitu."

Belva terduduk di lantai kamarnya yang dingin ketika Bara sudah menutup pintu. Ia menggeleng, meneteskan beberapa bulir airmatanya. Pikirannya terlempar pada Nathan. Tidak mungkin jika ia harus memutuskan cowok itu, apalagi hubungan mereka baru saja membaik akhir ini.

Kali ini, Belva tidak akan melepaskan apapun yang sudah menjadi bagian hidupnya. Tidak lagi. Mungkin akan ada cara lain, ia harus memperbaiki ini semua. Sendirian.

My Cold Boyfriend (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang