NINE - Kegilaan Belva.

231K 14.1K 157
                                    

Nathan memejamkan matanya menerima semilir angin yang membelai setiap helai rambut hitamnya, membuatnya ingin berada di atas kasur dan tidur nyenyak sekarang.

Di bangku taman sekolah adalah salah satu tempat favoritnya. Di sela pelajaran yang menumpuk dan tugas tugas yang telah lama terbengkalai, ia memilih untuk meluangkan waktunya sekedar untuk duduk duduk dan sedikit memejamkan matanya berharap masalah beban pikirannya akan segera hilang di tiup angin.

"Kak." Suara lembut yang terdengar di telinga Nathan membuat cowok itu membuka matanya dan melihat siapa yang sekiranya memanggilnya.

Nathan kembali memejamkan matanya setelah melihat orang yang ada di depannya sekarang, "Ih, lo kenapa, sih? Bete ya?"

Nathan menggeleng, menurutnya Belva hanya membuatnya sakit kepala dengan segala ocehannya yang ambigu itu. Lebih baik ia mendengarkan berita yang membosankan daripada harus mendengarkan kata kata tak jelas dari bibir Belva.

"Kenapa? Ada masalah? Cerita sama gue."

"Gue cuman mau sendiri."

Belva memutar bola matanya, "Duh, jaman sekarang sendiri? Bullshit lo, Kak. Gue tau lo butuh temen kan? Nggak ada yang mau dengerin lo curhat? Makanya, jadi orang jangan judes. Masih mending gue nih, walaupun cuman satu doang. Lah, lo nggak ada temennya. Iya, kan?"

See? Padahal, Nathan tak menyuruh cewek itu untuk bercerita. Tak peduli ia mempunyai teman, Belva mempunya teman, toh, itu bukan urusannya. Sekarang, ia harus mencari tahu bagaimana ia bisa meredakan beban pikirannya.

"Wah, banyak pikiran ya, lo? Banyak utang? Duh, makanya apa apa tuh jangan ngutang. Kalau ngutang, idup lo nggak bakalan berkah, Kak." Belva tertawa kecil tapi tidak dengan Nathan. Cowok itu malah mendesah berat mendengar segala ocehan Belva.

"Eh? Bercandaan gue garing, ya? Gagal dong gue." Belva mengerucutkan bibirnya melihat Nathan yang masih saja memasang muka datar.

"Bercandaan lo nggak ada mutunya." Perkataan ini sama sekali tak membuat Belva menyerah, sebelum ia melihat sedikit tarikan di bibir Nathan, Belva tak akan menyerah.

Belva mengulurkan tangannya dan menghampit kedua pipi Nathan. Cewek itu kemudian mencubit keras pipi cowok di hadapannya itu dengan keras sampai terdengar ringisan keras.

"Lo apa apaan, sih?!" Nathan menunjukkan muka merah padamnya membuat hanya tertawa.

"Pemarah banget, sih? Sini sini, tak peluk." Belva merentangkan tangannya lalu segera memeluk Nathan tanpa merasa malu sekalipun.

Nathan otomatis melepas paksa pelukan Belva lalu menatap cewek itu tak percaya, "Lo gila, ya?! Ini di depan umum, kalau di liat orang gimana!?"

"Udah biarin aja. Lumayan kan gue di sangka pacar lo." Belva mengedipkan matanya membuat Nathan ingin menjambak rambutnya sekarang.

"Eh, lo kan banyak masalah, ya. Nih gue pinjemin bahu gue. Kalau lo senderan disini pasti lo bakal tenang, deh. Tenang, bahu gue nggak sekeras itu, kok. Gini gini, masih ada dagingnya."

Nathan hanya diam, menurutnya sekarang Belva telah menjelma jadi orang gila yang benar benar tak waras. Ia baru tahu, Belva lebih dari sekedar cerewet.

"Kok diem? Ayo. Jangan malu malu, mase." Belva menarik kepala Nathan dan membuat cowok itu menyender pada pundak Belva. Nyaman, itulah yang Nathan rasakan saat ini.

Entah mengapa semua beban pikiran bagai tersedot saat ia bersender pada bahu Belva. Wangi stroberi sangat menyengat di hidung Nathan membuatnya ingin segera memejamkan mata.

"Kalian berdua! Ngapain disini? Nggak denger kalau bel masuk udah bunyi!? Malah asyik pacaran kalian." Bu Mira kini berada di belakang Nathan dan Belva, tangannya kini menjulur untuk menarik telinga kedua remaja tersebut.

"Aduh, Bu, sakit. Iya maaf, Bu. Lagian Nathan yang maksa maksa saya, Bu." Tentu saja Nathan terkejut mendengarnya, jelas jelas Belva yang memaksanya.

"Kok lo nyalahin gue?" Balas Nathan dingin dan ketus saat Bu Mira sudah melepas tarikan di telinga mereka.

"E-emang lo kan?"

"Lo yang maksa gue--"

"Udah nggak usah alasan kamu, Nathan. Gini ya di balik sifat cuek, ternyata kamu lebih nakal. Sekarang kalian cepet pungutin sampah sana."

Kini mereka membungkukkan badan untuk memunguti sampah di

My Cold Boyfriend (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang