👑 The Truth 👑

18.5K 2.7K 14
                                    

Jaehyun bisa gila.

Dia bisa gila jika terus-terusan berada di dekat Woori.

Dia bisa gila karena tidak bisa menahan dirinya jika menyangkut gadis itu.

Seandainya Woori tahu bagaimana detak jantung Jaehyun sekarang. Rasanya bergemuruh. Begitu cepat seolah dia baru lari maraton.

Ini tidak mudah. Perasaan yang tumbuh tiga tahun lalu rasanya makin bergejolak. Mengikat gadis itu dia kira akan menjadi pencapaian terakhir. Ternyata tidak semudah itu.

Rasanya seperti baru kemarin dia bertemu Woori. Rasanya detak jantungnya masih sama ketika pertama kali dia menyadari perasaannya.

Iya, rasanya masih menggebu seperti dulu. Bahkan bertambah.

"Pangeran? Kau pasti bercanda. Tidak ada lagi pangeran di jaman modern seperti ini."

Lagi-lagi ke keras kepalaan nya membuat Jaehyun gerah. Sudah berapa cara untuk meyakinkan gadis ini bahwa dia adalah keturunan pangeran Korea yang tersisa.

"Jika benar ada, aku akan menikahinya! Kami akan menikah di sebuah gereja putih. Tamunya adalah keluarga dekat dan mereka semua memakai hanbok indah. Gaunku seputih susu. Ah, mungkin gaun seperti ini bagus." Ucapnya lagi sembari menunjukkan foto sebuah gaun impiannya.

"Lalu aku akan tinggal di istana. Bisa memakai hanbok yang indah. Seperti ini." Lanjutnya, menunjukkan kembali foto hanbok abu-abu yang elegan. "Tapi aku tidak mau kamarnya terlalu luas. Aku tidak bisa tidur di kamar luas. Dan semua kamar di istana pasti sangat besar. Kalau begitu aku tidak mau tinggal di istana. Lebih baik membeli rumah sendiri. Aku akan buat danau buatan di pekarangan rumah. Wah pasti indah."

Kenaifan. Itu hal pertama yang menarik hati Jaehyun. Bagaimana gadis ini merencanakan masa depan dengan entengnya di depan pangeran itu sendiri.

"Ahn Woori, tapi aku ini-"

"Kau bukan pangeran, Jae!" Potong Woori. "Kau itu Jung Jaehyun! Jung Jaehyun temanku." Matanya menyorotkan kekhawatiran. "Kalau kau pangeran, maka akan sulit digapai."

"Eh?"

"Kau pasti tidak mau berteman denganku. Seorang pangeran tidak akan sembarangan berteman dengan anak yatim piatu. Seorang pangeran tidak akan semudah itu masuk ke dalam kehidupan sebatang kara sepertiku. Itu cuma ada di dongeng. Tapi sekarang kau justru berteman denganku. Kau bukan pangeran..." Suaranya mengecil seiring dia menyelesaikan kalimatnya.

Jaehyun tidak bisa merespon apapun saat itu. Dirinya terlalu terkejut akan pengakuan Woori.

Namun detik itu juga dia memiliki tekad. Tekad untuk melindungi dan memberikan banyak cinta kepada gadis ini kapan pun dan selamanya. Tekad yang membuatnya ingin mengikat Woori agar terus bersamanya.

Tapi setelah mengikat bukan berarti membuat gadis itu membuka hati padanya. Bukan berarti Woori berbalik menginginkannya seperti Jaehyun menginginkan gadis itu.

Pahit. Itu yang dirasakan Jaehyun sekarang. Bagaimana dia secara tidak langsung ditolak oleh istrinya sendiri. Entahlah itu penolakan atau bukan, yang jelas itu yang Jaehyun pikirkan.

Jika begini Jaehyun merasa bersalah karena menyeret Woori ke dalam egonya sendiri. Dia takut hal itu membuat Woori terbebani.

Apa dia harus menjaga jarak sementara?

Sampai dirinya menemukan kepastian?

****

Pagi sudah menjelang. Seluruh penghuni istana sudah memulai aktifitasnya. Begitu pula dengan Woori yang bangun lebih pagi. Wajahnya terlihat masih letih. Seperti orang yang tidak tidur semalaman.

Prince Jaehyun [Jaehyun NCT + OC] ✔ ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang