FIDDINILLAH ~AKU INGIN TERBANG~

75 3 0
                                    


Dear me,

Sejuta kisah terpajang jelas disepanjang perjalanan hidup tahun ini. Skenario Tuhan sungguh membuat takjub penduduk dunia yang menyaksikan, khususnya pemegang jalan cerita ini. Sebut dia Ririn, anak tertua dari tiga bersaudara. Ayah ibunya yang hanya pemegang teguh mimpi mimpinya, hanya mampu berusaha menjadikan semuanya nyata. Dari sebuah desa (yang boleh dikata) salah satu dari desa yang terisolir. Mengangkat cerita anak perempuan penuh mimpi dari ribuan harapan yang pernah dirajut bersama Ayaah tercintanya. Lalu apa mimpinya? "aku ingin terbang" Sederhana, namun terlalu dalam. Lalu siapa itu Ririn? Maka 'aku' lah jawabannya. Pemegang scenario dari jalan cerita kisah ini.

Senja ini awan menangis. Tidak ada yang tahu setelah itu pelangi muncul diseberang mentari, yang mulai menghilang dibawah garis cakrawala, di sebelah barat nya bumi. Artinya aku dan ayahku tengah menyaksikan perpaduan warna jingga dan lingkaran nya yang membesit langit di pelatar rumahku. Apa cerita sore ini? Masih sama seperti hari kemarin. Kami sama sama menyukai negeri awan. "bila kau sabar, pelangi yang kau tunggu dari mulai awan menangis itu akan melingkar sempurna disana" Ayahku pembahasa yang hebat, itu hanya salah satu analogi yang diikatnya. Sementara aku? sangat handal dalam ketidak menegrtian ucapan ayahku. "Apa nanti aku bisa ke sana, Ayah? Bersama mereka.." aku berlaga pandai membalas analogy Ayahku.

Maka terbitlah sabtu malam. Aku tidak seperti anak bisaanya. Aku penikmat langit malam, tapi tidak berani menerobos gelap gulita. Kegemaranku menghayati sunyi. Dengan ribuan bintang dalam lingkaran galaksi ini, dibawanya aku takjub dengan kerlipannya. Kembali ayahku mendekati ku. Pelatar rumah nampaknya tahu jelas sejarah aku, ayah dan langit Nya. "empat bintang disana itu adalah ayah, ibu, Rino, dan Fino. Sementara yang jauh sendiri itu adalah kau. Setelah SMA ini kau selesaikan, kau akan berkuliah jauh tinggalkan kami disini" maka pecahlah situasi malam itu. Tidak bisa aku menahan airmata yang jatuh. Siapa yang tahu aku harus kemana setelah tamat SMA ini, dan ini merupakan kesedihan anak yang mendekati bangku perkuliahan. Ayah aku berjanji kau akan bahagia.

Semenjak kejadian malam itu, ada sesuatu yang menyala di dalam jiwa. Bahwa aku harus berdarah untuk janjiku. Semua usahaku harus bernyawa. Aku harus menyelesaikan Ujian akhir ini dengan nilai yang menjadikan ayah ku menangis, sebagai pembalasanku malam itu. Naasnya sekolah ku masih menerapkan -ada uang ada jalan-. Dan aku tidak bisa mendapatkan beasiswa di jurusan yang Ayahku harapkan -jurusan kedokteran di universitas provinsiku- Siapa yang tahan dengan perlakuan curang seperti ini.ditambah lagi dengan pengakuan dari guru yang sangat menyenangiku kala SMA, bahwa akulah sebenarnya yang berada di posisi yang pertama. Lalu kemana aku setelah ini?

Maka tibalah waktunya ujian masuk perkuliahan. Sesuai saran dari Ayahku "pergilah kau jauh dari sini, agar sakit hatimu tidak kau kenang" maka aku memilih mencoba mengikuti test ujian masuk perkuliahan di ibukota Negara -yang ujiannya diselenggarakan di provinsiku-"pergilah ikuti test tertulis yang diselenggarakan di kota itu nak, aku ingin kau berkuliah di ibukota Negara. Sembuhkanlah hatimu"diberikannya formulir pendaftaran itu yang didapatkan di pasar oleh ayahku. Itu seperti kemustahilan yang dimiliki anak desa yang berkeinginan sekolah jauh. Baru satu anak dari daerah ku yang meneruskan perkuliahan di Jakarta, dan itu pun dia merupakan anak dari keluarga terkaya di daerahku. Aku anak daerah yang taktau diri. "Banyak banyak lah kau tidur, Rin. Biar kau bisa bermimpi duduk dengan anak Jakarta. Orang dekil macam kau, orang tak punya macam kau, banyak pula mengharap. Besar pasak daripada tiang kau ni". Banyak saja olokan dari tetangga, bahkan sampai ke pinggiran sana menertawakan mimpiku. Mereka tidak salah, mimpikulah yang salah. Ayah aku harus apa?

"Nak, mimpimu tidak salah. Caramulah yang salah mengurung diri didalam kamarmu. Kirimkan saja formulir pendaftaran ujian tertulis itu, buktikan kau bisa berada diantara mereka. Soal uang, ibu masih punya simpanan" ibuku mulai membujukku bangkit dari omong kosong yang menjadikan aku terbaring di tempat yang berdarah itu. Mana kali ayahku meneruskan kalimat ibuku "bukankah kau ingin terbang bersama penduduk langit seperti yang kau katakana senja itu nak.." Seketika aku teringat pada kalimat asal asalanku senja itu -Apa nanti aku bisa ke sana, Ayah? Bersama mereka-

Dan waktu terhenti. Bagaimana bisa ayah menganggap itu sebagai sebuah anganku? Itu hanya sekedar ucapan yang sembarang keluar dari mulutku. Aku harus terbang. Aku harus terbangg !! aku ingin terbang!! Harus bisa terbang!! Dan bangkitlah aku.. memulai semua nya dengan menjahit sayap sayapku yang rapuh tertiup ucapan mereka. Dan aku mengirim formulir itu.

Hingga aku berada di antara keramaian manusia berkemeja hitam putih dengan papan ujiannya. Semakin kesini aku semakin takut. Bagaimana bila tidak aku dapatkan ayah? Sementara setelah ini kita tidak memiliki uang lagi untuk meneruskan pendaftaran masuk kuliahku selanjutnya. Kali ini akulah yang salah, mengapa aku tidak berfikir untuk bekerja saja. Aku memberatimu saja. Karena hidupkulah hidup mu susah, terlihat dari kerutan wajahmu yang semakin berkerut. Ayah maafkan aku..

Panjang waktu dalam penantian pengumuman kelulusan. Semakin hari aku semakin lemah, takada hasrat untuk menerusi hidup yang bersemangat lagi rasanya. Seperti aku yang mengurung diri didalam kamar ku dulu, semua terasa iba. Apa ku kubur saja dalam dalam mimpiku ini? Ya Allah, aku cuma punya Kau. Dzat yang paling mengerti bagaimana rasanya aku. Satu saja ya Allah, satu saja.. tolong sisakan satu bangku untuk ayahku. Demi ayahku... -di dalam sepertiga malamku-

Dan hariinilah harinya. Ya Allah, bila ini bukan jalan ku, jangan jadikan aku menangis dalam kekalahan ku ini.. bantu aku berdiri.. bantu aku melawan diri.. tegaskan bahwa aku tidak memiliki sayap untuk terbang. Aku tidak bisa terbang!! dan seseungguhnya aku takut bertemu situasi ini yaAllah.. kuatkan aku menerima kenyataan hidup. Sesungguhnya ketetapan mu jauh lebih baik daripada mimpi mimpiku.

Kuasa Allah.. Siapa tahu ini akan terjadi.. YaAllah maha besar Engkau, Ya Allah. Kau izinkan aku berkuliah di universitas itu.. YaAllah ...aku lulus!! Ayah aku lulus!! Aku akan kuliah di Universitas Negeri Jakarta yang kau mau. Ayah, aku akan terbang.. aku akan terbang Ayaah!!

RecanaMu sungguh sangat diluar fikiranku. Aku menjadi salah satu dari 7 orang anak dari provinsiku yang akan berkuliah disana. Dan aku juga termasuk diantara 3 anak yang dibiayai pemerintah untuk berkuliah disana. YaAllah sungguh indah rencanaMu. Aku tidak menyangka ini akan terjadi kepada ku. Mereka-tetanggaku- yang semula menjauhi ku karena mimpiku, kini tatapan haru nya saja yang hadir saat menyaksikan aku berlari membawa pengumuman itu dan mendekap erat kedua orang tua ku.

Ayaah,ibu, kaliini aku berhasil membuat mu menangis. Ini persembahan untuk kalian yang berjuang demi masa depan ku, satu bangku di Universitas Negeri Jakarta. Kepada malam yang bersejarah dengan empat bintang dan yang satu memisah itu, kau bangga kepadaku. Kau benar Ayaah.. seperti itulah doamu untukku. Terimakasih pahlawan ku, aku akan terbang...

Dan selamat tinggal empat bintang ku. Maafkan aku..Ada satu janji lagi yang ingin aku tepati..-Ayah aku berjanji kau akan bahagia-

Aku terbang...

V:'

Catatan Akhir Tahun "Dear Me"Where stories live. Discover now