Decode

12.2K 1.5K 82
                                    

Warn!
NamJin, BL, AU. Short-fiction.
.
.
.

Jika ada satu hal yang tidak disukai Seokjin akan Namjoon, itu adalah kecerdasan dan tingkat independensi yang tinggi dalam diri pria itu.

Seokjin itu simpel, dia suka memasak, suka memakan onigiri instan yang ada di minimarket dengan kimchi yang sudah dua minggu di dalam lemari pendingin, suka mencelupkan sendok ke dalam selai kacang dan menjilat sendok itu, suka memasak ramyeon di tengah malam, dan banyak hal-hal sederhana lainnya yang suka Seokjin lakukan.

Dan itu, berbeda dengan Namjoon.

Jika Seokjin adalah garis khatulistiwa yang cerah dan selalu disinari matahari, maka Namjoon adalah kutub bumi yang bahkan jarang dilirik matahari.

Seokjin sendiri lupa kenapa dia memutuskan untuk bersama dengan Namjoon.

Apakah karena cinta? Jelas iya.

Tapi apa yang membuat Seokjin jatuh cinta pada Namjoon?

Itu.

Itu adalah alasan yang Seokjin lupakan.

Seperti hari ini, Namjoon datang ke rumah Seokjin untuk menjemputnya dan nantinya mereka akan berangkat ke kantor bersama. Yap, mereka berdua satu kantor, Seokjin menjabat sebagai staff di bagian public relation sedangkan Namjoon manajer di bagian akunting.

Seokjin bisa mengerti kenapa Namjoon berada di posisi itu, pria itu begitu teliti hingga Seokjin yakin tidak akan ada sepeserpun yang lolos dari perhitungan Namjoon.

Dan seperti biasanya pula, Seokjin akan menyapa Namjoon dengan senyum cerah sehangat matahari saat melihat mobil Namjoon memasuki halaman rumah mungilnya.

"Selamat pagi!" Seokjin menyapa ceria seraya memberikan sebuah kecupan ringan di pipi Namjoon.

"Hn.." Namjoon merespon datar seraya melepas sepatunya dan melangkah masuk mengikuti Seokjin yang sudah berlari riang menuju dapur.

"Aku membuat roti panggang." Seokjin meringis, "Aku lupa belanja."

Namjoon mengerutkan dahinya, "Nanti sepulang kerja kita belanja."

Seokjin mengedip cepat kemudian menggeleng, "Jangan, aku bisa pergi sendiri."

"Jinseok, aku tahu kau benci belanja sendiri karena malas menunggu taksi di pinggir jalan sambil membawa barang belanjaan. Dan aku mengenalmu, kantung belanjamu tidak pernah kurang dari empat."

Seokjin cemberut tapi diam-diam dia membenarkan ucapan Namjoon. Selain sangat cermat dalam bidang pekerjaannya, Namjoon juga sangat cermat dalam urusan Seokjin.

Dia tidak akan melupakan satu detailpun tentang Seokjin. Bahkan Namjoon tahu Seokjin selalu diam-diam memakai kaus kaki berwarna merah tiap hari selasa karena kata neneknya itu akan memberikan keberuntungan untuk Seokjin.

"Namjoon, sebentar lagi akan masuk musim dingin, bagaimana kalau kita main ski?"

"Kau tidak bisa main ski." Namjoon menyela dengan pendek seraya mengambil selembar roti panggang.

Seokjin menggembungkan pipinya, padahal dia bermaksud untuk mengajak Namjoon berlibur di musim dingin ini. Dia baru saja mendapat bonus karena bekerja lembur mati-matian dan Seokjin ingin merayakan hasil kerja kerasnya dengan pergi bersama Namjoon.

Namjoon membuka tutup selai kacang dan mulai mengoleskannya di rotinya. "Daripada ski, bagaimana kalau kita ke pemandian air panas? Itu bagus untuk merilekskan tubuhmu."

DreamcatcherWhere stories live. Discover now