Sahabat laki-laki

270 7 6
                                    

Gue bertanya kepada lelaki berambut hitam itu "Tapi lo pernah baper sama dia?"

"Gak juga sih—"

"Biasanya kalau orang ngomong sih dibelakang kata-katanya, itu berarti ada iya nya." Potong salah satu teman gue.

Laki-laki yang notabenenya sahabat gue itu hanya terdiam, speechless.

Kemudian gue bertanya lagi, "Berarti pernah kan?"

"Ya pernah," Ucapnya dengan nada menggantung. Kemudian ia meneruskan.

"Waktu itu Dia pernah nanya ke gue 'kangen gue ya?', terus gue jawab 'iya gue kangen sama elo', dan dia cuma jawab 'tau da emang ngangenin.'"

"Terus lo emang beneran kangen?" Tanya gue untuk yang kesekian kalinya.

"Iya." Jawabnya.

Gue berfikir, apa akan ada yang kangen gue seperti itu nantinya?

Jika ada, apa dia akan bersahabat dengan gue sampai nanti?

Dan bila ada, apa dia tidak akan berubah saat dia sudah memiliki pacar?

Bila akhirnya gue akan terjebak dalam friendzone, brosistzone, and another zone, then why am i still be 'friend' with them?

Kenapa gue tetap bersahabat dengan laki-laki, meskipun gue tahu pada akhirnya gue akan terjebak disalah satu zona tersebut.

Kenapa?

Curhatan RemajaDonde viven las historias. Descúbrelo ahora