36; Tears

9.3K 1.3K 180
                                    

Update lagi nih, masih ada yang nunggu kan?







































Selepas pulang sekolah, Daniel tidak mengantarkan gue ke rumah seperti biasanyaㅡmenunggu sampai Abang menyelesaikan mata kuliahnya. Namun, gue dibawa entah kemana. Daniel tidak memberitahu gue akan hal itu.

Mobil Daniel berhenti setelah beberapa menit. Gue dibuat heran karena Daniel berjalan ke belakang, bukannya membukakan pintu untuk gue. Gue melihat pantulan Daniel di kaca spion. Entah dia melakukan apa di bagasi mobil sana.

Gue akhirnya turun setelah melepas tas ransel gue. Dan gue dibuat heran karena Daniel membawa tikar kecil serta beberapa bekal makanan di tangan kanan dan tangan kirinya.

"Piknik adalah kegiatan yang ingin aku lakukan, sama kamu."

Wajah gue spontan memanas, diiringi dengan senyum malu-malu mengikuti langkah Daniel di belakang. Namun, langkah gue terhenti mengikuti Daniel ketika mata gue menemukan penjual es krim keliling. Entah kenapa gue tidak melihat ini mungkin entah sejak kapan terakhir kali gue memiliki kegiatan outdoor seperti sekarang. Kalau dihitung bisa beberapa tahun lalu, sebelum Abang masuk kuliah dan gue masih sekolah dasar, Papa dan Mama selalu mengajak gue dan Abang keluar menikmati alam seperti sekarang.

Sambil memakan es krim, gue kembali ke arah Daniel setelah menemukan Daniel sudah menata bekal dengan benar.

Gue menyodorkan es krim kepada Daniel yang kini sudah terduduk. Lantas, Daniel hanya tersenyum sembari menerima es krim pemberian gue. Gue beli tiga tadi, satu untuk Daniel, dan dua untuk gue. Ehehe.

"Wah, Kakak masak banyak banget." ujar gue takjub setelah membuka satu-persatu bekal makanan yang Daniel masak. Dimulai dari nasi yang dihias dengan sayuran hijau, dan telur gulung yang berbentuk rapiㅡsoalnya gue kalau masak telur gulung pasti belepotan. Dan berbagai makanan lainnya. Sepertinya, kalau Seonho tau, dia pasti langsung menyambar tanpa permisi.

"Harusnya makan dulu, tapi ya udah, habisin es krimnya nanti kita makan."

"Kakak masak ini setelah balik nganter aku sekolah?"

Daniel mengangguk.

"Mobil Kakak gimana?"

"Lagi dibenerin."

Dan, gue hanya ikut mengangguk.

Setelah menyelesaikan makan es krim, gue menyambar bekal yang dibuat Daniel dengan penuh cinta. Sebenarnya, gue merasa tidak enak. Harusnya, gue sebagai perempuan yang mengurus masalah makanan. Gue merasa tidak enak karena gue emang nggak bisa apa-apa.

"Kenapa?" Daniel menatap gue dengan khawatir, mungkin karena muka gue berubah muram.

Gue hanya menggeleng sembari memakan telur gulung. Diam sejenak, ini enak banget, dan gue lebih merasa bersalah. Entahlah, perasaan gue akhir-akhir ini mudah goyah, mungkin karena gue masih terbilang remaja kali ya.

Daniel menyentuh pergelangan tangan kanan gue yang hendak mengambil makanan, dia menggenggamnya.

"Aku di sini untuk menikmati waktu sama kamu." Gue menatap manik Daniel yang juga menatap gue dengan lembut. "Kamu adalah kamu. Sosok yang udah mengubah seorang Daniel ke arah yang lebih baik."

Gue terdiam. Menatap manik hitam Daniel yang begitu menyejukkan.

"Kak,"

"Iya?"

"Terima kasih."

Daniel mengangkat alis. "Terima kasih buat apa?"

"Karena mau jadi pacar aku yang secara teknis ini gak bisa apa-apa."

Bae • DANIEL ✔Where stories live. Discover now