"oh, sial. jatah malamku terganggu."

6.7K 1K 161
                                    

Bibirnya menyusuri perlahan. Mengecup setiap inchi leher jenjang yang terpampang polos. Jungkook tidak bisa untuk tidak meninggalkan jejak. Gigi dan lidah sibuk membantu bibir membuat tanda merah keunguan di kulit pria yang lebih kecil.

Kau tau, kadang Jimin bisa terlalu baik sampai ia tak protes sama sekali ketika Jungkook menyerangnya.

Dan pria itu benar-benar diam. Hanya merintih kecil di bawah kungkungan Jeon Jungkook. Mendongakan kepalanya supaya yang lebih muda bisa meninggalkan jejak yang lebih banyak--tanda teritori Jungkook, memberi tau orang-orang kalau Jimin hanya miliknya. Pipi Jimin jadi bersemu kalau memikirkan tentang betapa posesifnya Jungkook.

"Kook--" suaranya tertahan begitu Jungkook menatapnya, dan kembali mencium bibirnya dengan lembut. Membuat Jimin terbuai dan kata-katanya tertahan di tenggorokan.

Rasanya, walaupun seringkali melakukan itu, tetap saja mencengangkan. Jantung Jimin bahkan masih berkonser ria kala Jungkook membelai bibirnya, mengajak lidahnya bertarung dan menggigiti dua labium merah miliknya.

"Ngh kook," desahnya terdengar pelan. Namun itu cukup untuk membuat Jungkook semakin bersemangat untuk menjamah tubuh sang pacar yang lemas di genggamannya.

"Sssst, diam dan nikmati, Jiminie."

Maka aksinya berlanjut lagi. Kini bibirnya sudah berpindah, bergerak perlahan di sepanjang tulang belikat. Memberi lebih banyak tanda kemerahan yang bakal susah hilang. Tangan mulai menyingkap kaus yang dipakai Jimin, menjalankan jemarinya dengan gerakan mengambang di atas perut rata si pria kecil--dan Jimin lagi-lagi tak bisa menahan suara laknat yang lepas dari bibirnya.

"Kook, pelan-pelan."

Tapi yang muda tak mendengar. Malah semakin gencar menggerakan tangan dan bibir secara sinkron. Menemukan titik lemah Jimin yang akan membuat pria itu merintih keenakan. Termasuk mengusap serta mengemut nipple si pria blonde dengan bibirnya--Jungkook menyeringai dalam diam ketika ia mendengar suara Jimin naik satu oktaf karena perlakuannya.

"Kook--"

Dan tiba-tiba, Eunkyung menangis.

Suaranya membuat Jungkook menarik diri. Pertama-tama pria itu mengerutkan kening sebelum bibirnya tertarik ke bawah dan mengerucut.

Itulah salah satu kenapa Jungkook tidak suka anak-anak. Karena mereka bisa mengganggu di saat-saat tak terduga, merusak momen intens dengan tangisan mereka yang akan terdengar menyebalkan. Tidak terkecuali Eunkyung.

Jimin langsung mendorong tubuh Jungkook begitu tangisan sang bayi terdengar lebih jelas. Segera merapikan dirinya yang kacau; membenarkan kausnya yang tersingkap dan mengusap leher serta bibirnya yang memerah. Tak ingin dicap sebagai 'mama mesum' oleh si bayi walaupun itu agak tidak mungkin.

Jungkook mencebik tidak suka. Bibirnya cemberut seperti anak kecil--bagi Jimin dia memang bayi kesayangannya, tapi Eunkyung jelas merupakan prioritas pria itu sekarang.

"Oh, sial. Jatah malamku terganggu." Dia menggumam pelan. Bangkit untuk berdiri sebelum berjalan mengikuti jejak Jimin.

Eunkyung ada di dekapan pria itu ketika Jungkook melihatnya. Menangis dengan mata terpejam yang setia mengeluarkan air mata. Dot yang sering dipakainya sepanjang malam ada di tangan Jimin, digantung di antara jemari pria itu yang kecil.

"Kenapa?"

Jawaban yang didapat adalah sebuah gelengan kecil. Jimin mulai menepuk punggung Eunkyung yang bersandar di dadanya. Mengayun-ayunkan tubuhnya supaya tangis cepat mereda. Tapi tak seperti biasanya, dia tak kunjung diam. Lebih rewel dan lebih cengeng, entah karena apa.

aegya | kookminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang