"aku tak tau kalau membawamu ke sini bisa membuatku mati muda."

5K 848 211
                                    

Jungkook itu populer. Walaupun dia sering cuek dan suka mendeklarasikan diri sebagai pria biasa dengan wajah (yang untungnya) tampan dan nilai (yang syukurnya) di atas rata-rata, ia cukup dikenal di lingkungan kampusnya.

Siapa juga yang tidak? Jungkook itu tipe pria baik dengan masa depan cerah yang suka dicari ibu-ibu untuk dijadikan menantu. Tak heran kalau banyak yang mengejarnya, apalagi wanita. Namun, untungnya, dia belok jadi tak goyah sama sekali kalau digoda (dalam opininya, Jimin itu berkali lipat lebih cantik dibanding mereka).

Dan karena itu, dia sering menghadapi wanita. Sering juga mematahkan hati perempuan lewat tolakan pada semua ajakan kencan yang masuk. Jungkook sedikit bersyukur saat ia memiliki Jimin--karena, akhirnya, mereka menjauh dan menyerah tanpa kata. Ia jadi tak perlu susah-susah lari dikejar mereka lagi.

Namun, hal itu tak berlaku hari ini.

Pertama, Jungkook harusnya tau membawa Eunkyung bersamanya sama dengan ide buruk.

Ketika ia masuk dan berjalan di halaman gedung, banyak pasang mata yang menatapnya dengan aneh. Kalau hari biasa, Jungkook mungkin akan berpikir kalau rambutnya berantakan atau ketiaknya basah. Namun, untuk kali ini Jungkook jelas tahu alasannya--Eunkyung, tentu saja. Bayi itu menjadi daya tarik tersendiri untuk manusia-manusia dewasa yang jarang berurusan dengan buntalan daging mungil penuh liur--apalagi kalau jenis-jenis seperti Eunkyung (yang imut, dengan mata besar menatap penasaran, pipi tembam yang merah, dan imut, dan imut).

Selama kakinya melangkah, ada rasa mulas di perutnya. Rasa yang hanya muncul kala ia gugup dan tak nyaman--karena, yeah, ditatap begitu aneh oleh banyak orang itu agak menyeramkan. Walaupun, di sepanjang jalan, ia banyak menerima tepukan di bahu dan sapaan basa-basi yang ujungnya bermuara pada pertanyaan;

"Kook, itu anakmu?" Atau, "Dimana kau pungut anak itu, Kook?" Yang lebih parah, "Sejak kapan kau bisa menghamili perempuan, Kook?" Dan kook-kook yang lain.

Jungkook risih, tapi tak berkata apapun untuk menjawab semua itu. Hanya tersenyum miris yang jatuhnya malah ngenes. Pun begitu, ia tetap melangkah dengan selamat sampai di sekelasnya.

Meski, di dalam kelas pun tak jauh berbeda.

Ketika ia masuk, suara pintu yang digeser membuat semua orang menengok. Percakapan yang tadinya mengudara langsung terhenti, dan semua atensi mereka jatuh pada Jungkook yang berdiri kikuk dengan bayi yang mengenyot dot. Sedetik, ketika ia kira semuanya akan tenang-tenang saja, para perempuan di sana mulai berteriak.

Mereka mendekati Jungkook--bukan, Eunkyung, tepatnya. Dan tangan mereka yang lentik dengan kuku dipenuhi cat berbagai motif langsung menyentuh segala yang ada pada si bayi. Eunkyung kaget, tentu. Namun ia hanya menatap polos memerhatikan mereka yang bilang tentang 'astaga, imut sekali!' atau sesuatu semacam itu.

Untungnya Jungkook diselamatkan dosen mereka yang datang. Pria paruh baya itu membenarkan letak kaca matanya, mengamati Eunkyung sebentar lalu mengangguk kecil. Jungkook langsung kabur ke tempatnya, dan dia dapat banyak tepukan bahu dari kawan-kawan prianya.

Selama itu berlangsung, Jungkook meletakkan Eunkyung di atas meja (karena bayi itu ngambek saat ia taruh di pangkuan). Eunkyung ikut-ikutan Jungkook yang fokus menatap ke depan, ikut mengangguk ketika Jungkook mengangguk dan pura-pura paham apa yang dikatakan pria setengah abad di depan sana--itu semua ia lakukan sambil mengenyot susu dari botol.

Jungkook sepenuhnya sadar kalau wanita-wanita itu curi-curi pandang pada Eunkyung. Tapi, selagi Eunkyung tidak terganggu dan menangis, dia mengabaikannya. Jadilah sepanjang jam itu ia habiskan seperti biasa--minus, space meja yang menyempit karena Eunkyung dan bayi itu yang menggigiti ujung pulpennya.

aegya | kookminNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ