Chapter 14

2.8K 305 3
                                    

"Ini ada tiket premier film Lovely Summer." Armand menyerahkan dua undangan tiket premier ke Kinan usai meeting, sore itu.

"Makasih, Pak Armand." Kinan menerima canggung. Matanya melirik sekilas pada ketiga penulis.

"Pak Armand, kami duluan," pamit mereka satu per satu dan keluar dari ruangan rapat.

Jujur, Kinan tak suka dengan suasana kerja yang seperti ini. Tatapan mata yang selalu mengintimidasinya setiap meeting berlangsung. Ia tak bersalah, tapi justru membuatnya tertekan. Haruskah ia menutup mata dan berhati baja hanya untuk menyaksikan debutnya sebagai penulis skenario.

"Pak Armand, apa penulis lain juga dapat undangan premier--?"

"Mereka semua dapat."

Kinan mengembus napas lega yang tak kentara. Namun kemudian ia kembali tegang.

"Kalau seandainya, ini hanya seandainya. Seandainya film yang saya tulis ini," ragunya, "penjualannya nggak memenuhi target."

"Jangan terlalu berspekulasi dini. Skenarionya saja belum ditulis. Kenapa malah diramalkan terlebih dahulu?"

"Tadi kan, saya bilangnya seandainya."

"Aku nggak mau dengar seandainya yang seperti tadi," tukas Armand yang terdengar seperti nada ancaman.

Kinan mengangguk patuh. Armand tersenyum semringah melihat Kinan menurut patuh padanya.

"Kak Armand, aku suka sinopsisnya--"

Tahu-tahu seorang perempuan berambut sebahu menyembul masuk ke ruangan rapat dengan senyum paling cemerlang. Senyuman yang pernah dilihat Kinan pada iklan pasta gigi di teve.

"--mau dong ikutan syuting." Perempuan itu kemudian tersenyum tanggung. "Eeh, masih ada tamu, ya?"

Kinan membeliak. "Sofie Nugraheni." Tanpa sadarnya ia menyebut nama perempuan. Seakan ia baru saja memenangkan undian gratis berlibur bersama idolanya.

"Hai." Sofie tersenyum menyapa sembari mengangkat sebelah tangan.

"Sofie." Armand mengenalkan Sofie ke Kinan. "Adikku."

Kinan tambah membeliak, bergantian menatap Sofie, lalu Armand. Mulutnya membekap saking tak percayanya. "Jadi, Sofie yang dimaksud--Sofie Nugraheni? Kalian berdua kakak-adik?"

Sofie melirik tersenyum pada kakaknya, lalu pada Kinan yang masih terperangah mengamatinya. Oh, tentu saja ia sudah terbiasa dengan tatapan penuh pesona serta takjub dari orang-orang yang baru pertama bertemu dengannya.

"Kamu lebih langsingan." Kinan tak kuasa untuk langsung memuji tubuh ideal Sofie.

"Makasih." Senyum Sofie. "Kata mereka aku jauh ratusan kali lebih cantik aslinya. Yaa, maklumlah, kan aku cantiknya alami."

Kinan tersenyum geli mendengar kenarsisan Sofie.

"Sinopsis yang kamu baca itu," Armand beralih dari Sofie menunjuk ke Kinan, "dia yang menulisnya."

"Serius?" Sofie berbinar cerah. "Please. Masukkan aku ke dalam cast-nya," pintanya pada Kinan.

Kinan tersenyum jenaka.

"Oh, jangan bilang kalau kamu menginginkan Anna Hadi jadi cast-nya?" Sofie menunjukkan ekspresi kecewanya. "Dia sudah memenangkan artis terbaik tahun lalu. Kali ini giliran aku yang harus bersinar."

"Aku hanya akan menulis," Kinan meluruskan porsinya dalam tim produksi. "Pemilihan pemain sepenuhnya adalah keputusan dari Pak Armand."

Sofie terpingkal geli. "Pak Armand?" ledeknya tak mengira. "Kupikir hubungan kalian dekat. Yah, karena Kak Armand selalu merahasiakan kalau aku adiknya."

It's Nothing ChangedWhere stories live. Discover now