BAB 9 | Random Walk

49.1K 1.5K 51
                                    

"Hallo, Ian. Bisakah kamu ke apartemenku sekarang? Aku membutuhkan bantuanmu, ke sini ya Ian, please...."

Belum sempat Ian membalas ucapan El, wanita itu sudah lebih dulu mematikan panggilannya.

Dia sangat menyebalkan, bukan? Tidak bisakah dia mendengarkan pendapat orang lain dulu? Setelah memerintah seperti itu, sambungan langsung dimatikan, apa-apaan tadi itu. Ish. Keluh Ian sembari memaki ponselnya.

Hari ini adalah hari besar bagi CR Group. Seluruh pegawai diberikan libur hanya untuk hari ini. Setiap kali ada perayaan, seluruh pegawai di CR Group akan dipulangkan lebih awal, supaya mereka dapat bersiap-siap sebelum ke pesta. Seluruh karyawan memiliki hak yang sama untuk bahagia dalam pesta perusahaan, itung-itung sebagai hadiah setelah lelah berkutat dengan pekerjaan mereka maisng-masing, tanpa terkecuali.

Memakai mobil bukan hal praktis di saat dikejar waktu seperti ini. Akhirnya Ian memilih ke apartemen El menggunakan motor yang disediakan David sebagai kendaraan menuju kantor. Terlepas dari mobil mewah di apartemennya, David mewawas diri kepada adik sematawayangnya itu agar tidak sampai mencolok mengingat posisinya di kantor hanya sebagai seorang OB.

Ian sudah berada di dalam apartemen El. Hari ini, apartemen El terlihat berantakan, terutama kamarnya. El terlihat bingung sambil menatap lama pada baju-baju yang tergeletak di atas tempat tidurnya.

"Ada apa dengan semua baju-baju itu, Nona? Apa Nona El memintaku ke sini untuk membereskannya, atau bagaimana?" Mata Ian menjelajah setiap baju yang terlihat berserakan di dalam kamar El.

"Oh, Ya Tuhan, Ian! Tidak bisakah kamu tidak mengejutkanku?" El mengelus dadanya sambil lalu, dia terkejut bukan main dengan kehadiran Ian yang secara tiba-tiba sudah ada di belakangnya.

Semenjak Ian menggantikan posisi Kevin, menjadi temannya, El memercayakan sandi apartemennya kepada Ian. Sebagai bentuk berjaga-jaga kalau terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, Ian sudah tahu sandi apartemennya, sehingga dia akan mudah menolong El. Wanita itu hanya takut kalau sampai dia tidak sadarkan diri karena anemia. Untungnya ada Kevin yang datang untuk berkunjung, dan mengetahui keadaan El, sehingga wanita itu segera dilarikan ke rumah sakit terdekat.

"Maaf, Nona, aku tidak bermaksud seperti itu."

"Tidak apa Ian. Oh iya, menurutmu baju mana yang harus aku pakai untuk ke pseta?" El menunjukkan beberapa gaun cantik, masing-masing berwarna merah, hitam, putih dan biru tua. Ian memerhatikan satu-persatu gaun itu, ia melihat gaun itu dan El secara bergantian.

"Aku lebih suka yang seksi, jadi aku memilih ini," kata Ian menunjuk gaun berwarna merah. Gaun itu adalah gaun pemberian Tamar. Sayang sekali, pilihan Ian jatuh pada gaun itu.

El melihat sekali lagi gaun berwarna putih, biru tua dan hitam miliknya dengan tatapan sedih. "Memangnya kenapa dengan gaun-gaun ini, Ian? Bukankah mereka juga terlihat bagus?" tanya El .

Pertanyaan El itu sebenarnya sudah tidak perlu Ian jawab, pria itu baru saja mengatakan bahwa ia menyukai yang seksi. Sedangkan gaun-gaun yang El tunjukkan sama sekali tidak seksi, berlengan panjang dan sangat monoton untuk di lihat.

"Menurutku kamu akan terlihat sangat cantik dengan gaun ini." Sekali lagi Ian menunjuk gaun berwarna merah dengan mantap. Tidak ingin mendengar El mengajukan pertanyaan tambahan seputar gaun-gaun yang tidak ia lirik, akhirnya Ian mengangkut semua gaun yang tidak menarik menurutnya itu dan memasukannya ke dalam lemari pakaian milik El.

"Baiklah, akau akan pakai yang ini kalau begitu," ucap El.

"Bisa tolong tunggu aku di ruang tamu Ian? Aku akan segera mengganti pakaianku."

"Tidak masalah, Nona El." Ian berjalan melewati El menuju ruangan yang berada di sebelah kamar wanita itu.

El baru saja mengganti pakaiannya, dan benar saja apa yang dikatakan Ian, El terlihat cantik meski tanpa make-up, El tetap terlihat cantik natural. Ditambah lagi dengan gaun merah itu, dia terlihat lebih cantik dan anggun. El berjalan canggung, merasa ada yang salah dengan penampilannya. "Bagaimana menurutmu, Ian?" tanya El ragu, dia tidak percaya diri apalagi mendapati Ian dengan mulut menganga saat melihatnya.

Devil Beside You ✔️(END)Where stories live. Discover now