BAB 15 | Sisi Lain

42.5K 1.3K 36
                                    

Aku menikmati ciumannya. Aku tidak yakin kenapa, yang jelas aku tidak rela saat Ian menyudahi ciumannya padaku, aku bahkan tidak marah padanya karena telah menciumku. Aku refleks menjilat bibir bawahku, merasakan sisa bibirnya di sana. Setelah menjauhkan bibirnya dari bibirku, dia masih memegangi kepalaku, menatapku intens, di saat yang bersamaan aku merasakan embusan napasnya yang hangat.

Dia bergerak, sekali lagi menciumku, ujung bibirku, kemudian naik pada ujung hidungku, dan naik lagi, pendaratan terakhir bibirnya di keningku. Ciuman tambahan ini sangat singkat, tapi sukses membuat dadaku bergetar, dan terasa begitu hangat.

Aku masih belum dapat mencerna semua kejadian yang baru saja aku lewati, melihatnya bangkit dari sofa, dan menuju meja kerjaku, Ian mengambil ponselnya yang sedang diisi baterai di atas meja kerjaku.

"Nona sebentar lagi semua rekan kerja akan datang, kantor sebentar lagi di buka, tidakkah Nona El seharusnya segera bergegas?"

Suara Ian menyadarkanku, seketika aku melihat matahari telah naik di peraduannya. Ian benar, aku harus segera mandi, berganti pakaian, dan segera kembali melakukan aktivitas kerjaku. Aku melompat dari atas sofa, segera berlari kecil menuju kamar mandi ruang kerjaku. Saat aku selesai menyiapkan diriku di kamar mandi, aku sudah tidak melihat sosok Ian. Dia mungkin sudah pulang.

Aku menemukan kertas kecil yang disimpan di atas mejaku, dan di sana juga terdapat secangkir cokelat panas beserta roti isi selai. Aku membaca tulisannya,

Makanlah.

Hanya satu kata, sungguh tidak romantis.

Tunggu, sejak kapan aku mengharapkan Ian jadi romantis. Seketika aku teringat saat perjalanan menuju kantor semalam, aku ingat pria itu sudah memiliki seorang kekasih yang dengan mesranya Ian panggil dengan sebutan sayang di telepon.

Ya Tuhan ... rasanya aku seperti wanita berengsek yang bersenang-senang dengan pria yang sudah memiliki seorang kekasih. Lalu apa bedanya aku dengan Laury kalau begitu? Segera El menyibukkan diri dengan pekerjaannya, ia tidak ingin otaknya terus-terusan memikirkan Ian.

***

David baru saja tiba di kediaman Rivalles, dia segera mencari Aretha, dan Chris. Kemarin David mendapatkan telepon dari Chris yang mengatakan bahwa Aretha menginap di rumah Rivalles. Di hari yang sama, David juga diberitahu oleh Tuan Forman tentang pernikahan Chris, dan putrinya untuk disegerakan dengan alasan mereka sudah akrab satu sama lain. Mendengar kabar itu, Tamar setuju untuk segera melangsungkan acara pernikahan antara Chris, dan Aretha.

Tamar yakin, cinta sudah tumbuh di antara keduanya. Bagaimana tidak? Chris bukanlah tipe pria yang akan membawa seorang wanita untuk datang ke rumah keluarga Rivalles, kecuali wanita itu benar-benar wanita yang spesial. Tapi lihat sekarang, Chris meminta seorang wanita untuk menginap, Chris bahkan menelepon David hanya untuk meminta persetujuan kakaknya itu supaya Aretha dapat menginap di sana.

Di telepon, Tuan Forman mengatakan supaya David dan Tamar bersedia meluangkan waktu untuk membicarakan pernikahan Chris dan juga Aretha. Senang dengan hal itu, Tamar meminta David untuk segera pulang ke rumah, dan bertemu dengan Tuan Forman. Malam itu, David melakukan penerbangan, dan menyerahkan pertemuannya dengan para pemegang saham kepada Tamar.

David hampir tidak mempercayai pengelihatannya, dia melihat Chris dan Aretha tengah tertawa bersama. Chris, adiknya itu bahkan sampai mengelus rambut Aretha dengan rasa sayang yang terpancar di kedua matanya. Kemudian pada detik berikutnya adalah hal yang sungguh tidak diduga lagi, hal yang mengejutkannya.

"Hai, bayi kecil ... cepatlah lahir ke dunia, aku tidak sabar melihatmu." Chris mengusap perut Aretha yang belum benar-benar membesar.

"Apa maksudnya, bayi?"

Devil Beside You ✔️(END)Where stories live. Discover now