BAB 14 | Tidak Diduga

48.3K 1.2K 51
                                    

"Aku tidak pernah tahu bahwa, melihat orang berciuman akan membuat sakit di dalam sini." Chris meremas baju tepat di dadanya. Pria itu baru saja pulang dari acara amal, saat tidak sengaja dia ke atap gedung, dan menemukan El tengah berciuman dengan pria yang sama, pria tempo hari yang terlihat bersama dengan El di kafe dekat kantor.

Pintu kamarnya diketuk beberapa kali.

"Boleh aku masuk, Tuan?" Suara berat Henry dari balik pintu kamar Chris.

"Masuklah, Henry."

"Tuan, maafkan aku, di bawah ada Nona Aretha ingin bertemu dengan, Tuan."

"Aretha?"

"Iya, Tuan, dia baru saja datang. Nona Aretha datang sambil menangis."

"Menangis? Kenapa, Henry?"

"Aku tidak tahu, Tuan. Lebih baik Tuan segera ke bawah, dan menemui Nona Aretha langsung."

Chris tahu, ada hal yang tidak beres telah terjadi dengan Aretha, dan besar kemungkinan itu menyangkut kehamilan Aretha dan keluarganya. Chris dengan tergesa menuruni anak tangga, dari atas sana dia melihat kondisi Aretha yang sangat kacau. Langkah terakhir Chris pada anak tangga paling bawah, dan segera disambut dengan pelukkan, dan tangisan Aretha.

"Chris ...!" Aretha memeluk Chris sambil menangis histeris.

Chris membiarkan Aretha terus menangis hingga wanita itu kelelahan. Chris merasakan dekapan Aretha melonggar, pria itu lalu mengusap pipinya yang basah, Aretha masih sesenggukan. Chris memberi Aretha tisu untuk membersihkan wajahnya. Setelah melihat Aretha lebih tenang, Chris memberinya secangkir teh vanila hangat yang dibuatkan oleh Henry. Aretha menerimanya, dan meminumnya perlahan.

"Terima kasih, Chris."

"Tidak masalah, Ar. Jadi, ada apa?"

Aretha menarik, dan mengembuskan napasnya berulang kali, matanya sembab, sudut bibir kirinya terlihat sedikit merah dengan darah yang telah mengering, kulit putih Aretha membuat warna merah itu kontras terlihat. Aretha masih belum bersuara, Chris menyentuh ujung bibir sebelah kiri Aretha dengan perlahan, dan wanita itu mengaduh.

"Apa ini ulah, Justin?"

Aretha menggeleng pelan. Chris melihat air mata mengalir lagi dari kedua sudut mata wanita itu. Chris mengusapnya lembut, dia sungguh lemah melihat air mata wanita. "Ceritalah saat kamu memang ingin berbagi denganku, Aretha. Aku tidak akan memaksamu jika kamu belum siap untuk menceritakannya."

Aretha memandang kedua bola mata lawan bicaranya, bola mata indah dengan warna biru teduh. "Bolehkah malam ini aku tinggal di tempatmu?"

Chris melihat ke arah Henry yang baru saja datang meletakkan nampan berisi makanan ringan, Chris mencoba untuk meminta pendapat Henry, pria tua itu diam saja. Chris tidak tahu ada masalah apa, sepertinya masalah Aretha bukan masalah yang mudah, dan mungkin wanita itu membutuhkan seorang teman.

"Aku tidak keberatan, Ar. Aku akan menelepon David, memberitahunya kamu akan bermalam di sini."

"Terima kasih, Chris."

"Tidak masalah, Ar." Chris melayangkan pandangannya mencari sosok Justin. Tapi dia tidak menemukannya, dia kembali melempar pertanyaan, "Kamu tidak bersama dengan Justin?" Saat kalimat itu terucap dari mulut Chris, Aretha mulai histeris lagi.

"Kenapa, Ar? Ada apa? Ceritakanlah," desak Chris, dia mulai gila melihat air mata wanita itu mengalir lagi.

Sambil sesenggukan Aretha menceritakan kejadian yang menimpa dirinya, dan Justin. Aretha sebenarnya baru akan menceritakan tentang kehamilannya kepada kedua orang tuanya itu nanti, perlahan-lahan sembari mengenalkan sosok Justin supaya lebih dekat dengan kedua orang tuanya. Namun, semua yang dia rencanakan seketika menguap begitu saja, saat hasil tes kehamilan, dan hasil laporan dokter miliknya tanpa sengaja ditemukan oleh ayahnya.

Devil Beside You ✔️(END)Where stories live. Discover now