Terungkap

1K 43 1
                                    

Setelah malam kemarin vika yang tiba tiba meminta diantar pulang lebih awal ke dandi, kini vika sedang terduduk di sofa sambil melihat apa yang sedang di siarkan oleh tv itu. Tangannya sesekali mengambil camilan di toples yang kini berada di genggamannya. Ranty, ibunya, kini sedang berada di dapur untuk masak makanan kesukaan vika untuk makan siang.

Suara nyaring menganggu telinga vika. Ia menoleh dan mendapati telepon rumahnya yang sudah sejak tadi tak berhenti berdering. Vika mendiamkannya karena ia mengira bahwa ibunya akan datang dan mengangkatnya. Setelah apa yang ia kira tidak terjadi, akhirnya vika memutuskan pergi dan mengangkat telepon itu.

"Hallo,"

"....."

"Ada kok tante, bentar ya"

"Mah, ada telfon dari tante vira" teriak vika dan tangannya menutup telepon itu dengan tujuan agar tante vira tidak mendengar suaranya saat berteriak.

Vika mencoba memanggil ibunya berkali kali namun tidak ada jawaban. Padahal jarak ruang keluarga dan dapur tidaklah jauh.

Vika akhirnya pergi menghampiri ibunya dan memberikan telepon itu. Untungnya telepon itu tidak memakai kabel.

Vika berlari ke arah dapur hingga ia tak menyadari bahwa ada tumpahan minyak yang cukup banyak disana.

"Mah, ada telp--awwh.." Vika terpleset dan terjatuh. Untungnya tangannya sempat menahan tubuhnya hingga vika terjatuh tidak cukup keras di lantai. Hanya saja, kepalanya sedikit terbentur pada bagian pembatas westafel. Sejujurnya kepalanya tak sakit, tapi hanya saja sedikit pusing.

Vika mencoba bangun, namun ibunya tiba tiba datang dari belakangnya, "Vika, kamu kenapa?" Ranty mencoba membangungkan anaknya itu.

"Mama apaan sih, ada tumpahan minyak banyak banget kenapa nggak mama lap?"

Ranty langsung menatap lantai dapurnya. Tangannya kemudian menyentuh lantai itu. Benar saja, itu memang tumpahan minyak. Tapi bagaimana bisa ia seteledor ini. Yang ia tau, ia sama sekali tidak menumpahkan minyak. Tapi mungkin ia lupa.

"Mama nggak tau kalo ada tumpahan minyak disitu. Tapi, kamu nggak papa kan?"

Vika mengangguk pelan, "cuma sedikit pusing"

"Kamu pusing, ayo, mending kamu ke kamar" Ranty langsung menuntun anaknya menuju kamar. Ia benar benar khawatir terhadap kondisi anaknya.

"Aku cuma pusing biasa mah, kenapa mama sekhawatir itu sih?"

Ranty terdiam. Ia juga tidak tau mengapa ia sekhawatir ini. Mungkin ia takut ingatan anaknya itu akan kembali.

----

"Kamu ngapain kesini sih?" Vika bertanya pada pria yang kini berada di hadapannya. Pria itu juga sempat membantunya meminum obat.

"Jutek amat sih yang, kan aku khawatir sama kamu. Kata mama kamu, tadi kamu sempet jatuh. Ya udah mending aku kesini aja"

Vika tersenyum lebar, "hm, makasih sayangnya aku. Gemes banget sih" Vika mencubit gemas pipi dandi. Yang di cubit malah memasang ekspresi sok imut hingga membuat vika terkekeh cukup keras.

"Kamu tuh ya, seneng banget nyubitin pipi aku"

Vika mengeluarkan lidahnya "Biarin, wle"

Dandi tertawa. Sungguh wajahnya sangat manis saat tertawa. Wajahnya itu sangat mirip dengan galang. Tunggu dulu! Kenapa jadi galang?. Vika langsung menggeleng gelengkan kepalanya. Dandi heran melihat vika yang tiba tiba menggelengkan kepalanya. "Kenapa kamu?"

"Eng-gapapa kok, hehe. Kamu nggak balik ke rumah sakit? Waktu istirahat udah abis nih"

Dandi melirik sekilas ke arah jam yang berada di pergelangan tangannya. Dandi menepuk jidatnya pelan. "Oh ya, untung kamu ngingetin aku yang. Yaudah aku pergi dulu ya. Jangan lupa minum obatnya"

"Siap bos" Vika hormat pada dandi. Kini dandi terkekeh pelan kembali.

Dandi keluar dari kamarnya tapi tiba tiba ia muncul kembali dari balik pintu sambil memperlihatkan cengiran kudanya. Vika sendiri heran melihat dandi seperti itu. Ia kemudian mengambil bantalnya dan melemparnya ke arah pintu. Namun dandi dengan cerdiknya menutup pintu kamar vika.

Vika terkekeh geli.

Tiba tiba saja ponselnya bergetar. Vika segera mengambilnya dan memencet aplikasi hijau bergambar telepon dengan lingkaran bundar yang membungkusnya.

Galang : Apa kamu baik baik saja? Cepat sembuh ya :)

Seulas senyum terbentuk di bibir mungil vika. Meskipun senyumnya tidak lebar, tapi sangat terlihat jelas bahwa vika sangat bahagia mendapat pesan dari galang.

Vika : Thanks, i will be fine :)

Vika tersenyum kembali. Tiba tiba saja ia teringat akan foto yang ia ambil di rumah david beberapa hari yang lalu. Vika meraih sling bagnya dan kemudian mengambil foto itu.

Kepalanya terasa pusing kembali. Namun bayang bayang itu kembali terlintas namun tidak sepenuhnya kontras seperti biasanya. Vika melamun. Ia terdiam. Rasanya benar benar bimbang sekarang.

Kenapa harus aku?

Heart Secret (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang