Chapter 1

1.8K 48 7
                                    

Aku baru saja menyelesaikan dua sketsa design terbaruku. Aku menaruh pensil yang sedari tadi aku gunakan. Aku seruput kopi yang sudah mulai dingin yang telah kupesan dari tadi. Aku sesekali melirik keluar jendela kafe tempatku duduk kini. Melihat keadaan jalanan yang semakin ramai. Aku lihat jam tangan, pukul 5 sore. Pantas saja, jam pulang kerja. Dan hari ini jumat, orang-orang bergegas pulang untuk memulai akhir pekan.

Aku suap role cake yang sedari tadi tidak kusentuh. Aku juga memesannya saat memesan kopi tadi. Aku tidak tahu soal makanan. Aku tidak tahu makanan apa yang cocok saat meminum kopi. Saat melihat role cake berwarna hijau dengan cream putih serta sedikit cery di atasnya, aku langsung memesannya. Itu terlihat manis. Aku menyukai yang manis, jadi aku memesannya.

Aku kembali melirik sketsa yang baru saja aku selesaikan. Dua bulan lagi, akan ada peragaan busana. Bukan show tunggal. Bersama fashion designer yang lain. Beberapa nama yang ikut, aku mengenalnya.
Hanya tersisa dua bulan, tapi belum satupun rancangan yang aku selesaikan. Padahal aku harus memperagakan delapan busana. Enam busana wanita dan dua busana laki-laki.

Aku menaruh kopi yang sedari tadi masih di tanganku. Menghela nafas dan menghembuskannya perlahan. Aku kembali mengambil pensil. Memulai sketsa ketiga. Saat baru saja aku menggores pensil pada kertas baru, terdengar bunyi gemerincing. Bel yang ditaruh digagang pintu kafe itu berbunyi. Ada yang masuk. Aku melihat ke arah pintu. Lalu kembali menarik nafas dan menghebuskannya kasar. Seorang lelaki tersenyum melihatku dan berjalan kearahku. Lantas, dia duduk dikursi depanku. Aku malas menatapnya dan kembali dengan pensilku.

"Tau darimana gw di sini?" tanyaku pada Ednan. Ya, namanya Ednan. Aku mengenalnya. Dia asistenku. Sudah 3 tahun semenjak dia menyelesaikan kuliahnya. Sebelumnya, dia hanya mahasiswa tata busana yang magang di tempatku. Setelah menyelesaikan kuliahnya, dia kembali ke butikku. Melamar sebagai asistenku, meski aku tidak membuka lowongan. Saat dia kembali, aku langsung mengenalnya. Dia tipe orang yang berdedikasi tinggi terhadap pekerjaannya. Dia menikmati setiap pekerjaan yang kuberikan. Hal itu tampak dari wajahnya yang selalu menikmati pekerjaan yang kuberikan, meskipun aku menyuruhnya menyelesaikan sebuah gown dengan detail yang rumit. Dan, setiap dia menyelesaikan perkerjaannya, aku pastikan senyumnya mengambang dan dia bersorak riang. Bahkan, tak jarang aku melihatnya memuji karyanya sendiri. 'ini begitu indah', kalimat yang selalu diucapkannya setiap kali mewujudkan satu design menjadi busana yang utuh. Tapi, bukan hanya itu yang membuatku mengingatnya. Dia laki-laki, hal itulah alasanku.mengingatnya saat dia menyodorkan surat lamaran kepadaku. Tak banyak mahasiswa magang laki-laki. Bahkan baru dia saja mahasiswa laki-laki yang magang. Dia pun merasa spesial karena itu. Satu-satunya lelaki diantara para wanita, hal yang menyenangkan, katanya.

Aku melirik kepadanya. Dia sedang menyeruput minumannya. Aku tak tahu kapan dia memesan itu. Dia melihat padaku. Menyadari aku menunggu jawabannya, dia menaruh minumannya.

"Saat lu lagi capek, lagi males, lagi bete, lagi galau, lagi mikir, lu pasti ke sini. Gak perlu lu kasih tau pun, gw juga udah tau sendiri," jawabnya dan kembali menyeruput minumannya.

"lu tu gak sopan yah", aku menghentikan pekerjaanku. Kini pensil yang sedari tadi kugunakan untuk mendesign aku acungkan ke wajah Ednan. Ednan menarik wajahnya kebelakang, takut ujung pensil yang runcing itu mengenai wajahnya. Pipet yang digunakannya untuk minum, masih digigitnya. Sedangkan gelasnya masih di atas meja.

"Ingat ya bocah. Gw itu lima tahun lebih tua dari lu. Lima tahun! Lu mesti sopan. Enak aja, lu, gw, lu, gw. Panggil abang! Lu gak inget gw siapa? Lupa yang gaji lu siapa?" tanganku masih mengacungkan pensil ke wajah Ednan.

"Ya, ya. Abaaaang. Gw tau. Lu Damar Rahendi. Designer kondang. Abang yang menggaji gw" Ednan menyingkirkan tanganku. Dia kembali memposisikan tubuhnya seperti tadi.

Muse: Design, Love & CatwalkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang