4. cinta monyet

1.3K 43 21
                                    

sorry for typo....


Terlihat dua anak laki-laki memakai celana pendek warna biru tengah berlari kencang untuk bisa masuk kedalam gerbang yang sudah tertutup setengah. Dengan gerakan cepat keduanya melompat masuk dari celah tersebut secara bergantian. Sang satpam yang sedang bertugas menutup gerbang hanya menggeleng pelan, sudah bosan rasanya dia berteriak atau memarahi kedua anak tersebut karena ini bukan kali pertama, kedua atau ketiganya mereka seperti ini. Tapi sudah berkali-kali dan sudah tak bisa dihitung dengan jari.

"tepat waktu seperti biasanya kan pak Maul, hehehe..." ucap salah satu dari kedua murid sekolahan tersebut.

"bodo amat tong!" saut sang satpam membuat kedua anak itu terkikik dan bergegas menuju ke ruang kelas.

Keduanya berharap sang guru belum masuk kedalam kelas atau kalo tidak bisa-bisa keduanya harus berdiri lagi dibawah tiang bendera dan itu artinya sia-sia saja aksi keduanya lari-larian dan lompat-lompatan seperti tadi.

Senyum mereka tercetak saat melihat ruang kelas keduanya masih terbuka lebar, dan itu artinya sang guru belum datang karna biasanya snag guru akan menutup pintu kelas mereka saat sedang mengajar.

"hehe aman nih Kel..."

"yoi Raz, huft gak sia sia kita lari kayak tadi kan..."

"halah tapi besok besok aku ogah deh tanding lari lagi, gilak aja kamu ngajak tanding lari dari rumah sampe sekolah. Capek bro!"

"aku juga ogah, dua puluh lima menit loh kita sprint dari awal sampe akhir. Kapok aku Kel, lutut nih rasanya mau lepas dari engselnya."

"hahahaha..."

Kedua anak itu malah tertawa bangga tanpa menyadari bila dibelakang mereka sudah berdiri bu guru yang mengelus dadanya sendiri.

"ehem..."

Demenan itu sukses membuat tawa keduanya terhenti, secara bersamaan mereka menengok perlahan kebelakang dan menatap pasrah pada bu guru yang menatap horror keduanya.

"eh bu guru kami-"

"Keli.. Araz.. buruan langsung berdiri di bawah tiang bendera sampe jam pelajaran pertama selesai."

"tapi bu-"

"SEKARANG!"

"siap bu!" ucap keduanya kompak dan langsung ngacir menuju ke tiang bendera untuk menjalani hukuman dari bu guru killer itu.

Keli dan Araz, dua bocah yang bersahabat sejak SD. Rumah mereka bersebelahan sehingga pertemanan mereka terjalin hingga kini mereka duduk di bangku kelas 8 di salah satu smp favorit di Jakarta.

"huft~ panas.." keluh Keli mengusap dahinya yang berkeringat.

"kalo mau dingin ya masuk kulkas Kel." cibir Araz membuat Keli mendengus kesal.

Keli mengalihkan padangannya ke koridor kelas 9, terlihat dua orang siswi yang merupakan kakak kelas keduanya tengah berjalan bersama sambil membawa buku paket di tangan keduanya. Senyum Keli mengembang seketika saat melihat salah satu siswi itu.

"cie liatin kakak gemes ya.." ucap Araz menyenggol lutut bagian belakang Keli sehingga membuat keseimbangannya goyah.

Karna tadi Keli melamun jadinya ulah gerakan kecil dari Araz membuat dirinya terjatuh. Keli mengerang kesal, bukan karena kesakitan namun karena siswi yang tadi menjadi objek pandangannya kini tengah menatapnya dengan senyum yang lebar. Alias menertawakan jatuhnya.

"Araz ih malu maluin aku aja!" dumel Keli membersihkan lututnya yang kotor oleh pasir.

"malu sama kak Memei ya.."

os jeketiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang