The Silver Chip 09 : The Disclosure of Evidence

1.3K 243 49
                                    

Warning!

Tekan vote sebelum membaca! Hargai karya author dengan meninggalkan jejak! 👣

Terima kasih 👌

Derap sepatu memenuhi kesunyian ruang, terdengar berat meski tanpa hentakan. Suara itu seakan dengan lembut menyanyikan sebuah lagu kematian. Ia menghantarkan aura amat pekat, terlebih ketika Dwennon terbahak hingga seluruh pundaknya bergetar.

"Hahaha. Kau? Menungguku?" cibir pria itu meremehkan. Sekilas seringai terbentuk di bibirnya yang hitam. Semakin lebar. Kemudian, diiringi gerak manik Dwennon yang menyorot tubuh ringkih Clue dengan tajam, ia berteriak, "lebih tepatnya menunggu kematianmu, bocah keparat!"

Clue menoleh susah payah, benar-benar berusaha memusatkan pandangan yang sudah kabur nyaris total. Namun, bibir pucat pasi tanpa gentar mendesis pada iblis di pantulan iris hitamnya. "Ya, kau benar. Dengan kondisiku yang seperti ini, tentu mudah saja bagimu untuk membunuhku."

"Tepat sekali!" Dwennon menyahut dengan nada sarkastik lalu bertepuk tangan. "Tak ada alasan apapun untuk membiarkan keparat sepertimu tetap hidup. Kau kira aku tak tahu rencana sialan apa saja yang kau lakukan, hm?"

Pria itu semakin mendekat, wajah buruk rupa yang angkuh kian menggelam di selimuti gelora maut. "Kau menipu pekerja dunguku dengan mengaku sebagai utusan."

Picingan matanya kian menajam, menghantarkan teror yang merobek nyali. "Mencuri informasi berharga dengan memanfaatkan para babi pemabuk itu."

Langkah-langkah berat itu terhenti tiba-tiba, tetapi aura mengerikan masih setia memenuhi atmosfer sekitar. "Menyusup dan melepaskan gas pelumpuh jahanam itu di markas. Kau berharap ingin melumpuhkanku, eh?"

Tak ada jawaban dari gadis ringkih yang terbaring itu. Satu-satunya yang tersisa darinya hanya suara tarikan napas yang terdengar serak dan lemah.

"Jangan salahkan aku jika akhirnya nyawamu akan tamat di tempat ini. Kau, Monourea dan orang-orangmu yang sok heroik itu akan segera merasakan akibatnya. Aku bersumpah akan mengirimkan kepalamu pada antek-antek jahanam itu, agar mereka tahu ancaman besar macam apa yang mereka hadapi!" Dwennon menambah lebar seringainya. Tubuh gempal itu kini menjulang tepat di depan Clue. Manik sarat kesombongan mengiris-iris Clue dengan sorot bengis. Dwennon tanpa asih menyambar rambut Clue, menariknya sangat kasar ke udara seraya berbisik, "Jadi, apa pesan terakhirmu?"

Clue mengerang, tubuh yang sudah lemah itu tersentak akibat jambakan mafia brengsek di rambutnya. Alih-alih menghajar wajah menjijikkan di atasnya, tangan mungil Clue hanya bisa mengerat lemah pada pergelangan tangan Dwennon. Gadis pucat itu bahkan tidak memiliki tenaga untuk melepas tarikan laknat itu. Namun, bukan berarti otaknya berhenti bekerja.

"Silver Chip yang berada di tanganmu itu palsu," kata Clue, tenang, singkat dan padat. Gadis itu menarik napas sedalam yang dia bisa, berusaha mempertahankan kesadaran dan menelan jauh rasa sakit akibat jambakan itu. Kemudian, ia menutup matanya. Seolah-olah Clue tidak peduli pada reaksi Dwennon atas ucapan konyol tersebut.

Mendengarnya, Dwennon lagi-lagi terbahak, lalu menghardik muak pada Clue. "Cih, kau kira aku akan percaya pada kata-kata murahanmu itu?" tandasnya penuh penekanan. Baginya, polisi keparat itu pasti sangat putus asa untuk mengatakan hal bodoh begitu. Perlahan jemari gemuk Dwennon menarik sesuatu dari kantong bajunya. Pria itu memperkenalkan mainan miliknya pada dunia. Pistol perak dengan ukiran-ukiran abstrak segera berkilau saat temaram lampu menyapa. Dwennon tegas mengarahkannya pada kepala Clue yang sedikit tertunduk.

Sementara Clue tetap pada posisinya, tak peduli, tak mencoba melawan sedikitpun. Itu juga tidak mungkin, mengingat sakit dan perih di tubuh ringkih itu benar-benar mencabik kesadarannya. "Terserah apa katamu, itu bukan urusanku," gumam Clue, sekenanya. Kemudian ia bergeming. Seakan-akan gadis itu sudah pasrah menyapa kematian yang melambai padanya.

Detective Clue : Law And CrimeDonde viven las historias. Descúbrelo ahora