Murder in Locked Room

2.1K 258 180
                                    

Warning (!)

Tekan vote sebelum membaca, hargai karya author dengan meninggalkan jejak! 👣

Terima Kasih 👌

Pagi merebak menjumpai langit pucat, merangkak pelan di temani kabut.

Barangkali, asap tebal pabrik membuat langit murung itu tampak mengelap. Burung-burung seolah tidak sudi menampakan diri, begitu juga mentari yang hingga kini masih mengintip malas dalam selimut peraduan. Suasana kota kali ini benar-benar nyaris padam oleh rintihan angin dan amukan salju yang turun bagai membekukan kota.

Bila dilihat dari udara, maka akan nampak seperti bayang-bayang skizofrenia, penuh gradasi abu-abu oleh puluhan gedung yang berdiri angkuh di pusat kota, dibalut limpahan panorama hebat yang memanjakan mata. Sungguh, daya tarik Monourea jelas tak ada duanya. Segala aspek teknologi maupun kepuasan duniawi sebenarnya dapat di jumpai di kota tersebut. Sepintas, memang seperti kota impian.

Akan tetapi, ironi tercipta saat menilik luka lama yang tertoreh, mendapati kenyataan bahwa napas tak ubahnya seperti buih di samudera lepas, segera lenyap ketika ombak menerjang. Tak terhitung berapa kali maut mengintai. Ketika kegelapan telah bertindak, semuanya seakan menjadi hal yang lumrah.

Darah layaknya warna yang terbalur dalam kuas, pada akhirnya tergores menyapukan lukisan duka. Peluru-peluru seperti tak punya segan, menorehkan palet menganga di tubuh-tubuh manusia tanpa kenal waktu. Cairan merah tua terburai, tanpa nyawa. Dan semua karya seni itu selalu tertulis dalam sejarah gelap Monourea.

Selamanya.

Di salah satu kawasan gedung tinggi bernuansa kelabu, sebuah kawasan berupa apartement mewah bertengger dengan angkuh di jantung Monourea. Area itu menjadi pembuka aktivitas di pagi yang murung ini. Sebenarnya, tidak ada yang menarik di sana. Mungkin, hanya ada satu jendela yang tampak terjaga di antara deret-deret bening jendela lain. Dari dalam ruangnya, lampu jingga berpendar. Tidak redup, justru terangnya berpendar dari ruang di lantai dua itu. Pelita itu memberi cahaya kontras di antara jendela-jendela yang masih padam dalam lelap.

Seseorang bermantel hitam nampak termenung di seberang jendela yang terbuka setengah, mendongak lurus tanpa pernah berpaling. Sesaat, setelah buku setebal kamus di genggamannya telah ia tamatkan dalam kurun tiga jam terakhir. Tingginya tak lebih dari satu meter karena ia duduk bersimpuh di atas sofa mungil. Mantel hitam yang menutupi sebagian leher amat membantu untuk memberi pencitraan misterius yang berlebihan. Rambut hitam panjangnya tampak berontak di usik angin, sesekali menggeliat di atas wajah pucat yang senada dengan cuaca kali ini.

Bila dilihat lebih dekat, dia hanyalah seorang gadis remaja yang tertarik pada dunia luar. Walau mungkin, kondisi tubuhnya tak sekeras prinsip hidupnya yang begitu pahit. Mantel hitam yang ia kenakan terlalu tipis untuk gempuran amuk gigil yang entah berapa kali sudah menjamah tubuh ringkihnya. Alih-alih menangkupkan tangan dan memerangkap hangat, gadis mungil itu justru congkak melawan gigil. Tak ada usaha yang berarti meski gigil sedari tadi terus menggigit seluruh persendiannya.

Bila dilihat lebih dekat lagi, dia adalah Clue. Seorang Sersan yang bertugas di Monourea Police Departement---yang di sebut-sebut sebagai kesatuan paling di segani di beberapa kota. Tiadanya emosi yang kentara membuat gadis itu sepintas mirip patung beku, pun mata indah yang sedari tadi menerawang itu tampak kosong tak bermakna. Bibir mungilnya yang sedari tadi terkatup mulai tampak membiru, mengindikasikan bahwa suhu di sekelilingnya sedang menyusut menuju kondisi dingin terbaik. Tubuhnya tegap meski dalam titik menggigil parah, nyaris beku sebenarnya. Namun sekali lagi, gadis 19 tahun itu tak pernah menunjukkan, apalagi mengeluhkan.

Seorang lagi tampak duduk di seberangnya--- kali ini berjenis kelamin pria. Posturnya yang tegap dan atletis, tampak begitu cocok dengan seragam kelabu yang ia kenakan. Rambut Raven tak di sisir miliknya seolah menggambarkan betapa sibuk dirinya hingga melupakan kerapian. Di pergelangan tangan yang di hiasi jam tangan keluaran Alba itu, tersemat beberapa lembar surat kabar penting. Tapi, bukan hanya itu yang menjadi fokus utamanya saat ini.

Detective Clue : Law And CrimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang