Murder In Locked Room 07 : Damn Deadlock!

1.5K 220 103
                                    

Kemana perginya Alvin?

Wanita itu akhirnya memutuskan untuk beranjak dari tempat dan melakukan patroli kecil untuk menemukan si pirang. Dia mencarinya di kamar, dapur, ruang tamu bahkan Reillan telah mengitari lorong sebanyak tiga kali hingga bertanya pada seorang petugas yang masih berjaga. Rasa cemas dan khawatir itu kian menjadi saat sosok pirang Alvin belum juga di temukan. Reillan, untuk pertama kalinya merasakan hal buruk telah menimpa pemuda riang tersebut.

Alvin, petugas pirang itu... Dia menghilang secara misterius.

-----------------------------------------------------------

Warning (!)

1. Tekan vote sebelum membaca, hargai karya author dengan meninggalkan jejak! 👣

2. Dengan pengetahuan yang terbatas, author minta maaf jika nantinya di temukan banyak kesalahan. Jika menemukan hal semacam itu, silahkan tulis komentar di kolom komentar.

Terima Kasih 👌

-----------------------------------------------------------

Sepasang netra David membeliak di antara bayang-bayang temaram. Keringat dingin timbul, meluncur jatuh dari sela poni yang tersibak angin. Gemetar, langkah-langkahnya perlahan surut. Seirama dengan hembusan angin yang berputar dan membentur kuat dinding-dinding ruang itu. Kemudian, bebauan aneh lagi-lagi menyergap, menusuk hidungnya tanpa ampun dengan aroma pekat yang sungguh memuakkan.

"Uhukk!" David tidak tahan lagi, dia terbatuk hebat. Perutnya terasa mual seperti dikocok. Nyaris saja dia memuntahkan isi perutnya jika tidak ingat dimana tempatnya berpijak saat ini. "Sial!" gerutunya, ia mencengram kuat perut dan hidungnya, berharap bebauan itu akan berkurang dan berhenti menerornya.

Tak jauh beda dengan Connor, pemuda itu memilih menjepit hidungnya dengan jari, menghalau bebauan busuk yang datang dan mengusiknya sedari tadi. Perutnya juga bahkan sudah bergolak hebat, tetapi pemuda itu tidak menghiraukan. Dia tetap tenang dalam posisinya, bahkan sesekali ia melempar tatap pada kekacauan di sekitar.

Di ruang persegi itu, berbagai jenis sampah menumpuk. Ada sampah basah, kering bahkan duri-duri ikan turut mengisi setiap inci ruang. Kesemuanya dibiarkan berserakan dan menjamur di lantai, bahkan sebagian sudah membusuk dalam kantong-kantong plastik. Belum lagi dengan debu dan lumut yang berlomba menghiasi dinding putih. Connor sendiri sangsi bahwa rumah itu pernah di bersihkan. Pemuda itu heran, bagaimana caranya 'si tuan rumah' dapat bertahan dalam kekacauan ini, sementara bebauan luar biasa sejak tadi menguar dan dapat tercium hingga jarak sekian meter.

Keterlaluan, memang.

Si tuan rumah akhirnya bangkit setelah cukup lama menilik kedua tamu tak diundang dalam geming. Ia berdiri dan membiarkan kucing di pangkuannya beranjak dari sana. Pria itu memang tidak berkata apapun semenjak mengucapkan sambutan di awal, tetapi matanya seolah berpesan bahwa ia sedang terusik.

"Ha-lo..." ucapnya kemudian. Hoodie gelap yang ia kenakan luruh saat tubuhnya benar-benar tegap. Lewat pantulan cahaya bulan yang menyelinap masuk dari jendela, David kini dapat melihat sosoknya secara jelas.

Pria itu tinggi, tubuhnya dapat di katakan sangat ideal dan atletis. Potongan Quiff Blow sangat cocok membingkai bentuk wajahnya yang lonjong. Hidung mancung, bibir tipis dan bermata sipit tajam. Orang ini memiliki proporsi wajah yang nyaris sempurna---pesona aristokrat yang sulit terbantah. David mengenalinya lewat berkas yang Brandon berikan tadi. Pria itu masuk dalam daftar kecurigaan, dan Inspektur sangat beruntung bisa menemukannya di sini. Tentu ia cukup kaget, mengingat latar belakang si tuan rumah yang berbanding terbalik dengan kekacauan dan keadaan di sekitarnya saat ini.

Detective Clue : Law And CrimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang