Lagu menjadi tak bernada. Selalu terdengar sumbang. Tak pernah menghibur.
Angin menjadi tak terasa. Berlalu begitu saja. Tak pernah membuatnya bereaksi.
Tak pernah ada lagi yang indah. Tak pernah ada lagi yang berhak mendapatkan atensi.
Kehidupan Yeon Seok seolah terhenti. Hanya berjalan tanpa rasa. Hanya bergulir seperti air yang bahkan tidak mengalir.
Air matanya menetes sekali lagi. Setelah dikremasi, Yeon Seok memutuskan untuk membawa abu Eun Gi dan Harang ke Jeolla bersamanya.
Guci berisi abu Eun Gi ia kuburkan di bawah sebuah pohon maple. Sesuai dengan besarnya rasa cinta Eun Gi untuk musim gugur. Nanti, kala musim gugur datang, pohon maple akan menjadi pohon terindah yang mewakili musim itu. Daun-daunnya yang merah dan jatuh ke tanah, akan sangat dinantikan Yeon Seok.
Dia bahkan sudah berencana, akan duduk di bawah pohon maple itu setiap hari saat musim itu datang. Bersama istrinya. Walau sudah berbeda dunia.
Sedangkan guci berisi abu Harang, Yeon Seok semayamkan di bawah pohon besar yang seharusnya menjadi tempat bermain Harang nanti.
Tangan Yeon Seok terkulai di samping tubuhnya. Sementara dia terduduk, bersimpuh di bawah pohon. "Harang-ah ... appa bogoshipeo."
Baru saja ia meletakkan sejumput tanah terakhir untuk menutupi guci itu.
"Appa, nanti Harang mau Appa membuat rumah pohon di Jeolla. Kalau tidak dibuatkan rumah pohon, lebih baik Harang tinggal di Seoul saja bersama Suho Samchon."
Yeon Seok menggelengkan kepalanya. Kali ini sambil membungkuk, bersujud tepat di atas peristirahatan terakhir Harang. "Harang-ah, jangan tinggalkan appa. Tinggallah bersama appa, Harang."
Bahkan Harang sudah tidak tinggal di dunia ini lagi. Bahkan Harang sudah berbahagia di sisi Tuhannya.
"Appa, saranghaeyyyuuuuuuu!"
Yeon Seok terkekeh miris dengan air mata yang terus meleleh di wajahnya. Suara Harang masih melekat jelas di kepalanya. Suara riang dan melengking yang menyapanya setiap kali pulang kerja. Juga setiap kali anak itu pulang sekolah.
Harang adalah anak yang selalu menyerukan kata cinta berulang kali untuk orang tuanya.
Ketika Yeon Seok memberinya kecupan, hadiah, atau perlakuan yang hangat. Bahkan sekali pun Yeon Seok baru saja memarahi anak itu, Harang akan selalu mengucapkan cinta di sela tawa mau pun tangisnya.
"Saranghaeyo, Harang-ah. Saranghae."
Yeon Seok bangkit dari sujudnya. Tidak memedulikan wajahnya yang lusuh dan kotor oleh tanah. Dia kini malah bersimpuh, membentur-benturkan kepalanya ke batang pohon.
Dia ingin melupakan kehancurannya, di saat bersamaan ia juga tidak sanggup melepaskan Eun Gi dan Harang.
"ERGH!"
Yeon Seok memekik tertahan. Kepalanya mulai membiru.
Benturannya tidak main-main. Di sela isakannya, nama Harang dan Eun Gi berkali-kali dia sebut.
Sebentar lagi mungkin kepalanya akan hancur, sama seperti kehidupannya.
Yeon Seok memundurkan kepala. Menatap pohon Harang dengan nanar sambil maju lagi, bersiap membenturkan kepala untuk kesekian kalinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
NAMU ✔
Fiksi Penggemar***Sehun Exo Fanfiction*** Bumi di mata Yoo Yeon Seok sudah berhenti berputar. Tidak ada matahari, tidak ada rembulan. Yang hakiki hanya kegelapan. Matanya masih menangkap rupa dan warna, tapi hatinya lah yang buta. Sebabnya, karena Yeon Seok kin...