Namu 6 : Pintu Itu Untukmu

4.6K 697 73
                                    

"Ceritanya akan lebih menarik kalau Roary menerkam kembali serigala yang menyakitinya."

"Benarkah begitu?"

Anak itu mengangguk. Tapi matanya tak lepas dari TV LED di depannya. Tubuhnya menggelayut manja dalam rengkungan ayah. Kakinya menjuntai satu, sementara kaki yang satunya lagi menekuk ke belakang.

"Roary sudah besar. Dia harus membalas dendam. Tapi, ini tidak seru. Roary malah memaafkan Woolim dan memberinya ampun. Apa itu masuk akal? Derita berkepanjangan hanya selesai untuk satu kata sesal?"

"Bukan di sana pesan utamanya, Nak. Roary dan Woolim ingin mengajarkan bagaimana berdamai itu lebih baik daripada melanjutkan angkara."

Kepala anak itu menggeleng. Tidak setuju sama sekali. "Berdamai dan memaafkan tidak akan mengembalikan waktu. Roary memaafkan Woolim, tapi Woolim tidak bisa menyembuhkan salah satu kaki Roary yang dia buat patah saat Roary kecil."

Jang Hyuk menghela napas. Film Roary : The Jungle's Light, nyatanya tidak berhasil menyampaikan pesan baik untuk putranya. Padahal filmnya bagus, pesan moralnya banyak.

"Kalau aku jadi Roary, sebelum Woolim kumaafkan, kupatahkan dulu salah satu kaki Woolim. Biar impas." Anak itu tersenyum. Tapi, kemudian air mukanya berubah keruh. "Seperti ahjussi itu, dia diadili, tapi masa kecilku tetap tidak kembali, kan?"

Baekhyun bergerak. Duduk tegak dengan kepala celingukan ke sana ke mari dengan mata kosong dan bergelombang. Jang Hyuk sampai terkesiap. Dia hanya bisa diam melihat gelagat putranya.

"Ahjussi ... ahjussi itu sudah pergi, kan? Dia benar-benar tidak akan datang menemuiku lagi 'kan, Appa?"

Jang Hyuk meraih bahu Baekhyun lalu membawa tubuh anak itu ke dalam dekapannya. "Tidak, Nak. Orang itu sudah dijebloskan ke penjara."

"Tapi, nanti dia bisa keluar! Apa ... apa ... apa di penjara dia juga akan mendapatkan perlakuan yang sama seperti dia memperlakukan aku dulu, Appa?"

Baekhyun mengurai dekapan Jang Hyuk, lalu celingukan lagi sambil tersenyum kecut, sedetik kemudian merengut takut. Kepalanya menggeleng kencang. Matanya dipaksa menutup dengan sekujur tubuh mulai gemetar.

"Apa di penjara dia akan dikunci di dalam ruangan tanpa jendela seperti tempatku dulu, Appa? Apa dia akan mendapatkan jatah makanan busuk dan mengaisnya di lantai? Apa ahjussi itu juga akan memakai pakaian yang sama selama bertahun-tahun sepertiku dulu? Atau ... a-a-apakah seseorang akan datang untuk memukulnya kalau ahjussi itu bersuara? Memukulnya seperti ini?" Baekhyun mengulang suasana kelam itu. Dia menghantamkan tubuhnya ke sandaran sofa dengan kencang berulang kali sambil menitikkan air mata.

Sementara Jang Hyuk hanya membeku.

Baekhyunnya menderita. Putranya tersiksa di saat dia justru mendapatkan hal yang nyaman bersama istri dan putra bungsunya.

"Dia juga memukulku seperti ini kalau aku minta pulang, Appa." Baekhyun meraih tangan Jang Hyuk, lalu mengarahkan ke wajahnya sendiri. Jang Hyuk menegang. Menghentikan ocehan Baekhyun dengan kembali memeluknya.

"Hentikan, Nak. Hentikan, Baekhyun. Semuanya sudah usai. Kau aman dan kau akan bahagia bersama appa dan eomma."

"Ahjussi itu ... tidak akan datang lagi, kan? Ahjussi-ahjussi yang lain juga ada bersamanya sekarang, kan?"

Jang Hyuk mengangguk. Mengeratkan dekapannya. Membuat kepala Baekhyun menempel di dadanya hingga tidak bisa berkutik.

Dokter bilang, untuk membuat trauma Baekhyun menghilang memang harus dibiasakan mengulang cerita itu sering-sering. Agar lama-lama, Baekhyun akan terbiasa dengan masa lalunya. Hingga akhirnya, tidak akan ada efek atau dampak lagi ketika Baekhyun mengingat kesakitan itu.

NAMU ✔Donde viven las historias. Descúbrelo ahora