Namu 16 : Satu Sama

4.1K 670 117
                                    

"Kalau sudah begini, rasanya aku ingin sekali memperbaiki pintu depan, Hyung. Supaya dia tidak bisa masuk sesuka hati seperti kemarin-kemarin," keluh Sehun sambil mengacak-acak rambutnya dengan kesal.

Sementara Chanyeol terkekeh geli mendengarnya. "Perbaiki saja kalau kau punya uang. Paling, Kakek Lee malah bahagia kalau kau mau berinisiatif memperbaiki salah satu bagian dari rumah yang ia bangga-banggakan ini. Rumah kenangan masa mudanya yang katanya hidup susah, sekarang pun juga masih susah. Haha! Tapi lumayan lah, rumahnya yang sekarang sudah tidak jelek dan tinggal menikmati hasil jerih payahnya saat muda."

Sehun merengut. Entah kenapa Chanyeol sangat bertele-tele belakangan ini. Seolah, justru Chanyeol lah yang sangat bahagia karena keluarga Sehun sudah datang dan mulai memberi mereka banyak hal yang enak.

Meja dan karpet bulu yang tebal di ruang depan, tirai-tirai lucu untuk mengganti kain kumal yang menutupi jendela, kasur lantai yang lebih layak pakai, perabotan dapur dan suplai makanan harian mereka, juga sekarang ... sudah ada televisi di rumah itu.

"Sudahlah, jangan menjadi anak yang susah dimengerti seperti itu. Jalani saja semuanya dengan biasa. Lari pun percuma, kan? Lagian kau mau ke mana dan mau apa?" Chanyeol menyikut lengan Sehun. Mereka berdua sedang duduk berdampingan di ruang depan. Tubuh jangkung keduanya melengkung, bersandar ke tembok usang yang catnya mulai mengelupas.

Beberapa bagian juga sudah ditumbuhi lumut. Mereka—para pemuda—itu tidak peduli dengan tembok yang berlumut di saat yang ada di pikiran mereka hanya mencari uang dan mencari uang.

Sementara itu terdengar suara percikan air yang keras, dan beberapa kali suara pekikan tertahan dari arah kamar mandi.

Itu Baekhyun!

Bertemu dengan Sehun seolah menjadi dunia yang baru untuk Baekhyun. Dia meninggalkan pekerjaan, melimpahkan segala hal kepada Leeteuk. Tidak peduli dengan waktunya yang terbuang banyak hanya demi bersama Sehun. Demi mendekati adiknya, demi meraih keutuhan keluarganya.

"Kakakmu itu gigih sekali, Hun. Membujuk adiknya seperti sedang berjuang mengambil perhatian calon istrinya." Chanyeol menggoda lagi, Sehun hanya bisa mendengkus dibuatnya.

Sementara itu dari arah luar terdengar suara-suara gaduh. Pintu diketuk dan Chanyeol beranjak membukanya.

"Annyeonghaseyo!" Jang Hyuk, Na Ra, dan Leeteuk masuk ke rumah sambil menenteng barang bawaan masing-masing.

Sehun semakin malas dibuatnya. Semua hal yang dilakukan oleh Jang Hyuk dan Na Ra seolah menjadikannya seperti seorang anak yang sedang merajuk minta dibelikan ini itu. Atau, malah dia sedang disuap dengan barang-barang yang kini ada di rumahnya.

"Woah! Imo, Samchon, banyak sekali belanjaannya!" Chanyeol memekik lantang. Leeteuk membawa banyak makanan, sementara Jang Hyuk dan Na Ra membeli banyak pakaian untuk Sehun dan Chanyeol.

"Hai, Sehun, eomma membelikanmu baju musim panas yang baru saja release dari brand terkenal. Kau suka?" Na Ra tersenyum lalu duduk di depan Sehun yang nampak tidak tergoda. Berbeda dengan Chanyeol yang langsung membawa masuk oleh-oleh untuknya.

"Terima kasih." Sehun berkata pelan. Tidak sinis, tidak juga hangat. Hanya hampa yang menjadi nadanya. Seolah yang mengatakannya, tidak memiliki jiwa. Atau mungkin jiwa Sehun entah sedang melayang ke mana.

Na Ra hanya tersenyum kaku melihatnya. Begitu pula dengan Jang Hyuk dan Leeteuk.

Jang Hyuk bergerak, berinisiatif untuk pindah tempat duduk di samping putra bungsunya. Perlahan, tangannya menjulur, menggenggam tangan Sehun yang kasar tapi hangat. "Appa tidak pernah bisa konsentrasi lagi terhadap pekerjaan appa, Nak. Appa selalu merindukanmu sepanjang waktu."

NAMU ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang