14 - Percaya

7K 899 321
                                    

Ke unpub sendiri, lagi:(

Jihoon meremas kaus yang ia pakai dengan gugup, di depannya ada sepasang mata yang terus memperhatikannya tanpa berkedip sedikitpun

Hoppla! Dieses Bild entspricht nicht unseren inhaltlichen Richtlinien. Um mit dem Veröffentlichen fortfahren zu können, entferne es bitte oder lade ein anderes Bild hoch.

Jihoon meremas kaus yang ia pakai dengan gugup, di depannya ada sepasang mata yang terus memperhatikannya tanpa berkedip sedikitpun.

"Beberapa kali aku lihat pun, kamu semakin manis sekarang, Hoon."

Jihoon menelan ludahnya susah payah, lalu ia menggenggam sang anak, Aeji, yang duduk tepat di sampingnya dan sedang asik meminum bubble teanya.

"Aeji, kita pulang sekarang. Papa dikit lagi pasti pulang." ajak Jihoon lalu bangkit.

Aeji menolak pulang, ia menatap lelaki di hadapan Jihoon lalu tersenyum. "Tapi, Ma. Paman ini sudah berjanji akan membawa Aeji ke taman bermain."

Mendengarnya, lelaki itu tertawa lalu mencolek hidung Aeji gemas. "Pintar! Hoon, kamu harus mendengarkan apa kata anakmu."

Jihoon mendunduk, menyamakan tingginya dengan Aeji, berharap anak ini mau mengerti. "Aeji, kita ke taman sama Papa, ya?"

"Janji?"

Jihoon mengangguk lalu tersenyum, menatap sang anak dan mengelus rambutnya sayang.

Jihoon tidak ingin berlama-lama di restoran ini, dengan Daniel, kekasihnya dahulu. Jauh sebelum ia mengenal Guanlin, orang yang sudah resmi menjadi suaminya dan menjadi Ayah dari anaknya ini. Entah apa maksud dan tujuan Daniel kembali datang ke dalam kehidupan Jihoon, mengganggu rumah tangga bahagianya dengan Guanlin.

Datang dengan segala ancam-ancaman, hanya demi bertemu dengan Jihoon. Dan Jihoon benci, ketika lelaki itu berhasil memenangkan hati putrinya. Aeji memang tumbuh menjadi anak yang ramah dan ceria, tapi untuk kali ini saja Jihoon ingin egois, bahwa ada beberapa orang yang harus anaknya jauhi.

Daniel salah satunya.

Baru saja ingin meninggalkan meja, tangan Jihoon dipegang oleh Daniel. "Hoon..."

"Lepas!!!" teriak Jihoon tanpa sadar, menghentakkan tangan Daniel dengan kasar. "Jangan sentuh aku, Daniel! Pergi. Jangan ganggu keluarga kecilku, jangan ganggu kami!" bentaknya dengan air mata yang menggenang.

Daniel menghela nafasnya lalu ikut bangkit, mendekat ke arah Jihoon, menatap Jihoon lembut. "Jangan menangis, Hoon. Aku tidak suka melihatmu bersedih."

"Maka tolong, kamu pergi. Menghilanglah dari kehidupanku. Seperti kamu menghilang dulu, kenapa kamu datang lagi?" jawab Jihoon dengan suara serak, genggaman tangannya dengan Aeji semakin kencang, namun sang anak hanya diam.

Daniel tersenyum, menangkup pipi Jihoon lalu menghapus air mata yang mulai mengalir itu. "Aku tidak bisa, sayang. Aku sungguh sangat mencintaimu."

"Bajingan."

⭐⭐⭐

"Ma, kenapa Mama jahat pada paman baik itu?"

Liefde [PanWink] ✔Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt