20 - Friendzone [2]

5.8K 847 321
                                    

Epilog ; Friendzone

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.


Epilog ; Friendzone


Guanlin menepati janjinya.

Hari ini Guanlin resmi masuk sekolah kembali setelah empat hari di skors akibat baku hantam dengan kakak kelas mereka. Guanlin ingat betul betapa bodohnya hari itu, ketika ia melihat Daniel di lapangan basket bersama seseorang wanita sedang bermesra-mesraan padahal Jihoon sedang sakit dirumah.

Guanlin hilang kendali, ia langsung memukul telak rahang lelaki itu. Padahal semua sia-sia. Jihoon menganggap perkelahian itu konyol. Jihoon tidak tahu, bahwa Guanlin melakukannya hanya untuk Jihoon semata.

Tapi tidak masalah, Guanlin akan melupakan perasaannya.

Seperti yang ia janjikan pada Jihoon. Seperti Jihoon yang menepati janji untuk tidak menghubunginya, membuat Guanlin sadar bahwa sampai kapanpun hubungan mereka tidak akan pernah lebih dari sebatas teman sejak kecil saja.

Guanlin bersikap seolah tidak ada apa-apa sejak pagi. Justru Jihoon yang bingung disini.

Maksudnya, apa benar Guanlin dengan mudah menghilangkan perasaannya seperti itu?

"Lin, keluar yuk."

Guanlin menoleh sebentar, lalu kembali menatap kartu-kartu uno di tangannya. "Mau kemana? Pipis?" tanya Guanlin beriringan dengan geraman Woojin yang lagi-lagi kalah.

Guanlin dan Jinyoung tertawa kencang melihat Woojin mendapat satu lagi coretan bedak di wajah.

Jihoon tidak suka, Guanlin punya teman selain dirinya. Jihoon memang berteman dengan Guanlin saja, sedikit yang mau berteman dengan Jihoon karena Jihoon sedikit egois dan jika berbicara selalu pedas. Orang-orang yang tidak mengenal Jihoon pasti menyangka Jihoon adalah anak yang congkak dan sombong. Hanya Guanlin yang sejauh ini betah berteman dengan Jihoon.

Lain Jihoon lain Guanlin, justru Guanlin dengan mudah dapat teman karena Guanlin cukup royal, suka mengalah dan jarang cari masalah.

Jihoon harus sadar bahwa jika tidak ada Guanlin, Jihoon tidak punya siapa-siapa lagi disini.

"Bukan, ke belakang." ujar Jihoon, sembari menarik ujung seragam Guanlin berusaha mendapat perhatian dari lelaki itu.

Guanlin menoleh, lalu menaruh semua kartunya. "Gua udahan, ya."

Ya, sebanyak-banyaknya Guanlin punya teman, Guanlin tidak pernah menomor duakan Jihoon. Tidak peduli sakit hatinya di tolak, Guanlin tetap sebaik itu pada Jihoon.

Liefde [PanWink] ✔Onde histórias criam vida. Descubra agora