26. sober.

55.6K 3K 56
                                    

Lea kini sudah sadar dari komanya dan dipindahkan ke ruang rawat inap biasa. Di ruangan tersebut kini sudah terdapat Alfa, Zidan, Lia, Ratna dan juga Selma. Semua orang itu sedang menatap sendu ke arahnya kecuali Alfa, pria itu sedari tadi menggenggam telapak tangan Lea dengan sangat erat, seolah dirinya tidak mau Lea pergi dari sisinya.

Ratna perlahan mendekati Alfa, mengusap surai hitam lelaki itu kemudian bertanya kepada Lea. "Gimana perutnya? Ada yang sakit nggak?" Lea menggeleng sebagai jawaban.

Ratna tersenyum ke arah Lea, bahagia mendengar putri kandungnya sudah siuman dari koma yang dialami selama satu bulan. Selma juga kini ikut mendekati Lea, mengelus rambut merah Lea kemudian mencium kening gadis itu. "Maafin Mama, Le," ucapnya sendu dan Lea hanya mengangguk sembari tersenyum.

Setelah Selma pergi dari sisi ranjang Lea, Zidan segera mendekati Lea dan mengecup kening gadis itu. Zidan mengecup cukup lama dan lembut, seolah dirinya merasa bersyukur adik perempuannya bisa hidup dan selamat.

"Ada yang sakit?" Lea hanya menggeleng sebagai jawaban.

Sebenarnya Lea merasakan sakit yang teramat perih terutama pada bagian perutnya. Namun, dirinya tidak mau membuat orang-orang yang berada di ruangan tersebut khawatir terhadapnya.

Genggaman tangan Alfa di tangannya yang terbebas dari jarum infuspun semakin erat. Alfa merasa sangat bersyukur bisa memegang tangan itu kembali.

"Saya mau istirahat," ucap Lea tiba-tiba.

"Biar Alfa yang temani," ujar Alfa namun Lea segera menolaknya. "Sendiri aja."

"Ditemani sama satu orang ya, kamu sendiri yang pilih orangnya," ujar Alfa dan Lea segera menunjuk ke arah Lia yang sedari tadi hanya diam. "Sama Lia."

Lia yang ditunjuk hanya memasang ekspresi terkejut. Dirinya segera menjawab saat semua orang menatap ke arahnya. "Biar Lia yang temani." Semuanya mengangguk kemudian meninggalkan Lea dan Lia berduaan di ruangan tersebut.

Di dalam ruangan tersebut kini hanya ada kesunyian. Lia hanya menatap canggung ke arah Lea sebelum akhirnya duduk di bangku yang berada di samping ranjang Lea, tempat tadi Alfa duduk.

"Gimana keadaan lo, Le?" tanya Lia memecah keheningan sementara Lea hanya menjawab seadanya. "Seperti yang lo lihat."

Lia hanya tersenyum canggung. Dirinya bingung mau memulai obrolan dari mana. Lia benar-benar merasa sangat jahat kepada Lea.

"Kenapa lo minta ditemani sama gue?" tanya Lia dan Lea kembali menjawab dengan seadanya. "Nggak papa."

"Gue mau minta maaf, gue ngerasa udah jahat banget sama lo," ujar Lia. Gadis itu akhirnya mampu mengutarakan apa yang ia pendam sejak tadi.

"Gue pernah berniat untuk membunuh lo, dan alasannya karena iri," jujur Lia dan Lea hanya menyimak, menunggu kelanjutan ucapan Lia.

"Lo tau? Ada dua alasan kenapa seseorang iri kepada orang lain. Alasan pertama karena orang itu mau jadi diri orang lain, yang kedua, karena orang itu mau jadi diri orang lain tapi dia nggak mampu," ucap Lia panjang.

"Alasan itu benar, Le. Alasan gue iri sama lo karena gue mau jadi diri lo tapi nggak mampu." Lia menarik nafasnya sebelum akhirnya mengakhiri ucapannya. "Intinya, gue minta maaf, Le."

Lea hanya tersenyum, kemudian menjawab, "Gue juga minta maaf karena udah ngebuat diri lo jadi jahat." Lia menggeleng, kemudian membalas, "Lo nggak salah, Le."

Bad Girl [COMPLETED]Where stories live. Discover now