31. sick.

52.4K 2.8K 133
                                    

Dengan langkah terburu-buru, Alfa memasuki rumah sakit dengan Lea yang sedang ia bopong. Pria itu segera memanggil dokter yang akan menangani Lea. Alfa juga sudah menghubungi Zidan dan menyuruh pria itu datang, karena bagaimanapun, Zidan adalah kakaknya Lea.

Alfa sedari tadi berusaha menenangkan Ratna yang tidak mau berhenti menangis. Ratna benar-benar tidak mau berpisah dengan Lea untuk ketiga kalinya. Ratna sangat takut kehilangan Lea, apalagi saat gadis itu tidak mau bangun, Ratna tidak tau bagaimana nasib dirinya jika dirinya kehilangan Lea dan bahkan sampai tidak bisa bertemu dengan Lea lagi untuk selama-lamanya.

Lea kini sudah dimasukan kembali ke ruang ICU, ruangan yang mungkin sudah seperti kamar bagi Lea.

Zidan juga sudah datang ke rumah sakit. Zidan, Selma, Lia, Almi, Irsyad bahkan Salsa dan Azri sekalipun juga datang. Semuanya datang untuk menjenguk keadaan Lea.

Semenjak kejadian di mana Irsyad menyatakan perasaannya kepada Lea dan Lea menolaknya, saat itu juga Irsyad memilih untuk menjauh. Irsyad tidak mau egois, Irsyad yakin Lea akan bahagia bersama Alfa. Pria itu juga sekarang sedang mencoba membuka hatinya untuk Lia, sementara Almi, pria itu sekarang sedang berusaha mendekati Azri.

Di depan ruangan ICU sudah banyak orang namun Lea belum juga selesai ditangani. Sama seperti Alfa yang sedang menenangkan Ratna, Zidan juga kini sedang menangkan Selma.

Selma sedari tadi menangis tiada henti. Jika dulu dia tidak menembak Ratna, mungkin kecelakaan itu tidak akan terjadi. Namun, semuanya sudah terlambat, yang bisa wanita itu lakukan hanya berdoa. Berdoa semoga anak angkatnya selamat dan bisa sehat kembali seperti semula.

Tidak lama kemudian, dokter keluar dari ruangan tersebut. Ratna segera bangkit dari duduknya dan menghampiri dokter itu. "Bagaimana keadaan anak saya, Dok?" tanya Ratna, panik.

Dokter tadi memasang ekspresi yang sulit diartikan. "Keadaannya semakin kritis. Sekarang yang bisa kita lakukan hanya berdoa, dan alat-alat itu akan membantu Lea bertahan hidup."

"Dok, lakukan apapun sampai anak saya sembuh!" ujar Ratna, mata wanita itu berkaca-kaca dan emosi.

"Saya akan berusaha sekuat tenaga untuk menyelamatkan anak ibu, sekarang lebih baik ibu tenang dan banyak berdoa kepada Tuhan."

"Bagaimana saya bisa tenang, Dok?" tanya Ratna dengan nada tinggi. "Anak saya lagi sekarat dan Dokter nyuruh saya untuk tenang? Otak Dokter di mana?"

Alfa berusaha menenangkan emosi Ratna. "Udah, Ma. Dokter pasti melakukan tindakan yang terbaik."

"Kamu nggak ngertiin perasaan Mama, Al!" pekik Ratna. "Dua kali Mama berpisah sama anak kandung Mama sendiri, dan Mama nggak mau ada perpisahan untuk ketiga kalinya!"

"Ma!" bentak Alfa. "Mama pikir cuma Mama yang sedih? Cuma Mama yang khawatir? Semuanya juga khawatir, Ma! Semuanya khawatir sama Lea!" lanjut pria itu. "Tapi, dengan cara Mama marah-marah nggak jelas sama dokter, Mama nggak akan bisa bikin Lea bangun bahkan sembuh! Mama cuma memperkeruh suasana!"

Alfa memilih untuk pergi meninggalkan ruangan tersebut. Pikirannya kalut saat ini. Alfa menjadi sangat pusing melihat kelakuan Ratna. Alfa tau bahwa ibu angkatnya sedang khawatir dan panik, tapi Alfa rasa tidak perlu sampai seperti itu.

Sementara di sisi lain, Ratna hanya bisa menangis. Lia yang melihat hal tersebut segera mendekat ke arah Ratna dan memeluk tubuh wanita itu. Karena bagaimanapun, Lia juga sudah dirawat dari kecil oleh Ratna.

"Mama yang sabar ya, Lia yakin kalau Lea itu gadis yang kuat. Lea pasti sembuh, Ma," ujar Lia dan Ratna hanya mengangguk.

"Alfa ke mana Li?" tanya Ratna dengan nafas yang sudah mulai teratur.

"Alfa mungkin lagi nenangin dirinya. Biarin Alfa sendiri dulu, Lia yakin Alfa sama terpuruknya kayak Mama." Ratna menangguk kemudian kembali memeluk tubuh Lia. Karena bagaimanapun bagi Ratna, Lia tetaplah anak kandungnya, sama seperti Lea.

*****

Mungkin bagi sebagian orang, berteriak adalah cara yang ampuh untuk meluapkan amarah. Hal tersebut dilakukan oleh Alfa sekarang. Dirinya sedang berteriak seperti orang gila di sebuah taman bunga. Taman bunga itu untungnya sedang tidak ada pengunjung, jadi tidak akan ada orang yang menyangka bahwa dirinya adalah orang gila.

Alfa menarik rambutnya frustasi. Katakanlah dirinya egois karena tidak ingin Lea pergi meninggalkannya. Alfa tau mungkin bagi Lea bertemu dengan Tuhan adalah hal yang membuat gadis itu bahagia. Apalagi di sana ada Arkan, pria yang tentunya akan menjaganya. Pria yang tidak akan pernah menyakitinya.

Alfa memilih untuk meninggalkan taman bunga tersebut. Tujuannya kini hanya satu, pemakaman. Alfa akan pergi ke makam milik Arkan. Alfa akan bicara dengan makam tersebut dan Alfa yakin Arkan pasti mendengarnya.

Dengan kecepatan tinggi dirinya mengendarai mobil menuju pemukiman. Jalanan yang macet membuat Alfa tidak bisa berhenti melontarkan kata-kata kasar.

Berkali-kali klakson ia bunyikan namun jalanan tidak kunjung bergerak. Semua kendaran tidak ada yang bisa maju atau mengubah posisi mereka karena macet yang terlalu parah.

Alfa hanya bisa mendesah pasrah. Dirinya memukulkan kepalanya kepada setir mobil dan berteriak frustasi sembari terus-terusan menekankan klakson mobil miliknya.

Alfa memilin pelipisnya. Kepalanya sangat pusing saat ini. Dirinya mengambil ponsel yang berada di saku celananya. Hal pertama yang ia lihat adalah foto Lea, foto yang ia ambil secara diam-diam saat gadis itu sedang menggambar di taman belakang sekolah. Lea dengan rambut sebahu yang berwarna merah terlihat berkali lipat lebih cantik. Katakanlah bahwa Alfa terlalu hiperbola dan berlebihan. Tapi itu memang benar, Lea terlihat sangat cantik dari segi manapun.

Perlahan, senyuman muncul di wajah Alfa, senyuman sendu lebih tepatnya. Ia mengusap layar ponselnya yang masih menunjukan wajah Lea.

Perlahan, jari Alfa menuju ke aplikasi galeri. Di dalam sana banyak terdapat foto Lea yang ia ambil secara diam-diam tentunya. Lea yang sedang memakai earphone, Lea yang sedang berdebat dengan guru, Lea yang sedang memasang wajah dingin,  dan masih banyak lagi wajah Lea yang Alfa ambil secara diam-diam.

"Apa gue begitu egois? Gue cuma mau lo bareng-bareng sama gue Le. Kita kuliah bareng, kerja bareng, nikah, punya anak, dan hidup bahagia," lirih Alfa. "Apa gue terlalu berlebihan kalau gue mau itu semua terwujud?" tanya Alfa sembari memandang foto Lea seolah foto tersebut hidup.

"Kalau Arkan mau ambil lo dan dia nunggu persetujuan gue, maaf Le, sampai kapanpun gue nggak akan setuju."

Alfa menekan tombol kunci di ponselnya. Mata pria itu terpejam dan mengeluarkan kristal bening. Kristal kedua yang ia keluarkan dalam hidupnya. Pertama, saat ia tau kedua orang tuanya meninggal, dan yang kedua, saat ia tau Lea akan meninggalkannya.

bersambung ....

mau kasih spoiler, cerita ini akan tamat 6 chapter lagi, dan dua chapter terakhirnya itu extra part sama epilog. jd cerita ini 4 chapter lgi menuju ending, dan semakin kalian rajin comment, apalagi commentnya lucu dan ngegas, gue bakalan cepat-cepat update hehehe.

dan untuk ending, kalian akan tau spoiler endingnya kalau sering ngeliat sg gue, gue bakalan kasih kode biar kalian bisa tebak endingnya itu gimana, hehehe.

follow instagram : @rizqia08
twitter : @rizqia0804
id line : rizqia08

next? vomment.

tuesday, february 25, 2020.
5.51 pm.

Bad Girl [COMPLETED]Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora