#14 Dia kembali

30 10 0
                                    

"Aku pulang. "Cakap Lan Tian.

Tak ada balasan dari mereka semua, Lan Tian memilih untuk masuk ke dalam kamarnya, saat dia berjalan mengarah anak tangga di sebelah kiri Utara, mamah mulai mengangkat suara.

"Kamar mu mungkin banyak tikus, untuk sementara, kamu tidur di kamar dekat gudang, jika kamu tidak mau tidur dikamar itu, silahkan tidur saja dengan tikus-tikus ganas itu."ujar mamah dengan nada penekanan dan tanpa menoleh kearah Lan Tian.

"Saya akan meminta tolong kepada bibi untuk membersihkannya."balas Lan Tian.

Setelah bercakap sejenak, Lan Tian melanjutkan langkahnya untuk ke lantai dua.

Lan Tian menemui bibi yang biasa membantunya disegala hal.

"Bi."sapa Lan Tian

"Oh iya, tuan."

"Tolong bersihkan kamar saya ya bi, saya mau mandi dulu, dikamar mandi utama."

"Baik."

Bibi pergi ke kamar Lan Tian, sedangkan Lan Tian melangkah menuju kamar mandi utama yang ada di lantai tiga. Kamar mandi itu milik Lan Tian sejak kecil, kamar mandi yang penuh dengan kenangan, ukuranya sangat lebar dan luas. Jika ia lelah, ia pasti pergi ke kamar mandi itu untuk berendam air hangat dengan campuran aroma terapi.

Ditempat lain.

Hari-hari gue selalu terasa hampa,seperti ada sesuatu yang hilang, tapi sampai saat ini gue belum menemukannya.

Saat disela-sela gue melamun,terdengar suara knop pintu terbuka.

"Siapa?."gue sedikit takut malam ini,karna bibi sedang pulang kerumah untuk mengambil keperluan gue.

"Zian."jawab seseorang yang belum terlihat wujudnya.

Dan ternyata benar dia adalah Zian yang sudah berpenampilan rapi bak pangeran yang baru turun dari khayangan.

"Huuff, gue kira siapa."

"Memangnya kamu kira saya siapa?."tanya Zian

"Setan."dengan polos gue ejek ia dengan senang hati, dan respon dari Zian, ia hanya sibuk dengan bingkisan yang ia bawa, yap lebih tepatnya gue diabaikan.

"Oh iya mau apa lo kesini lagi?."gue berusaha mengalihkan topik

"Saya kesini untuk menjawab pertanyaan kamu."balasnya tanpa menoleh kearah gue. Dia sibuk menata makanan yang ia bawa ,mungkin ada tiga kantong plastik, entah itu siapa yang akan menghabiskannya.

Setelah bingkisan yang ia bawa terlihat rapi diatas nakas, kini ia duduk di samping gue dengan membawa dua buah pir, lalu ia menyodorkannya satu buah pir untuk gue.

Gue hanya bisa membalasnya dengan gelengan kepala.

"Kamu gak mau ini?."tanyanya lagi untuk memastikan.

Dan gue membalasnya lagi dengan gelengan, ia mulai mengalah, dan ditaruhlah buah pir itu.

Dan ternyata satu buah pir yang ia pegang ditangan kirinya pun ikut ia taruh diatas nakas.

 Haruskah TerpisahWhere stories live. Discover now