4

883 129 58
                                    

Yein mendongak menatap langit yang masih mencurahkan tangisnya. Ini sudah lebih dari setengah jam dan hujan belum juga berhenti. Padahal bahan makanan ini sudah ditunggu untuk segera diolah. Angin juga semakin kencang berembus. Yein mengusap lengannya dengan telapak tangan. Udara dingin mulai menusuk hingga ke tulang. Ia tidak boleh mengeluh saat ini. Ada yang lebih membutuhkan coat hangat itu dibanding dirinya. Hei dibalik kesusahan itu pasti ada kemudahan. Tanpa alasan modus pada Jungkook, bukankah Yein bisa semakin memeluknya erat?

Ngomong-ngomong kemana perginya pria itu? Tadi ia pamit untuk pergi ke toilet. Tapi sampai sekarang belum juga kembali.

Yein duduk dengan kepala tertelungkup. Setelah kenyang, rasanya ia mulai mengantuk. Baru satu menit memejamkan mata, tubuhnya yang terasa dingin mulai menghangat. Yein belum sepenuhnya tidur. Ia melihat kedua sisi tubuhnya. Sebuah coat berwarna merah telah tersampir di sana. Lalu ia melihat Jungkook duduk di hadapannya.

"Ini..?"

"Untukmu."

"Untukku?" ulang Yein masih tidak percaya. Jungkook mengangguk sekilas. Yein kemudian tersenyum lebar. "Terima kasih Kak."

Rasanya Yein senang sekali. Ia terus mengamati tiap detail dari bagian Coat merah pemberian Jungkook itu. Modelnya sih biasa saja. Sederhana. Tapi ini warna kesukaannya. Warna kesukaan Jungkook juga.

"Aku belum punya yang warna merah."

"Kau suka?"

Yein mengangguk cepat. "Suka sekali!"

"Jung Yein, kau tidak sedang mencari cara untuk mendapat hadiah dariku kan?" Kedua mata Jungkook menyipit. Entah pemikiran darimana hingga terbersit pertanyaan macam itu di otaknya. Prasangka buruk Jungkook mendominasi saat ini.

Yein hanya menelengkan kepala bingung. Lalu kemudian ia paham. "Ommo! Ketahuan ya," cengir Yein. Bola mata Jungkook berputar ke arah kanan.

"Memanfaatkan keadaan sekali ya," sindirnya.

Yein tertawa kecil. "Aku akan sering-sering melakukannya. Tahu begini, aku tidak perlu merengek minta kado darimu saat Ulang Tahun. Kak Jungkook satu-satunya orang pelit diantara keenam pria baik hati nan dermawan di Bangtan."

"Aku tidak beri karena aku tidak mau, bukan karena pelit."

Ya. Yein tahu hal itu. Amat sangat tahu malah.

"Kenapa?" tanya Yein dengan satu alis terangkat. Ia masih tersenyum meski dibalut kesan miris. "Agar aku tidak semakin berharap padamu?"

Netra keduanya bertubrukan. Yein menanti jawaban jujur Jungkook seperti sebelum-sebelumnya. Pria itu tidak akan segan menolaknya bukan?

"Hujan sudah reda."

Jungkook menutup perang mata diantara mereka. Ia bergegas membawa belanjaan lalu berlari ke tempat motornya diparkir tanpa menunggu Yein. Gadis Jung memerosotkan bahu. Ia menarik napas dalam.

"Diam itu berarti 'iya' kan?"

***

"Apa ini Kak?" todong Yein saat Jungkook baru saja tiba di kelasnya. Gadis itu sudah duduk di bangku Jungkook. Ditemani Park Jimin yang sedang sibuk memotong kuku tangan kiri Yein. Sebuah benda persegi berlayar teracung di depan mukanya. Jungkook memundurkan kepala. Berusaha melihat lebih jelas apa yang terpampang di layar tersebut. Ia mendengus pelan setelah tahu apa yang Yein maksud.

"Itu foto," jawabnya enteng.

"Aku tahu ini foto, tapi ini kan?" Yein kehabisan kata-kata. Pagi-pagi buta ia dikejutkan dengan diunggahnya foto selca Jungkook bersama Jung Eunha yang bertengkar dengannya waktu itu. Eunha yang mengupload ke instagram miliknya. Dan sialnya dia men-tag Yein.

Not Mine [√]Where stories live. Discover now