Part1

38.8K 2.8K 322
                                    

Aroma peperangan tercium kental di udara. Setiap hembusan angin seakan mengabarkan pada semua orang kalau dunia sihir telah berada di ambang batas terburuknya. Peperangan yang semula hanya antara Death Eater dengan Order of Phoenix sekarang semakin meluas dan hampir melibatkan seluruh komunitas sihir yang ada di Inggris Raya. Dan, peperangan utamanya terjadi di Hogwarts. Sekolah sihir tertua di dunia tempat Harry Potter mempelajari sihir sejak berumur 11 tahun sampai dia sudah beranjak dewasa, 17 tahun.

Berbicara mengenai Harry Potter, siapa yang tidak tahu kalau dia adalah The Boy Who Lived? Satu-satunya sosok yang berhasil membalikkan mantera pembunuh yang dilontarkan He Who Must Not Be Named, Lord Voldemort. Menjadi sosok idola yang selalu di bully oleh Draco Malfoy, Pangeran Slytherin and his little gang. Satu dari Trio Gryffindor yang terkenal. Dan yang paling utama adalah, bahwa Harry Potter adalah bocah dalam ramalan.

Sosok yang diramalkan berhasil membunuh Lord Voldemort dan mengembalikan kejayaan dunia sihir pada porosnya. Sosok yang telah disiapkan oleh Albus Dumbledore untuk menjadi pahlawan dunia sihir. Musuh bebuyutan dari Lord Voldemort.

Ha ha! Harry tertawa sarkastis dalam benaknya. Saat ini ia tidak bisa bergerak. Tubuhnya lumpuh total, kecuali otak dan matanya yang masih bisa berpikir dan bergerak. Well, kalau ada yang mengatakan ini adalah akibat dari sihir si ular tua pedofil tanpa hidung, maka Harry akan memberinya nilai... 50. Karena faktanya, penyebab ia membisu kaku di tengah-tengah ini juga merupakan tanggung jawab Kepala Sekolah kesayangannya! Itu sarkasme, tentu saja.

Mari kita mundur setengah jam sebelum ini. Harry tengah mengintai keberadaan Lord Voldy Moldy –yang sedang asyik menyiksa para auror–  itu ketika sosok Albus Dumbledore tiba-tiba muncul dan menyerangnya. Lantas saja, atap menara astronomi itu seakan menjadi saksi duel para pemimpin dunia sihir. Sebelum kemudian, Dumbledore menyadari kehadirannya dan mengundang Harry untuk mengikuti kancah pertempuran.

Kalau saja Dumbledore mengundang Harry dengan baik, Harry tidak masalah kok untuk turut melawan Voldy Moldy. Tapi kalau undangannya seperti ini lebih baik Harry tidak pernah mengenal Kepala Sekolah Hogwarts itu saja rasanya. Undangan macam apa yang memberikan dirinya sebagai umpan? Umpan bagi Voldy Moldy untuk hilang konsentrasi dan membiarkan Dumbledore menyerangnya! Harry tidak suka dimanfaatkan demi apapun, terlebih kalau dia dimanfaatkan hanya demi ambisi Dumbledore untuk menjadi nomor satu di dunia sihir.

Oh? Ya, Harry tau mengenai kegelapan di dalam hati Dumbledore. Sosok yang pernah ia anggap sebagai kakek penyayang itu dalam sekajap mata langsung berubah menjadi sosok manipulatif yang sangat ambisius. Kenapa bisa? Terimakasih pada keusilan Fawkes –Phoenix itu menyembunyikan tongkat Harry di suatu tempat di ruangan Kepala Sekolah– saat Harry tengah menunggu sang Kepala Sekolah, 2 hari lalu.

F L A S H B A C K

Harry tengah merunduk di salah satu rak buku besar ketika mendengarkan langkah kaki berderap memasuki ruangan. Sadar ataupun tidak, Harry langsung menahan napasnya dan menyembunyikan aura sihirnya. Bukan karena Harry berniat menguping, tapi ia bisa merasakan kemarahan dari derap kaki itu. Dan itu mau tak mau membuatnya merasa penasaran.

Sepanjang Harry bisa mengingat segala sesuatu tentang Hogwarts, belum pernah sekalipun ia merasakan emosi negatif dari Profesor Dumbledore. Ya, hanya satu orang yang bisa dengan bebas mengeluarkan emosinya di ruangan kepala sekolah tersebut. Dan tentu saja itu adalah Albus Dumbledore.

Langkah kaki yang lebih lembut terdengar tak lama kemudian. Harry mengernyitkan dahinya heran begitu merasakan langkah kaki itu familiar. "Kepala Sekolah..." suara itu! Harry berani bersumpah kalau itu adalah suara pengajar Ramuan yang sangat ia benci! Snape!

"Severus! Bagaimana? Kau mendapatkan kabar baik dari Tom?" Harry semakin mengernyit. Perasaannya saja, atau suara Profesor Dumbledore penuh harapan?

"Persiapan mereka sudah 80 %, kemungkinan besar, lusa mereka akan melakukan serangan. Tapi saya tidak bisa memastikan, dimana saja titik serangan itu nantinya."

A Time to The FutureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang