Part 5

19.8K 2.4K 331
                                    

"So, Harry Potter yang menghilang satu tahun lalu, tiba-tiba muncul dengan gaya seorang bangsawan sejati, dan berada di Slyhterin. Woahh kemana saja aku satu tahun ini?" ucapan sarkastis langsung menyambut Harry begitu memasuki ruang rekreasi.

Harry menatap perempuan yang ia ketahui bernama Millicent Bulstrode itu dengan datar. Hanya menatap, sama sekali tidak membalas ucapan itu.

"Hei tenanglah. Sekarang kita satu asrama, tidak ada gunanya bertengkar." Seorang perempuan lainnya menenangkan Bulstrode yang terlihat kesal. Daphne Greengrass. Ah, salah satu keponakan Uncle Al.

"Tapi dia Potter, Daph! Seorang halfblood! Dia tidak seharusnya berada di sini!!"

"Topi Seleksi sudah menempatkannya di asrama yang paling cocok dengannya. Jadi kalian harus bekerja sama, meskipun ada kebencian dan ketidak kompakan di dalam asrama, kalian dilarang keras untuk menunjukkannya pada asrama lain. Slytherin adalah asrama terhormat yang menjunjung tinggi kebangsawanan. Karena itu, bekerja samalah." Ucapan datar dengan nada dingin itu langsung membuat ruang rekreasi sunyi.

Harry berbalik dan menatap sosok Profesor Snape berjalan memasuki ruangan dengan aura dingin. Tak bisa menahan senyuman leganya, Harry memutuskan untuk menunduk, menatap sepatunya.

Profesor Snape menyerahkan selembar kertas pada Harry. "Ini pelajaranmu selama satu bulan ini. Kalau kau lulus, kau akan diikut sertakan ke kelas 2." Ucapnya datar.

"Eh?"

"Mengingat kau sebenarnya telah berusia 12 tahun, dan karena satu dan lain hal, kau berada di kelas 1. Jadi ini kompensasi dari kepala sekolah untukmu."

"Te-terimakasih?"

Profesor Snape menatap Harry selama beberapa detik, sebelum kemudian berbalik menuju ruangannya sendiri.

Orang-orang mulai berkumpul, mewawancarai Harry, tetapi karena Harry keburu diseret Malfoy, maka orang-orang tersebut hanya bisa menghembuskan nafas kesal dan membubarkan diri.

Malfoy menarik Harry ke kamarnya, yang akan segera menjadi kamar mereka. Mengingat Malfoy tidak memiliki roomate. "Ini akan jadi kamarmu mulai sekarang." Ucapnya dengan nada bersahabat.

Harry menaikkan sebelah alisnya begitu mendengarkan nada asing tersebut. "Erm... thanks?" ucapnya ragu.

"Tak perlu berterima kasih. Kita menolong satu sama lain." Ujar Draco acuh.

"Pardon?"

"Lupakan saja. Karena ini adalah kali pertama kau di Hogwarts, mau berkeliling?"

"Ah, tidak usah Malfoy, kau tak perlu repot-repot. Aku bisa melakukannya besok. Toh, jadwalku tidak sepadat anak kelas 2."

"Well, Okay then. Silahkan tata barang-barangmu dan istirahat." Malfoy menuju ranjangnya sendiri. "Ah, akan lebih baik kalau kau mulai memanggilku Draco."

...

"Sure, only if you call me Harry." Balas Harry dengan senyuman.

"Tentu Harry. Good night." Malf- Draco menarik tirai ranjangnya dan mematikan lampu. Perhatian yang dicurahkan Draco mau tak mau membuat wajah Harry dilanda kebingungan. Tak sekalipun Harry pernah bermimpi untuk mendengarkan kata-kata sarkastis Draco berganti dengan kata-kata penuh perhatian begini. Dan sejujurnya, itu membuat Harry merinding, sungguh.

Memutuskan tidak peduli, Harry kemudian mengayunkan tongkatnya ke barang-barang bawaannya. Dan dalam sekejap telah tersusun rapi di lemari dan meja belajarnya. Merasakan tatapan tajam di depannya, Harry mendongak dan menatap Draco dengan pertanyaan tanpa suara.

A Time to The FutureWhere stories live. Discover now