"aku anterin ke rumah opa ya sekarang?" tawar Sean"ih ko opa?"
"ya emang sering aku panggil opa kalau dia nyuruh aku menghadap,"
"nakal pasti sampe dipanggil yang punya sekolah,"
"ngga dong, kan aku anak baik kesayangan opa."
"baik apanya?"
"kamu gak tau aja aku selalu juara kelas terus lomba lomba-"
"halah paling juga kalah sama aku,"
"iya lah aku pasti kalah kalo lomba sama kamu,"
"loh kenapa bisa bilang gitu? Aku kira kamu mau ngebela diri terus bilang kalo kamu yang bakal menang."
"iya aku pasti kalah kalau lombanya lawan kamu,"
"kenapa kalah?"
"soalnya aku pengen kamu menang,"
"terus kalo udah menang?"
"ya kamu seneng, kan kalo aku yang menang dan seneng belum tentu kamu seneng. Bener gak?"
"iya sih,"
"ketauan nih gak ada rasa,"
"ih bukan gitu Sean, orang aku suka ko sama kamu."
Sean hanya tertawa kecil lalu setelah itu mengalihkan pandangannya kearah lain dengan senyum yang perlahan luntur, "pulang sekarang? Udah malem nih, lagian rumah opa lumayan jauh darisini." Ucap Sean
"yaudah aku bayar dulu deh, abis itu pulang."
"gak usah, biar aku yang bayar."
"jangan, kan itu makanan aku masa kamu yang bayar."
"gapapa, biar aku yang bayar."
"sayang uang Sean, udah kamu tabung aja sana uangnya."
"uang aku uang kamu juga, udah ya."
Renanda tersenyum dan mengangguk, "yaudah aku pulang ya?"
"hati hati dijalan, walau sebenernya aku kesel karena kamu nolak aku anterin."
Renanda terkekeh lalu mendekat membuat Sean menaikan alisnya sebelah seolah menantang dengan apa yang akan dilakukan oleh gadisnya, namun tiba tiba tubuh gadis itu ternyata kembali pada posisi sebelumnya sambil tersenyum manis menurut Sean.
"gak jadi deh, yaudah dadah!" ucapnya sambil pergi dengan langkah malu malunya yang membuat Sean terkekeh.
...
Esoknya sekitar jam enam pagi Renanda sudah siap, ia meminta untuk ikut dengan kakek untuk ke sekolah karena berdiam diri bukanlah hal yang menyenangkan baginya. Semalam kake nya kaget karena kedatangannya yang tiba tiba, namun setelah percakapan dan juga pengertian yang diberikan Renanda membuat kakeknya mengerti bahkan tidak berniat memberitahu Ananta tentang anaknya yang kini kabur kerumahnya. Contohnya saja ketika Ananta menelpon, kakeknya bahkan enggan mengangkat walaupun hanya untuk memarahi anaknya karena berani menampar cuuc kesayangannya.
Kini keduanya sudah berada di SMAN Bramata Jaya, jelas tatapan tertuju padanya karena siswa dari sekolahannya juga masih ada disini. Kini giliran eskul yang sering Renanda sebut sebagai lusa, lusa? Lukisan dan sketsa. Tidak lain, tujuannya kesini adalah untuk meluruskan masalah bersama si baik Haifa ya walaupun sebagian besarnya ingin melihat Sean. Tidak mau terus ditatap ia langsung masuk kedalam ruangan milik kakeknya, ternyata disana ada kedua om dan tantenya yang juga berekspresi kaget akan kehadirannya. Namun ternyata kakeknya yang baik hati dan penuh pengertian itu menceritakkan seluruhnya dan berakhir dengan anggukan kepala dari keduanya karena kakenya menyuruh untuk tutup mulut kepada Ananta akan dirinya yang ada di Bandung. Setelah itu Renanda ikut tantenya untuk masuk ke ruangan yang kini dipenuhi oleh anggota eksul lusa, tentu dengan masker dan juga kacamata hitam yang dipakainya karena ia sedang dalam mood yang tidak ingin diperbincangkan. Ia lalu menyodorkan map yang tadi tantenya suruh untuk dibawa, setelah itu matanya meneliti dan melihat Haifa yang tengah tersenyum disana bahkan posisi tubuh dan gerakkannya pun bisa memperlihatkan bahwa dirinya adalah gadis baik hati. Ternyata adik dari ayahnya itu tidak hanya menyuruhnya untuk membawakan barang barang tapi juga untuk menemaninya selama acara lomba berlangsung.
Satu jam berlalu, ternyata pengumuman untuk lomba yang akan dimulai terdengar sehingga mereka mulai sibuk untuk keluar ruangan, setelah semua orang lengkap mereka langsung melangkah menuju geduang dua dimana disana mereka akan mendapatkan ketenangan tanpa suara dan gangguan dari orang orang yang lainnya. Renanda menghentikan langkahnya begitu dihadapannya kini ada geng Sean, mereka berjalan kearahnya membuat jantungnya berdegup. Saat jarak sudah dekat, Sean mengedipkan matanya dan Radit bersiul menatap Renanda membuatnya memutarkan mata lalu pergi menyusul tantenya yang kini bahkan sudah ada diruangan. Suara pintu yang ia buka pelan bahkan membuat mereka menoleh dengan tatapan 'mengganggu'. Renanda lalu duduk disebelah tantenya itu sambil bersalaman kepada panitia dan juga juri disana, mereka ternyata sudah mengetahui bahwa Renanda adalah cucu dari Jaya dari tantenya ini.
Setengah jam berlalu ternyata tantenya dan juga kepala sekolah dari Bramata mengajaknya untuk melihat sejauh mana mereka kini melukis, didengarnya kini adalah tema tentang perasaan. Renanda hanya tersenyum miring karena temanya terlalu mendramatisir untuk anak seusia mereka, namun tidak menutup kemungkinan juga hal itu bisa melahirkan lukisan yang menakjubkan. Yang ingin dilihat lukisannya sekarang adalah tidak lain lukisan milik Haifa, disana terlihat sebuah rumah besar berwarna coklat tua namun disisi lain ada seorang gadis dengan beberapa kucing disebelahnya mengeluarkan air mata dengan senyum yang bahkan terlihat pedih. Lukisannya memanglah menakjubkan, bahkan dengan sekali lihatpun Renanda dapat mengetahui arti dibalik lukisan itu.
Namun suara kekehan Renanda ternyata terdengar oleh gadis itu sehingga ia menoleh kepadanya, "sorry ganggu lagi," ucap Renanda lalu pergi darisana.
Maksudnya mengatakkan itu adalah gadis itu selalu saja beranggapan dirinya yang menganggu kehidupannya, maka dari itu Renanda mengatakan kata 'lagi' bukankah itu yang dilakukannya menurut Haifa. Beberapa orang disana terlihat tertarik dengan lukisan yang dimiliki Haifa, waktu setengah jam bahkan cukup untuknya. Renanda akui itu, gadis yang kini tengah menatapnya memang menakjubkan dengan alat lukis yang terlihat pas dengan jari jarinya itu. Lalu setelah itu ia menyudahi tatapn yang masih Renanda pertahankan bahkan hingga sekarang.
Satu jam kemudian mereka telah menyelesaikan lukisannya, merasa jenuh Renanda meminta izin tantenya untuk pergi jalan jalan atau bahkan mungkin pulang kerumah kakeknya. Setelah mendapatkan izin, Renanda keluar dan berjalan menuruni tangga setelah itu ia menyelusuri koridor. Saat lapangan dibagian geduang pertama ternyata sedang ada pertandingan basket, disana juga terlihat Sean dengan teman temannya. Pantas saja mereka berada disini ternyata selain ekstra kulikuler futsal mereka juga mengikuti ekstrakulikuler basket. Pantas saja perempuan perempuan disini tergila gila dengan geng mereka, eksulnya pun sangat tepat untuk berlabuhnya perhatian dari setiap perempuan. Kini mata Renanda memicing begitu melihat Sean menerima minuman dari gadis berkacamata yang ia tau itu adalah Dara, memang tadi kelihatnya Dara memaksa untuk Sean menerima minumannya tapi menurutnya Sean harus tetap menolak. Karena merasa kesal ia pergi dari sisi lapangan dan memilih untuk masuk kembali keruangan lomba lusa, namun ternyata selama diperjalanan menuju ruangan yang ia tuju pemandangan di kantin membuatnya tertarik untuk pergi dan makan batagor yang sewaktu itu belum sempat dimakannya.
YOU ARE READING
D R E A M
Teen FictionMasih tentang hujan dan ia yang tak kunjung datang. I T 'S J U S T D R E A M 🎖️#1 Bogor 🎖️#1 Disappointed 🎖️#1 Relationshit 🎖️#1 Friendshit 🎖️#3 Bandung