#04

8.1K 269 16
                                    

Bakal gue buktiin dari sini. Kalau Erlangga juga bakal jadi nama lo.

****

Sejak pagi tadi mendung terus saja menghiasi langit bumi. Jam masih menunjukkan pukul sepuluh pagi tapi suasana di luar ruangan sudah seperti sore saja.

Aletha paling malas jika belajar saat mendung tiba. Hingga rasa kantuk sedari pagi terus saja mengikutinya.

Bel istirahat akhirnya berbunyi dan tanpa menunggu temannya yang lain Dea langsung berlari keluar kelas.

Aji yang duduk di sebelah Dea sampai memegang dadanya karena terkejut oleh pergerakan Dea.

"Kenapa tuh si Dedeya?" tanya Vian penasaran.

"Pms kalik. Awal bulan kan jatahnya dia." jawab Aji sambil mengecek saku celananya.

"Ciee sampe hapal sama jatah pmsnya Dedeya... Ciee Ajik ciee." goda Vian sambil menusuk-nusuk pipi Aji dengan jari tengahnya.

"Apaan sih lo." Aji langsung berlalu pergi. Mengabaikan temannya yang sudah mengecenginya.

Mereka yang tersisa berjalan keluar kelas. Para murid yang lewat jadi menepi ke pinggirian.

Aletha berada di tengah. Seolah dia dilindungi oleh para temannya. Padahal jika saja ada murid yang berulah, Aletha yang akan maju.

Mereka sampai di kantin dengan tawa yang masih mereka suarakan. Dan mereka berhenti tertawa ketika melihat bangku kantin yang sudah tak tersisa, satu pun tak ada. Termasuk milik Victor dan Reno.

"Thut, gak ada bangku yang kosong." seru Dimas.

"Hooh, kita beli ciki sama minuman terus duduk di taman aja." sahut Aji.

Aletha tampak memperhatikan setiap bangku yang tersedia. Baginya, masih ada satu bangku yang kosong.

"Kalian. Ikut gue." Aletha terus berjalan mengabaikan kicauan para temannya yang mengatakan sudah tidak ada bangku yang bisa mereka tempati.

Aletha sampai di bangku yang dia maksud lebih dulu karena temannya malah berjalan melambat.

Aletha menyilangkan tangannya di bawah dada lalu memandang datar orang yang sedang duduk sambil menikmati bakso kuahnya.

Orang yang akan memasukkan sesuap bakso itu jadi terhenti dan menatap Aletha sekilas lalu memasukkan sendok ke dalam mulutnya.

"Duduk aja kalik."

Aletha duduk di bangku yang berhadapan dengan orang itu. Tapi temannya masih berdiri di belakang tubuhnya.

"Beli gih makanan, atau mau aku beliin." ujar cowok di depannya sambil memotong bulatan bakso agar lebih kecil.

"Liat tempat dulu bisa gak?" bisik Aletha dengan tubuh sedikit dimajukan.

Aletha menegakkan tubuhnya lagi lalu menatap temannya yang masih berdiri.

"Duduk gih, mau di samping gue atau di samping dia itu terserah." ujar Aletha kepada temannya.

Sementara itu Yoga, Dimas dan Vian jadi menatap horor meja di depan mereka. Lalu mata mereka bertemu dengan sepasang mata orang yang duduk di depan Aletha.

Mendapat tatapan seperti itu mereka langsung duduk. Vian langsung mengambil duduk di sebelah Aletha takut didahului oleh kedua teman lucknutnya.

"Di sini buat Dea sama Micin." ucap Vian sambil menutupi bangku panjang yang tersisa dengan tangannya.

alvino✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang