B-38

7.5K 398 0
                                    

Bilan membuka matanya ketika merasakan ada seseorang yang duduk di sampingnya, kepalanya masih ia sandarkan ke tembok yang berada di belakangnya. Bilan melirik orang yang berada di sampingnya, ia menghela napas lalu duduk menyerong agar bisa bertatap muka dengan orang di sampingnya. Wajah yang selalu bergelayut dipikirannya, Bilan rindu. Tapi, gadis itu masih diam seribu bahasa.

Bilan berdehem pelan, tangannya meraih tas punggung yang ada di sampingnya, setelah itu ia mencari barang yang akan diberikan kepada gadis yang berada di sampingnya. Dan setelah dapat, Bilan menyodorkan satu buah buku. Tapi, gadis itu belum juga mengambil bukunya. Bilan menyentuh tangan Nita menggunakan bukunya, membuat gadis itu mendongak lalu menatap ke buku itu.

Nita meraih buku itu, alisnya ia naikkan satu, lalu berkata"Buat apa?"
                       
                                  ***

Nita menggunakan waktu istirahat untuk melihat sebuah buku yang tadi pagi ia dapatkan. Di kelas hanya ada beberapa murid saja. Yang lain sudah berhamburan ke kantin, terutama Bilan. Nita tadi melihat Bilan ditarik paksa oleh Nats untuk makan bersama di kantin. Tadi juga Dika sudah memaksa untuk ke kantin, tapi Nita harus berterima kasih banyak kepada Helen yang sudah membantunya untuk tidak pergi ke kantin dengan Dika.

Nita membuka buku itu. Ia melihat hanya ada satu huruf dengan tulisan yang menghabiskan satu halaman. Di buka lagi, ternyata masih satu huruf. Di buka lagi, buka lagi, dan buka lagi, tetap sama. Tapi, huruf nya berbeda-beda. Nita seperti sedang bermain teka-teki. Ia memutuskan untuk meminta bantuan Helen.

"Hel, bantuin gue dong" Pinta Nita yang masih membuka lembaran demi lembaran dengan cepat.

Helen menghentikan kegiatan memotong kukunya, ia menoleh ke Nita, lalu berkata"Gini aja, lo yang diktein hurufnya. Gue yang tulis huruf-huruf itu. Biar cepet juga. Pinjem pulpen lo dong"

Nita menyerahkan pulpennya kepada Helen. Ia membuka lembaran pertama lagi, lalu menyebutkan huruf nya dengan berurutan. Sedangkan Helen mulai menulis huruf yang sedang disebutkan oleh Nita. Dari lembar satu sampai lembaran itu berakhir dilembar terakhir. Buku yang berisi lima puluh delapan lembar itu semua terpakai oleh huruf-huruf dengan berukuran besar. Bisa dibilang, satu lembar, satu huruf.

Dan akhirnya, Nita selesai mendiktekan hurufnya. Ia merebut kertas yang dipegang oleh Helen. Lalu, membacanya dengan seksama. Nita menggeleng-gelengkan kepalanya. Bilan benar-benar niat menulis di satu buku. Padahal, Bilan bisa saja berbicara langsung saat tadi bertemu di belakang kantin, atau memberinya pesan lewat ponsel. Atau juga lewat sahabat-sahabatnya. Tapi, sekarang, Nita dibuat bingung oleh Bilan.

Nanti malem, lo harus dateng ke alamat ini. Komplek Dirgahayu 2 nomor 35.

"Nit, Bilan terniat"

                                 ***

"Bilan, kalo kamu gak jawab sekarang, pertunangan kita akan dipercepat. Mungkin bisa juga minggu depan. Atau lusa"

Nita memejamkan matanya ketika mendengar suara itu terdengar lagi. Keningnya ia tempelkan dibuku yang terletak di atas meja. Telinganya benar-benar terasa panas ketika ia mendengar soal pertunangan. Nita belum pulang karena harus mencatat catatan ketika ia tidak sekolah untuk pemotretan. Dan sebenarnya ada alasan lain, ia malas di rumah, tapi ternyata disini lebih malas. Ia berharap ada Helen sekarang, mungkin Nita sudah meluapkan emosi kepadanya. Tapi tadi sebelum Helen pulang, ia memberi amanat kepada Nita.

Flashback On

"Denger ya, Nit. Ini amanat dari gue. Kalo lo gak menjalani amanat ini, lo dapet dosa, dan dosa-dosa gue bakal ditanggung sama lo. Pokoknya nanti malem, lo harus dateng ke alamat itu. Siapa tau, Bilan akan menjelaskan sesuatu tentang alasan dia jauhin lo. Lo tau gak? Gue udah puyeng banget dengerin suaranya dia ketika dia nelpon gue di tengah malem. Dan lo tau? Dia nelpon, ganggu gue lagi bobo cwantik, cuma karena nanyain kabar lo, terus dia nanya lo suka curhat apa aja ke gue. Intinya, lo harus dateng. Titik!"

Flashback Off

Nita membuka matanya saat merasakan ponsel yang ada di saku seragamnya bergetar. Ia mengalihkan pandangannya sejenak. Perlahan Nita menempelkan ponsel ke telinganya saat sudah menggeser tombol jawab.

"Hallo, Nita"

Nita menjauhkan ponsel dari telingnya untuk membaca siapa yang menelponnya. Ia menempelkan kembali ponselnya setelah melihat siapa orangnya.

"Bang Jale. Ih, kenapa gak bilang Nita, kalo tadi subuh pulang sama tante? Kan, kita bisa ketemu dulu" Pekik Nita.

"Tadi gue buru-buru. Gue udah gedar-gedor pintu kamar lo, tapi lo nya gak nongol-nongol. Gue cuma bisa denger orang lagi ngorok sambil ngigo"

Nita mencebikkan bibirnya"Eh, gue gak ngorok yah. Udah cepet, ada apa? Sibuk nih"

"So sibuk amat neng. Gue cuma mau bilang, nanti malem ada pemotretan di tempat kemaren. Kalo bisa dari sore lo kesananya, soalnya mereka mau bahas tentang majalah lo. Dan lo juga akan diundang di salah satu stasiun televisi, tapi gak tau kapan. Bahagia nya dirimu ketika sudah terkenal, dadakan, kek tahu bulat"

Nita menghela napas panjang"Gak bisa besok apa pemotretannya? Malem sekarang gue gak bisa pemotretan, bang"

"Katanya mau bangun panti, mau ngebangun panti kaya gimana kalo lo nya aja gak berduit?"

Nita mengacak rambutnya asal. Kenapa harus diwaktu yang sama? Kalo seperti ini, Nita harus memilih. Dan ia juga tidak tahu harus memilih yang mana.

"Yaudah, nanti gue kabarin lagi. Daah, gue sibuk"

Nita memutuskan sambungan teleponnya. Ia meletakkan ponselnya di meja. Tangannya mulai menulis lagi. Tapi tak lama ia berhenti lagi ketika mendengar suara tadi berbicara lagi. Apalagi suaranya begitu dekat karena mereka ada di belakang Nita. Agar lebih fokus, Nita pindah tempat menjadi duduk di bangku paling depan.

"Aku mau undang temen sekelas kamu di acara tunangan kita. Biar seru aja gitu. Gak papa kan?"

Nita menenggelamkan wajahnya di lipatan tangannya. Haruskah Nita menerima kenyataan ini? Apakan cinta yang sempat terjeda tidak akan dimulai lagi? Apakah sudah tak ada lagi celah bagi Nita untuk bisa bersama Bilan?

Nita tidak menyadari bahwa Bilan sedari tadi memperhatikannya. Bahkan ketika Nita pindah ke bangku depan, ia sangat ingin mencegahnya. Tapi, sepertinya mulut Bilan tak mau bicara. Dan ia juga berjuang sangat keras untuk tidak berlari dan menghampiri Nita saat ini. Bilan rindu beradu mulut dengan Nita, Bilan rindu ketika melihat Nita sedang tertawa, Bilan juga rindu cara Nita berbicara dengan gayanya yang ceria. Akhir-akhir ini, Bilan tidak pernah melihat itu semua. Nita seperti bukan dirinya sendiri. Nita yang dulu, sudah tak terlihat.

                            ***

Hallo,makasih banyak buat yang udah mau baca,vote,dan komen sejauh ini.Yang suka nunggu cerita ini update,makasih banyak.

Oh ya,ada kabar gembira.Ga tau aku aja deng yang bahagianya:D.Jadi,aku kan iseng aja tuh chat cast pemainnya Bilan yang asli.Aku DM Alex Lange,ternyata di bales.Katanya makasih karena udah di jadiin cast cerita Bilan ini.

Bahagia ga?Aku sih yes:v

Karena Alex udah bilang makasih,kalian juga harus lebih semangat dong bacanya,jangan lupa juga di vote dan komen.

Mau tanya,lanjut jangan?

BILAN [Terbit]Where stories live. Discover now