B-44

7.6K 387 21
                                    

Satu minggu sudah berlalu. Nita benar-benar kehilangan Bilan. Sudah satu minggu Bilan tidak sekolah. Surat kabar Bilan juga tidak ada. Bahkan sahabatnya pun tidak ada yang mengetahui keberadaan Bilan. Guru-guru juga tidak ada yang mengetahuinya. Benar-benar aneh. Bila Bilan keluar sekolah, gosip-gosip pasti akan sampai di telinga Nita. Tapi ini tidak ada.

Nita benar-benar bingung mencari keberadaannya Bilan. Ia juga bingung alasan Bilan pergi karena apa. Apa Bilan marah karena Nita berpacaran dengan orang yang dibencinya? Dan Nita tidak mendengarkan larangan Bilan bahwa ia tidak boleh berpacaran dengan Dika? Apa karena itu saja Bilan sampai seperti ini? Rasanya tidak mungkin dan tidak masuk akal.

Karena hari ini adalah hari minggu, Nita menghabiskan waktu di rumah pohon yang berada di belakang rumahnya. Diam di rumah pohon, Nita teringat kepada Bilan. Teman laki-laki pertama yang ia bawa kesana.

Nita menghembuskan napas berat"Gue rindu" Ucap Nita sambil mengedarkan pandangannya.

Tiba-tiba matanya tertuju pada sebuah amplop berwarna merah muda yang terselip diantara boneka-boneka yang sengaja Nita simpan disana. Nita meraihnya, membulak-balikkan amplop tersebut untuk mengetahui siapa pengirimnya. Tidak ada nama pengirimnya. Nita memutuskan untuk membuka amplop tersebut dan mendapati selembar kertas.

Dari: Orang

Lo gak usah khawatirin gue. Gue pergi bukan tanpa alasan. Gue pergi biar bisa dapetin lo lagi. Seneng kan lo gue giniin? Iyalah. Tapi tenang aja, nanti gue balik ko. Gak lama lah. Tunggu gue ya. Kalo gue mau ketemu lo, gue stay tungguin lo di rumah pohon. Jangan terlalu sering malem malem diem di rumah pohon. Nanti lo meresahkan warga, disangkanya kunti :D Nanti lo di pidana, ih amit-amit gue merjuangin narapidana.

"Paan sih" Ucap Nita sambil menahan senyumnya. Hatinya tiba-tiba terasa hangat mendapatkan surat tersebut. Siapa lagi kalo bukan Bilan yang mengirimnya? Tidak ada laki-laki lain yang bersikap seperti itu kepada Nita.

"NITA!"

Nita memasukkan kembali suratnya lalu menyimpannya lagi diantara boneka-boneka. Kepalanya ia sembulkan untuk melihat ke bawah. Ternyata Mamanya yang memanggil.

"Ada apa, ma?!" Nita setengah berteriak agar mamanya bisa mendengarnya.

"Kamu turun! Itu liat ada siapa di dalem!"

Nita mengernyitkan dahinya"Ada Bi Ijah! Emangnya ada apa sama Bi Ijah?!"

Sinta mendengus kesal"Bukan itu! Makannya kamu cepet turun! Samperin sana, kasian dari tadi nunggu!"

Nita menggelengkan kepalanya"Gak ah, males, ma! Suruh sini aja orangnya!"

Sinta berkacak pinggang, menatap anaknya kesal"Kalo ada pacar itu samperin! Gak sopan itu namanya! Kamu mau mama do'ain kamu jatoh dari sana gara-gara gak mau samperin tamu?!"

"Eh, Ya Allah, mama! Do'ain anak itu yang bagusan dikit kek. Gini nih, Ya Allah semoga anak hamba di kasih pacar yang homoris, romantis, gak ngebosenin, impiannya mulia, kalo apa-apa cowok yang nyamperin bukan cewek yang nyamperin" Kaya Bilan contohnya- Lanjut Batin Nita.

"Ah, kamu ini. Dika kurang apa coba?! Udah cepet turun! Kamu mau Mama pindahin sekolah gara-gara hal sepele?!"

Nita berdecak kesal, ia menarik lagi kepalanya"IYA, NITA TURUN"

"Udah kaya orang utan kamu! Gadis ko teriak-teriak!"

Nita turun dari rumah pohon sambil menggerutu kesal"Males gue ketemu sama dia!"

                                 ***

Ternyata Dika mengajak Nita makan sore. Sebenarnya Nita tidak nafsu makan, dan karena itu Nita hanya mengaduk-aduk makanan yang Dika pesankan. Dika yang kesal melihat itu akhirnya bertanya kepada Nita.

BILAN [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang