Gue kembali ke rumah begitu selesai les pukul tujuh malam.Seragam SMA masih gue kenakan—karena gue berangkat les dari sekolah dan gue nggak sempat ganti sama sekali.
Jaraknya emang agak jauh dari rumah, seenggaknya perlu satu jam untuk pulang pergi dari rumah belum termasuk macet. Too bad news, gue yang minta Mas Gemma untuk jemput, malah dijemput Mas Gerald karena ponsel Mas Gemma tertinggal di rumah, dan pesan gue sudah terlanjur dibaca oleh kakak sulung gue itu.
Hasilnya, gue cemberut sepanjang jalan meskipun Mas Gerald sudah merayu gue dengan lagu-lagu milik Gnash juga Geazy—yang gue sendiri nggak tahu dia tahu gue suka lagu-lagu itu dari mana.
“Mandi sana, nanti Mas ajak main,” ucapnya begitu gue sudah membuka pintu rumah dan dihadapkan dengan suasana yang selalu sepi karena Ayah sudah kembali melaut dan hanya ada Gion di rumah. Mas Gerald mengelus kepala gue.
Nggak pengin banyak konfrontasi, gue hanya masuk ke dalam dan membiarkan tangannya berada di kepala gue. Nggak bohong loh gue, mungkin ini alasan kenapa cewek suka dielus rambutnya; rasanya memang semenenangkan itu. Dan apalagi kalau yang pegang itu cowok dewasa yang tangannya lebar, otak gue yang rasanya sudah begitu panas, mendadak adem lagi.
Selepas mandi, gue mengambil nasi dan lauk yang sudah gue pesan secara delivery. Biasanya gue masak, tapi karena sekarang gue kelas dua belas, rasanya nggak mungkin gue punya waktu sesantai itu buat masak. Biasanya Mbak Nah—yang cuma datang dua atau tiga kali seminggu hanya merapikan pakaian gue dan kebersihan rumah. Jadi gue sudah terbiasa untuk memasak karena dua saudara gue itu nggak bisa makan kalau masakannya dingin.
“Kok junk food? Aku udah masak loh.” Gue menoleh sebentar dan kembali menatap televisi. Di rumah memang nggak ada ruang makan. Biasanya, kalau makan ya cuma di depan ruang tv, karena kita sejarang itu makan bareng-bareng.
Jadi, ruang makan sudah disulap jadi ruang kosong yang biasanya tempat ditaruh barang-barang yang masih-hampir-atau sudah nggak berguna lagi karena jarang terpakai.
“Mana gue tahu? Biasanya juga nggak ada yang masak kalau gue nggak masak.”
Mas Gerald mulai duduk di sebelah gue yang sedang duduk di atas karpet, bersandarkan sofa. Dengan tiba-tiba, dia menyandarkan kepalanya di atas bahu gue karena badannya sudah terlampau pw. Nggak tega, gue tetap membiarkannya begitu.
“Besok libur nggak? Main yuk.”
“Main lah, sendiri, udah tua manja amat.” Dia itu nggak peka apa ya? Ayah aja yang bakalan pergi lama, gue nggak mau mengorbankan waktu les dan sekolah gue, apalagi cuma dia yang sudah pasti cuma sebentar? Iya, besok memang libur. Tapi buat anak kelas dua belas, yang sudah dekat dengan waktu UN dan SBM, waktu itu cuma kayak air, yang kalau kita nggak gunain bai-baik, semuanya bakalan sia-sia dan terus mengalir.
“Kayaknya aku lupa sama Jakarta deh, tadi aja jemput kamu hampir nyasar,” keluhnya yang masih betah di bahu gue—membuat gue nggak leluasa untuk makan tapi gue nggak bisa protes.
Gue memutar bola mata. Ya iyalah, Jakarta sudah dia tinggalin segitu lamanya kali. “GPS is there, please,” kata gue sarkas.
“Sama Gion aja sana. Besok gue PM,” elak gue. Padahal gue nggak akan PM besok karena besok cuma ada PM Fisika dan Biologi. Sedangkan gue nggak ngambil itu di UN nanti.
“Mau sparing besok dia.”
Gue hendak menyarankan agar dia mengajak Mas Gemma aja, tapi nggak jadi. Gue baru ingat kalau keduanya cowok, dan rasanya aneh kalau dua cowok hangout pas weekend. “Kenapa nggak punya pacar aja sih, Mas?”
Mas Gerald nggak menjawab, dia cuma tersenyum lantas mengusap kembali kepala gue. Dengan gerakan lambat, dikecupnya puncak kepala gue lalu pergi begitu saja.
Ngapain sih, Mas?
09/03/2018
Anw, kumohon jangan ada yg protes sama selera musiknya Gilang yang sangat mainstream ya. Semoga kalian ngga lupa kalau Gilang adalah anak radio sejati yang tiap hari dicekoki sama penyanyi semacam mereka.
Lagipula, aku pun suka G-eazy sama Gnash kok. Heheh. Meskipun lebih hawt Om Justin Timberlake.
YOU ARE READING
Kekaburan Bayang-Bayang
Teen FictionKalau pemikiran kalian tentang SMA sesederhana: punya pacar, senioritas, pembodohan, perpeloncoan. Maka biarkan gue menceritakan banyak hal kalau dunia SMA... nggak 'sebersih' yang kita pikirkan.