Tiga Belas

39 4 0
                                    

Setelah memantapkan hati akhirnya Fandi yakin bahwa hubungan tidak sehatnya harus segera di akhiri. Setidaknya ia tidak lagi harus menahan sesak ketika melihat pacarnya dengan lelaki lain. Fandi tidak pernah menyangka pula ketika kata "putus" itu akan membawa air mata mengalir di pipi Anggra. Bukankah harusnya Anggra lebih senang? Bukankah ini yang diharapkan Anggra?

Fandi membanting kunci mobilnya lalu menghempaskan tubuhnya di atas kasur. Kepalanya mendadak pening, salahkah langkah yang ia tempuh? Tangannya merogoh saku celana diambil gawai dari dalamnya.

Si bocah tengil

Bang? Butuh klarifikasi! Anggra bikin story galau nih. Beneran putus?

Bang! Gilak luh! Anggra secantik itu luh putusin.

Kacang goreng anget yak cangcimen-cangcimen

Eluh jadi bahan ghibah di grup kelas guwe

Fandi baru saja membaca satu ruang pesan dari Dera. Beberapa kolom percakapan grup kelas pun ramai menyebut namanya. Hingga sebuah pesan singkat pun masuk.

Ibu

Nak? kenapa dengan Anggra? Putus?

Fandi mengerutuki dirinya sendiri. Ia benar-benar merasakan bagaimana tersiksanya menjadi seorang lelaki. Seluruh langkahnya semua terasa salah. Fandi menguatkan diri. Apapun resikonya, ini adalah jalan yang telah kau pijak Fan.

Fandi membalas seadanya seluruh pesan yang diterima malam ini. Lalu membiarkan gawai itu mati dan tergeletak di atas meja belajarnya. Ia memilih untuk menghampiri ranjang dan membanting diri disana. Matanya terlelap perlahan.

***

Di ujung kamarnya Dera mengketuk-ketuk gawainya ke novel yang dipegang. Fandi putus dengan Anggra, berita terheboh se jagat Cendana. Bukan karena berita ini menjadi trending topik, tapi namanya yang kerap disebuat menjadi pihak ketiga benar-benar membuat Dera geram.

Iya, Fandi adalah satu-satunya lelaki yang selalu menghiasi Dera, sebagai seorang sahabat. Hanya sahabat, itu yang terus ditanamkan Dera dalam hatinya. Enam tahun mereka telah bersama, apakah salah bila mereka dekat?

Dera membanting novelnya lalu melangkahkan kaki naik ke atas kasur. Lalu dipandanginya lagi layar telfonnya. Ia membuka kolom chatnya dengan Fandi. Terakhir dilihat 20.24, tepat 20 menit yang lalu. Dan Fandi sempat melihat pesannya.

Beberapa pesan bertubi-tubi datang dalam gawai Dera.

Hebat ya, gilak cewek secantik Anggra diputusin dan lebih milih bocah kayak Dera.

Air mata Dera menetes membaca komentar dalam percakapan grup kelasnya. Apa salah dan dosa Dera, Tuhan.

Iya kemaren sih guwe tahu Dera sama Fandi boncengan berdua pas pulang sekolah.

Eh berangkatnya juga

Habis kejadian itu, eh besoknya putus deh Fandi.

Tangisnya tak dapat di tahan lagi. Dera memuntahkan segala air matanya lalu menangis dibalik selimut putihnya. Bantalnya telah basah. Hingga Dera pun tidak sadar sejak kapan ia hanyut dalam mimpi.

***

Dera menyengaja untuk tidak berpapasan dengan Fandi. Ia memilih untuk tidak lagi menghubungi Fandi juga tidak menyapa Fandi. Ketika teman-temannya membicarakan dia, ia hanya memilih diam. Percuma dijelasin, gak bakal ada yang percaya.

Dera melangkahkan kaki menuju kantin tidak lagi dengan melewati depan kelas Fandi, padahal dengan melewati koridor akan lebih cepat sampai. Dera lebih memilih melewati jejeran laboratorium, walau jaraknya dengan kantin lebih jauh.

Tidak sengaja di jalan Dera bertemu dengan Anggra. Anggra melirik Dera dengan tatapan tajam bak elang. Dan Dera hanya membalas dengan senyuman kecut, lalu berjalan dengan langkah lebih panjang dan cepat.

Dera mengerutuki hatinya. Eluh salah Der punya sahabat. Eluh gak pantes buat punya sahabat, eluh cocoknya ya gini. Sendiri.

Separuh AkuWhere stories live. Discover now