I

185 30 0
                                    

Aku tak menyukai berburu, tak jarang aku mengacau dan membuat tangkapan yang sebentar lagi menjadi santapan makan bersama kabur karenaku, ditambah aku sangat benci dengan tanah lembab setelah hujan yang tentu saja akan membuat baju dan celanaku kotor. Tetapi sahabatku Dacian keras kepala atau malah bodoh karena tetap mengajaku berburu bersamanya dan satu lagi anak laki-laki si pengendali angin Aiden yang memiliki mulut sedikit enteng untuk mengejekku jika mengacau.

Aku duduk di balik semak-semak belukar, sebisa mungkin tidak membuat suara meskipun rasanya ingin sekali aku mengeluh meminta pulang dan cepat-cepat mandi untuk mebersihkan diriku yang sudah kotor diselimuti tanah basah, jangan lupakan tanganku yang keram akibat terlalu lama menggendong kelinci tangkapan pertama kami. Tapi tentu saja tidak ada gunanya rewel karena Dacian dan Juga Aiden tak akan meladeni rengekanku.

Sebenarnya kami diberikan makan dari pagi, siang, dan malam oleh orang-orang di tempat kami tinggal. Tapi beberapa para muda mudi memilih berburu untuk makan daging, karena orang-orang yang menyiapkan makan untuk ribuan orang di tempat kami tinggal sangat jarang menyediakan daging hewan yang sebenarnya lebih menggugah selera dari pada bubur dan soup wortel yang kelewat sering mereka buat.

Kadang aku merasa mual karena terlalu sering memakannya. Kemudian menjadi kelaparan sampai jam makan berikutnya karena tak berniat menghabiskan makanannya. Kadang mereka juga membuat makanan dari sayuran yang ditanam di ladang yang tentu saja hasil dari para Penghijau yang rata-rata orang orangnya sangat murah senyum.

Aku malah tak tau tadinya kalau Penghijau bisa mengahasilkan sayuran yang bisa di makan. Aku hanya tau mereka bisa menghias tempat menjadi terlihat indah dengan bunga bunga yang beragam dan rerumputan yang tak pernah memanjang. Dan tentu saja jangan lupakan tanaman-tanaman tajam atau beracun untuk mereka melindungi diri.

Aku cukup terkesan dengan para penghijau, meskipun aku lebih terkesan dengan Dacian yang saat ini sedang menarik panah di tangannya dengan wajah serius, memfokuskan dirinya pada kelinci cantik yang sedang celingak-celinguk polos. Membidik dengan seksama siap untuk memanah jika saja kelinci itu tidak menginjak jebakan yang kami buat, sementara aku terus berusaha agar tidak membuat suara sekecil apapun. Karena aku pun sudah hampir dua bulan tak makan daging akibat Dacian dan para muda mudi yang lain di tugaskan untuk menjaga tembok di bagian barat.

Aku tak perlu repot-repot melakukan itu, aku satu satunya yang tak pernah ikut dalam bertugas menjaga tembok-tembok pembatas. Aku hanya gadis bendungan. Aku hanya perlu menjaga bendungan yang ku buat sendiri. Paling tidak aku ada gunanya pula di sini dengan menyokong hidup mereka agar tidak mati tenggelam dengan membuat bendungan yang terbuat dari air pula. Dengan teknik memadatkan air yang kemudian menahan air sungai yang mengalir ke tempat kami tinggal.

Itu dia alasan mengapa tempat kami tinggal memiliki nama depan Bendungan.

Bendungan Hexeka.

Aku memandang Dacian dan Aiden yang berdiri bersamaan ketika kelinci cantik itu masuk ke dalam jebakan yang kami buat, tidak bisa berontak sama sekali akibat jebakan yang sempurna menahan dirinya agar tak kabur. Sementara aku sedikit merasa iba pada kelinci cantik yang kami tangkap karena sebentar lagi akan menjadi santapan makan malamku dan teman-teman yang lain.

Aiden berjalan sambil membawa kelinci yang satu di tangan kirinya menuju kelinci yang sekarang tak bisa berkutik akibat perangkap yang menjebaknya. Berjongkok sambil berusaha membuka jebakan dengan satu tangan kanannya dengan susah payah.

"Berikan kelinci itu padaku." Dacian berjalan menghampiri Aiden dan mengambil alih kelinci yang berada di tangan kiri Aiden.

Aku berdiri, menepuk-nepuk celanaku yang kotor akibat duduk di tanah yang lembab. Memandang Aiden yang masih bersusah payah melepaskan kelinci yang akan kita makan dari jebakan. Sementara saat aku bergerak ingin mendekati Dacian aku merasakan seperti menendang sesuatu.

The Witcher And The Last Water Bender | Jung JaehyunWhere stories live. Discover now