III

177 21 3
                                    

Pagi ini aku dan teman-teman akan berenang disungai yang berada dihutan peri. Jadi kami cepat-cepat datang ketempat di mana kami biasa memakan sarapan kami berada seperti takut ketinggalan rombongan perjalanan. Sarapan kami pagi ini sama saja seperti yang sebelum-sebelumnya, sup wortel yang rasanya membuatku akan muntah kapan saja karena kelewat sering memakannya. Tetapi berbeda dengan teman-temanku yang lain, mereka memang dasarnya doyan makan jadi mereka memakannya dengan lahap. Membuatku semakin ingin muntah.

"Kau harus menghabiskannya." Ucap Dacian sambil menyodorkan mangkuk sup wortel yang sengaja ku jauhkan dari hadapanku.

"Tidak mau, aku akan benar benar muntah jika memakannya lagi." Tolakku kembali menjauhkan mangkuk sup wortel tersebut.

"Benar, pantas saja kau semakin kurus. Tapi paling tidak hargai mereka yang memasak untuk ribuan orang di sini." Dacian kembali menyodorkan sup wortel tersebut. Aku mengernyit memandangi mangkuk berisikan sup wortel yang sudah sedikit kumakan dan tak lagi hangat karena terlalu lama kudiamkan.

Aku memandang teman-teman yang lain, mangkuk mereka terlihat hampir bersih. Hanya Blair yang terlihat hampir sama dengan ku, dia terlihat muak memakan sup wortel itu, tetapi tetap memakannya karena lapar.

Aku tak sanggup memakannya lagi, tetapi aku tidak ingin diomeli, jadi kupaksakan untuk memakan kembali sup wortel tersebut dengan wajah tak enak meskipun sempat tertahan di dalam mulut karena cukup sulit untuk menelannya. Tapi suapan berikutnya pun tidak bisa lagi aku lakukan karena aku sudah benar-benar mual untuk kembali memakannya.

Kalau di fikir-fikir tidak mungkin mereka tidak memiliki bahan makan yang lain, karena sudah banyak yang dengar kalau petinggi di sini memakan makanan yang bahan-bahannya mereka beli dari Kota Baru yang terkenal memiliki makanan yang super enak katanya. Tapi entah penduduknya yang bodoh atau apa, tapi mereka tidak perotes sama sekali. Aku paham si kalau paling tidak kita sudah di beri makan saja sudah bersyukur, tapi kalo seumur hidur hanya makan Sup Wortel bisa-bisa aku berubah jadi Sup Wortel kalau seperti ini.

Seumur umur aku hidup hanya pernah sekali memakan makanan enak saat masih kecil, itu juga harus bekerja keras dulu. Belum lagi harus berbagi dengan teman-teman yang lain. Akupun sudah lupa bagaimana rasanya.

"Aku sudah selasai." Aiden berucap dengan gembira tepat setelah menghabiskan Soup Wortelnya, ia terlihat sangat tidak sabar untuk pergi ke sungai peri.

"Aku juga." Sama dengan Blair yang terlihat semangat untuk buru-buru pergi dan menyisakan sedikit makanan di mangkuknya.

"Ayo pergi kalau sudah selesai." Ucap Mark sambil berdiri diikuti oleh Blair dan Aiden "Ayo Dacian, Elain." Mark tak melupakan dua orang yang mengajak mereka untuk berenang disungai peri.

Tanpa banyak berfikir aku berdiri, sudah tak ingin memakan sup wortel yang masih penuh didalam mangkok dan berjalan keluar dengan wajah muram mendahului yang lain dan menghiraukan teguran Dacian. Wajahku di sapa oleh sinar matahari yang terik sambil berjalan menelusuri jalanan becek akibat air dari bendungan yang dibiarkan mengalir sedikit di pinggiran merembes ke jalanan bertanah.

Semua yang ada disini benar-benar terlihat suram. Mulai dari tempat tinggal yang bobrok, orang-orang yang pandai berjudi padahal miskin dan jangan lupakan orang-orang pemabuk padahal besok harus menjaga tembok perbatasan, pakaian yang compang camping dan lusuh, hingga makanan yang bahkan tanah daerah lain akan mengatakan kalu itu sudah tidak layak untuk di makan. Kami benar-benar terlihat sangat miskin, bahkan banyak dari kami yang bodoh akibat tidak pernah bersekolah. Salah satunya aku, aku tidak bisa membaca apalagi berhitung di tambah aku sangat malas untuk berfikir, jadi lengkap sudah kebodohan mengumpul di diriku.

Rasanya benar-benar seperti sebuah bencana harus lahir di tanah daerah seperti ini. Sengsara sekali hidupku tinggal di sini.

Hawa panas membakar kulitku, aku mengerutkan keningku akibat matahari berada tepat didepanku. Teman-temanku berjalan dibelakang, kiranya sebentar lagi akan menyusul dan berakhir aku berjalan dibelakang.

The Witcher And The Last Water Bender | Jung JaehyunWhere stories live. Discover now