1

8.8K 384 12
                                    

Dedaunan musim semi nampak berguguran memenuhi jalan-jalan setapak. Angin musi semi pun tak mau kehilangan partisipasinya dengan berhembus cukup kencang. Membuat orang-orang yang berlalu lalang semakin mengeratkan jaketnya, begitu juga dengan seorang wanita yang nampak begitu tergesa-gesa berjalan dan mengakibatkan dirinya beberapa kali harus meminta maaf atas tindakannya yang begitu ceroboh menabrak beberapa orang.

            “Kau terlambat lagi Llily” ujar laki-laki paruh baya dengan nada sinis, membuat wanita itu –Lily— hanya mampu menundukkan kepalanya. Padahal ia sudah bersusah payah untuk tidak terlambat bekerja, namun selalu sama nasib sial selalu berpihak padanya.

“Maafkan saya sir, saya masih harus mengikuti ujian kuliah dan terjebak macet akibat ada kecelakaan lalu lintas” ujar Lily memberikan alasan, ia tidak berbohong tentag ada ujian kuliah namun tentang kecelakaan lalu lintas ia berbohong. Berbohong sedikit tak apa kan?

“Kali ini ku maafkan, tapi lain waktu tak ada alasan apapun dan ku pastikan gajimu akan ku potong” ujarnya sedikit mengancam membuat Lily dirundung resah. Padahal pekerjaan sebagai pelayan kafe inilah merupakan sumber satu-satunya mata pencahariannya.

Lily segera berjalan masuk ke dalam ruang ganti khusus pelayan, tak ingin mendapatkan ceramah kembali dari atasannya. Lily tersenyum lemah begitu melihat beberapa teman kerjanya telah siap dengan baju pelayan.

“Kau terlambat lagi?” tanya Anna, salah satu pelayan kafe yang selalu bersikap sinis padanya. Setiap apa yang ia lakukan pasti selalu salah dimata Anna, padahal seingatnya ia tak pernah melakukan sesuatu hal yang aneh.

“Seperti yang kau lihat” ujar Lily datar seraya meletakkan tas selempangnya ke dalam loker miliknya, tak memperdulikan Anna yang nampak mendengus kesal akan sikapnya yang mengacuhkannya.

Liliy segera mengambil seragamnya dan masuk ke dalam kamar mandi untuk berganti pakaian. Lebih baik ia melarikan seperti ini, daripada mengikuti alur pemainan Anna yang akan terus mengajaknya ribut.

“Lily, tolong kau layani meja nomor lima” ujar Breta, petugas kasir. Lily mengangukkan kepalanya tanda mengiyakan perintah Breta dan lantas berjalan menghampiri meja nomor lima seraya membawa buku menu makanan.

“Selamat malam tuan, mau pesan apa?” tanya Lily ramah seraya memberikan buku  menu makanan yang ia bawa pada pria yang tengah menatapnya tanpa berkedip, membuat Lily beberapa kali menyelipkan helaian rambutnya yang dengan nakal keluar dari ikatan tali rambutnya dan menunduk resah nampak salah tingkah.

“Siapa namamu?” tanya pria itu tanpa ada niatan untuk melihat menu makana yang disodorkan Lily, membuat Lily mendongakkan kepalanya seraya mengerutkan keningnya.

Lily mendesah pelan, “Err—maaf, saya tidak bisa menjawabnya. Jika tidak ada yang anda ingin pesan, saya permisi” ujar Lily seraya bergegas menjauh.

JJJ

“Lily ada yang mencarimu” ujar Kenny –salah satu pelayan kafe— menghampiri Lily yang nampak sibuk membersihkan piring-piring kotor bersama pelayan kafe lainnya. Lily mengernyit heran dan berpikir siapa yang mancarinya. Padahal ia tahu sendiri tak mungkin sahabat karibnya yang akan mencarinya, mengingat ia sudah mewanti-wanti sahabatnya agar tak menemuinya ketika ia tengah bekerja seperti ini.

Lily segera membersihkan tangannya dan melemparkan celemek yang ia pakai dengan sembarang. “Mencariku? Apa aku mengenalnya?” tanya Lily berubi-tubi menatap Kenny penuh tanda tanya.

Kenny mengangkat bahunya acuh, “Aku tidak tahu. Cepatlah keluar, sebelum Mr. Roger yang akan menyeretmu keluar dari sini” ujar Kenny seraya menepuk bahu Lily pelan lantas berlalu pergi dari hadapan Lily.

Lily mendesah pelan lantas menyeret langkahnya untuk berjalan menemui ‘seseorang’ yang ingin menemuinya. Lily mendengus kesal begitu melihat siapa yang ingin menemuinya, pria itu –pria meja nomor lima. Untuk apa dia mencariku? Untuk menanyakan namaku kembali?  Batin Lily kesal namun ia tetap melanjutkan langkahnya menghampiri Mr. Roger dan pria menyebalkan itu.

“Tuan James, kenalkan ini salah satu pegawaiku. Minely Anderson” ujar Mr. Roger dengan nada bangga berlebihan dan tidak bisa menghentikan Lily untuk tidak memutar kedua bola matanya jengah dengan sigap atasannya yang terlalu berlebihan.

“Roger, bisa tinggalkan kami berdua?” tanya James –pria menyebalkan itu— dengan nada perintah yang begitu kental tersirat akan ucapannya. Membuat Lily bergidik ngeri membayangkan dirinya harus berdua dengan James, namun ia masih bersyukur setidaknya ia tidak sendiri mengingat beberapa teman kerjanya masih berada di dalam dapur. Ya, ia tidak sendiri.

“Baik tuan” ujar Mr. Roger sopan dan melayangkan pandangannya pada Lily. “Ingat, jangan membuat keributan” ujarnya memperingatkan lantas melengang pergi.

James melangkahkan kakinya ke depan memperpendek jarak antar dirinya dan Lily, membuat wanita itu secara spontan mundur beberapa langkah. James yang melihat hal itu  tersenyum sinis dan segera merengkuh tubuh mungil Liliy, membuat wanita itu memekik tertahan.

“A—apa yang kau lakukan?” tanya Lily begitu gugup dengan akan kedekatan mereka berdua dan mencoba melepaskan diri dari rengkuhan James.

“Mine, your mine” bisik James dengan nada serak, membisikkan kata-kata itu tepat di telinga Lily, membuat Lilly merasakan akan gelenyar aneh yang tak pernah ia rasakan.

James yang merasakan Lily yang diam membeku atas kelakuannya, tersenyum tipis dan mengecup bibir Lily singkat. “See you next time” ujar James melepaskan dekapannya dan mengacak rambut Lily gemas sebelum beranjak pergi meninggalkan Lily yang masih diam mematung.

JJJ

            “Cepat kau selidiki wanita yang baru saja aku temui di kafe tua bangka itu Chris dan pastikan tidak ada satu pun dack1 yang tahu akan hal ini” perintah James pada beta2—nya.

“Baik alpha3, saya akan menyuruh beberapa gamma4 untuk menjaganya. Tuan muda tidak perlu khawatir” ujar Chris lantang.

“Bagus. Aku yakin wanita itu memang soulmateku dan kau memang harus menjaganya” James terseyum samar mengingat pertemuannya pertama kali dengan soulmate—nya, mengingat ia sudah berkelana hampir ratusan tahun hanya untuk mencari soulmate seperti yang selalu diceritakan kedua orang tuanya. Tidak akan lama lagi, ia akan seperti kedua orang tuanya merasakan saling mencintai dan membuat dack miliknya akan bertambah semakin kuat.

Werewolf's MateWhere stories live. Discover now