3

8.5K 346 9
                                    

Maaf atas keterlambatan saya._.

Ini menyebalkan, rutuk Lily dalam hati dan tetap memfokuskan dirinya memandangi pemandangan dari luar kaca mobil. Ya, ia sekarang tengah berada di dalam mobil milik James dan laki-laki itu tepat berada di sampingnya. Entah apa yang dilakukan laki-laki itu, Lily tak memperdulikannya. Yang terpenting  baginya kini adalah nasib hidupnya nanti. Apakah ia akan dibunuh? –atau dijadikan tempat budak seks?

“Berhentilah berpikiran yang aneh. Apakah di dalam otak cantikmu itu hanya ada pikiran konyol tentangku?” ujar James tiba-tiba tanpa mengalihkan pandangannya sedikitpun dari i-phone yang ia pegang.

Lily memalingkan wajahnya, menatap James dengan kening berkerut bercampur kesal. Ia bisa membaca pikiran? “Apa pedulimu. Terserah aku akan memikirkan dirimu seperti apa, bukan urusanmu kan?” mencak Lily penuh emosi seraya melipat kedua tangannya kesal.

James mendesah pelan dan meletakkan i-phone yang ia pegang ke dalam saku kemeja kerjanya. Memberikan senyum miring pada Lily dan menekan tombol otomatis untuk memberikan sekat antara kursi pengemudi dengan penumpang. “Bukan urusanku?” tanya James menatap Lily dengan sebelah alis terangkat.

“I—iya, bukan urusanmu” ujar Lily gugup. Sial, mengapa aku gugup seperti ini? Rutuk Lily dalam hati.

James yang melihat kegugupan Lily lantas mencondongkan tubuhnya ke depan, membuat Lily memundurkan tubuhnya dan mendengus kesal begitu ia tahu tubuhnya telah bertubrukan dengan kaca jendela mobil. Argh, sial batin Lily.

“Sepertinya aku harus mengingatkanmu kembali, aku telah membelimu dan itu artinya kau milikku. Milikku” ujar James tepat di depan wajah Lily seraya menekankan kata ‘milikku’, membuat wanita itu tanpa sadar menggigit bibirnya. Ia merasa ditampar, mengingatkatnnya kembali bahwa dirinya –bukan sepenuhnya miliknya lagi tapi milik laki-laki didepannya.

James memejamkan matanya seraya mendengus kesal setelah melihat Lily menggigit bibirnya, membuat hasratnya kembali bangkit. Ia membuka matanya secepat kilat dan meraih kepala Lily, membuat wanita itu berjerit tertahan. Begitu terkejut dengan tindakan James yang tiba-tiba. James menekan bibirnya cukup keras pada bibir Lily dan mencium wanita dengan buas. Menyecap bibir Lily yang telah membuatnya merasa ketagihan setelah ia menciumnya untuk pertama kali. Seakan bibir Lily telah menjadi candu dan membuatnya ingin terus mencium wanita itu.

Lily memukul dada bidang James dengan keras, mencoba memberontak akan ciuman paksa laki-laki itu. Namun, apa daya tenaganya tak cukup besar untuk melawan kekuatan James dan membuatnya –dengan terpaksa— hanya diam pasrah.

James menyudahi ciuamannya dan sekagi lagi melayangkan ciumannya sekilas. Ia tersenyum tipis melihat bibir Lily yang nampak bekak akibat ciuman panas yang ia berikan. “Mine, milikku” ujar James begitu mantap tanpa mengalihkan tatapannya dari wajah Lily, membuat wanita nampak begitu jengah akan intensitas tatapan James.

“Terserah kau saja” guman Lily begitu acuh lantas mendorong bahu James untuk menjauh darinya dan melipat kedua tangannya. Menatap James dengan koboran api penuh amarah, seakan menyiratkan kebencian yang begitu mendalam.

James tersenyum miring melihat keberanian Lily dan tak bisa menahan senyum gelinya begitu melihat Lily yang tengah melancarkan kebenciannya pada dirinya. Namun, takkan lama lagi kebencian itu akan ia ubah dengan Lily yang akan mencintainya. Mencintai soulmate—nya.

“Melihatmu marah seperti ini, kau sangat seksi mine” ujar James dengan nada sensual membuat kekesalan Lily semakin meningkat.

“Kau—” Lily menunjuk James dengan geram. “Dasar mesum?!”

Werewolf's MateWhere stories live. Discover now