2

6.7K 359 9
                                    

Sorry ngaret._.

Hope you like it

Saran, komentar dan VOTE, ditunggu ya :)

                                                                         ***

Lily terus saja memegang bibirnya tanpa sadar dan mendecak kesal begitu kilasan kejadian kemarin malam masih saja menghantui pikirannya. Ia masih tak percaya bibirnya telah tak perawan akibat pria sinting yang mencium dirinya seenak jidatnya. Membuatnya seperti ini, melamun tak jelas dan berakibat ia tak begitu konsen dengan ujian kuliahnya. Padahal ia harus mempertahankan nilainya atau beasiswa yang dimilikinya terancam di coret.

“Kau melamun lagi Ly” tukas sahabatnya Emely, nampak begitu bosan akan tingkah Lily yang masih saja memikirkan pencurian ciuman pertamanya.

Wajah Lily semakin menekuk, “Kau tidak tahu saja bagaimana rasanya. Ciuman pertamamu kan diambil oleh cinta pertamamu. Sementara aku?” ujar Lily mengebu. “Sudahlah, percuma aku berbicara denganmu” tukasnya kembali dan menyeruput orange juice milik Emely.

“Hei, itu minumanku. Kau ini!” ujar Emely mengomel lantas merebut paksa minumannya yang telah tinggal separuh.

“Dasar pelit, minta sedikit saja kau heboh seperti ini” ledek Lily seraya meleletkan lidahnya.

“Sedikit? Hei bocah—” Emely menjitak kepala Lily cukup keras. “Lihat, minumanku tinggal separuh dan kau bilang hanya meminumnya sedikit?”

“Emi—” Ucapan Lily terpotong begitu sebuah suara mengintrupsi keributan antar dirinya dan Emely.

“Err—maaf mengganggu” Lily mengadahkan kepalanya, melihat siapa yang tengah memotong ucapannya lantas memutar kedua bola matanya jenuh. Jack. Salah satu teman kampusnya yang selalu mengejarnya dan mengoceh tak jelas tentang kekayaan keluarganya. Membuat Lily muak mendengarnya.

“Boleh aku bergabung dengan kalian?” tanya Jack dengan senyum ramahnya namun tak berhasil membuat hati Lily menjadi berbunga-bunga.

“Tidak boleh, lebih baik kau pergi. Hush hush hush” usir Lily galak seraya mengibaskan tangannya.

Jack tersenyum tipis tak pengaruh akan penolakan Lily. Ia telah begitu kebal dengan segala penolakan yang dilontarkan oleh wanita itu, namun tetap tak mampu membuat hati Jack pindah ke lain hati.

“Thanks honey” ujar Jack tersenyum semakin lebar, memamerkan giginya dan tanpa persimi ia duduk di samping Lily dan berhasil membuat wanita itu mendelik kesal padanya.

“Sana, jauh-jauh dariku!” ujar Lily seraya berpindah tempat duduk di sebelah Emely yang nampak asyik meminum minumannya tanpa merasa terganggu akan ‘kemesraan’ Jack dan Lily.

“Hei, kenapa pindah? Ah, kau ingin melihat wajah tampanku ini lebih leluasa. Honey, kau so sweet. Aku tak menyangka kau sangat menyukai wajah tampanku” ujar Jack penuh percaya diri dan membuat Lily merasa ingin muntah.

Lily beranjak dari tempat duduknya seraya menarik paksa Emely untuk berdiri mengikutinya. “Dasar aneh, jangan ikuti aku!” Lily menunjuk Jack dengan pandangan sengit lantas berlalu pergi menyeret Emely.

“Apa kau tak takut Jack akan menyuruh ayahnya untuk memecatmu? Kau tahu kan cafe tempatmu bekerja milik ayah Jack” ujar Emely menatap Lily yang masih mencoba mensi-phoneilkan emosinya.

“Ya, aku tahu. Tapi kau lihat kan, sampai saat ini Jack tidak melakukannya?” Lily mengangkat bahunya acuh seraya menolehkan kepalanya ke kanan ke kiri menunggu bus.

Werewolf's MateWhere stories live. Discover now