Bagian Satu

29.8K 140 2
                                    

Author : Ma'had Wicaksono (nama pena : Sandibumi)

Site : mahadwicaksono.com

Novel ini ditulis oleh seorang Internet Marketer dan Blogger yang juga menemukan kebahagiaan saat menulis cerita atau novel

SATU

Kelap-kelipbintang di langit tak membuat hati Sebastian reda dari kepiluan hatiyang kini dirasakannya. Rumput-rumput yang tampak bergoyang dalamgelap tak membuatnya tersadar dalam lamunannya. Dalam pikirannyamasih tergambar jelas sosok Aulia, kekasihnya yang baru sajameninggal akibat serangan kanker ganas yang bersarang di otaknya. Jamtangan yang ada di lengan kirinya menunjukkan pukul sebelas malam.Kue ulang tahun yang telah disiapkannya untuk Aulia masih tertatarapi di atas meja. Kini kue itu seakan menunggu untuk ditiup olehSebastian, meskipun hanya dalam kesendirian.

NamaAulia jelas terukir di atas kue itu. Dengan air mata menetes,Sebastian meniupnya dengan rasa perih hati. Gitar yang baru sajadimainkannya tergeletak seakan menjadi barang tak bertuan. Secarikkertas yang berisikan lagu yang telah disiapkan untuk Aulia seakanmenjadi saksi bisu betapa perihnya hati Sebastian yang harusmenyanyikan lagu ciptaannya sendiri dalam keheningan dan kesunyianhatinya. Dua cicak di dinding sedang berkejaran seakan tak pedulidengan suasana hati Sebastian yang sedang dilanda lara.

"Akumencintaimu, sangat-sangat mencintaimu." ucapnya setelah meniuplilin ulang tahun Aulia yang kini telah terbaring di liang lahat. Diateringat kata yang sering kali Aulia ucapkan kepadanya,

"Bas,tadi malam aku bertemu lagi dengannya dalam mimpi, meski aku takpernah bertemu dengannya di dunia nyata, tapi aku yakin dia adalahsepupuku, tampaknya dia gadis yang baik."

"Kiniaku sendirian, hidupku rasanya tak berarti tanpamu. Aulia, kenapaengkau tinggalkan aku begitu cepat? Aku sendirian tanpa cinta, akukehilangan warna cinta yang selama ini engkau berikan.Engkau...engkau...." Ucapnya meneruskan kata-katanya yang sempatterputus.

Sebastiantermenung di halaman luar rumahnya. Angin malam semakin menyelimuti.Rasa dingin yang menembus kulit dan pori-pori tak ia hiraukan. Ia mengambil mawar merah yang tergeletak di atas buku novel pemberianAulia yang ada dekat vas bunga plastik. Sebastian masih sendirian,dia mengambil kembali gitarnya, tapi sama sekali tak menyanyikan laguapa-apa, termasuk lagu yang telah diciptakannya hanya untuk Aulia.Lagu itu tercipta tepat dua hari sebelum Aulia meninggal karenakanker otak yang dideritanya.

Waktu Tak Pernah Menyembuhkan LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang