Bagian Lima

3.1K 20 1
                                    

LIMA

Malam menyapa lagi.Perasaan sakit hati kepada Sholeh masih terasa. Malam kejadian itukembali terbayang jelas dalam ingatannya. Ternyata derita seoranggadis yang diperkosa menyisakan sakit yang begitu dalam danberkepanjangan. Itulah yang kini dirasakan gadis yang saat inimenggunakan kerudung berwarna putih itu. Beberapa pekerjaan yang adadikantornya hari ini masih belum mampu ia selesaikan, tapi malam iniia tak berniat untuk lembur. Dalam hatinya hanya satu, ingin segeramenemui bapak dan emaknya dan memberitahukan kabar gembira yang iaterima dari kantornya tadi pagi.

Sesampainya dirumah kecil yang masih dalam komplek halaman rumah pak Broto itu, diatak langsung masuk rumah, karena Mama Ibas memanggilnya. Dengan cepatdia memenuhi panggilan majikan orangtuanya itu. Dengan penuh tandatanya, dia bergegas.

"Ya Ndoro,"jawab Fitri ketika sudah dekat dengan tempat berdiri bu Broto.

"Fit, ayo duduksini," ajak bu Broto sambil berjalan menuju kursi yang terbuat dariakar jati.

Fitri segeramengikuti arah langkah majikan yang kaya raya itu.

"Loh kok duduk disitu, sini duduk di atas kursi," ucap Mama Ibas setelah melihatFitri duduk di lantai teras rumah.

"Tidak usahNdoro, tidak apa. Saya duduk di sini saja."

"Janganlah Fit,ayolah."

"Tidak Ndoro,sungguh tidak apa-apa, saya lebih suka duduk di sini."

"Ya sudah, kalaubegitu aku anggap kamu membantah perintahku. Cepat duduk di situ,"ucap Mama Ibas sambil menunjuk kursi yang ada di hadapannya.

"Ehm...maafNdoro, baik saya akan duduk di situ."

"Ya begitu dong,"ucapnya senang setelah melihat Fitri duduk di atas kursi dihadapannya.

"Begini Fit,sebenarnya Ndoromu ini mau bertanya sesuatu sama kamu."

"Maaf, Ndoroputri mau tanya apa?"

"Fit, apa kamusudah punya pacar?"

"Ehm..."ucapnya terputus.

"Kok diem, jujursaja sama Ndoromu ini. Sudah punya apa belum?"

"Ehm...dulu Fitripunya seorang kekasih, tapi sekarang sudah tidak lagi."

"Kenapa? Siapayang tidak setia? Kamu atau dia?"

"Ehm...kamimengakhiri hubungan karena kami merasa tidak cocok Ndoro," jawabnyasekenanya.

"Oh begitu,berarti sekarang ini kamu tak punya kekasih hati toh?"

"Ehm...begitulahndoro, lagipula saya sudah kapok berpacaran."

"Loh kenapa Fit?"

"Ya kapok sajandoro,"

"Ya, tapi pastiada alasannya toh?"

"Iya, selama inisaya berpacaran sama orang yang tak tulus ndoro, tak bisa menerimakeadaan saya apapun keadaannya, semuanya hanya manis di mulut ndoro.Pendapat teman saya juga sama seperti itu."

"Oh, berartisekarang ndoro mu ini tahu, berarti pacarmu itu yang tidak setia samakamu. Iya toh?"

Fitri terdiam saja.Dia kembali teringat wajah Farhan ketika dia memaki-makinya sebagaigadis yang tak suci setelah mendengar kejujuran Fitri.

"Ya nggak apa-apandoro. Wajar dia seperti itu," ucapnya setelah terdiam beberapasaat.

Tak terasa merekaberdua sudah mengobrol sana-sini dan semakin terasa dekat. Terdengarsuara adzan magrib berkumandang. Fitri pun memohon diri untukmelaksanakan panggilan itu, sekaligus dia teringat bahwa dia belumbertemu kedua orangtuanya untuk memberitahukan kabar bahagia yangakan dia terima tadi pagi di kantor.

Waktu Tak Pernah Menyembuhkan LukaWhere stories live. Discover now