Bab 6: Alur Yang Sempurna

2.6K 309 15
                                    

Kendra memendorong pintu kaca, lalu melangkah ke dalam Laboratorium Forensik. Di sana, sudah ada Inggrit dan Laura, dokter forensik yang bertugas. Kedua wanita itu tampak sedang membicarakan sesuatu. Kendra menggulir tatapan sedikit ke kiri. Tak jauh dari tempat Laur berdiri, dia melihat potongan kaki manusia tergeletak di atas meja alumunium. Kendra yakin, potongan kaki itu pasti berasal dari TKP di padang ilalang.

"Yo," sapa Inggrit yang segera menyadari kehadiran Kendra.

Kendra mengerling sambil menganggukkan kepala, kemudian beralih menatap Laura yang saat itu tengah memasang senyum kikuk di wajah. Laura sedikit terkejut melihat Kendra. Penampilan Kendra hari itu terlihat sangat berbeda dari biasanya.

"Apa kau baru selesai mandi?" tanya Laura, membuat Kendra lantas berkerut kening.

"Yang benar saja. Apa menurutmu aku sempat mandi di saat seperti ini?"

Laura tertawa canggung. Sesekali dia melirik pada Kendra. Membatin, lalu kenapa kancing bajumu tidak dikaitkan dengan rapi?

Apa kau sengaja membukanya untuk memamerkan dada bidangmu itu?

Apa kau mau aku yang mengancingkannya di sini?

Astaga, apa yang kupikirkan?

Jerit Laura dalam hati. Ini sama sekali tidak bagus untuk jantungnya. Benaknya terus saja meracaukan hal yang tidak-tidak. Dia persis seperti orang gila, yang tidak bisa lagi mengontrol laju pikirannya sendiri.

Laura mendengkus. Lagi-lagi dia membatin, yang benar saja, dengan wajah bersungut-sungut.

Dia berusaha mengingatkan diri bahwa Kendra tidak pernah menyukainya. Kendra datang untuk melihat mayat, bukan dirinya. Dan itu jelas sekali.

Kalimat yang terus berkelebat tidak keruan itu membuat Laura berakhir menunduk dengan muka memerah. Dia menggeleng samar, berusaha mengenyahkan pikiran aneh yang sempat melintas dalam benaknya tadi. Dia benar-benar memalukan.

"Laura, fokus!" sentak Kendra seraya menyenggol lengan dokter itu.

Laura terkesiap. Dia menghela napas, kemudian buru-buru mengembalikan ekspresinya seperti sedia kala: tersenyum hangat kepada Kendra.

"Bagaimana? Apa kau menemukan sesuatu di potongan kaki ini?" tanya Kendra sembari menunjuk potongan kaki di atas meja alumunium dengan dagunya.

Laura mengangguk seraya mengarahkan jari telunjuk pada objek di atas meja. "Lihatlah. Terdapat luka lecet di pergelangan kakinya. "

Dia meminta Kendra untuk mendekat. Detik kemudian Laura langsung menyesali perbuatannya. Namun, tidak bisa dimungkiri, sesuatu dalam dirinya turut merasa bersyukur. Tidak menyangka dia bisa melihat Kendra dari jarak sedekat itu. Sejenak diperhatikannya tatanan rambut Kendra yang tampak lebih memanjang dari kali terakhir mereka bertemu. Titik-titik rambut tumbuh di bawah hidungnya, barangkali sisa-sisa dari kumis yang tidak tercukur seluruhnya.

"Jika dilihat secara kasat mata, mungkin tidak akan nampak. Tapi, kami menemukan ada serat tali yang tertinggal di luka tersebut."

"Serat tali?"

Laura mengangguk.

"Lalu, bagaimana dengan jasad Arini?" tanya Kendra lagi.

"Ada kemungkinan dia diculik sebelum dibunuh. Dari pemeriksaan luar, kami menemukan banyak luka memar, juga bekas jeratan di kedua pergelangan tangannya. Pada kaki kananya kami juga menemukan luka lecet yang hampir mirip dengan potongan kaki ini," ujar Laura sambil menyerahkan catatan berisi hasil visum luar pada Kendra.

CIRCLE [Revisi]Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum