Awal yang buruk

568 48 2
                                    

"Tangkap tas gua Bi." Adit melepas tas hitamnya lantas melempar kasar kearah Rean yang sudah berhasil melompat lebih dulu.

"Bi...Bi... Emang gua Abinya elu." Rean yang sudah berada di area sekolah menangkap tas hitam yang melayang tepat di hadapannya.

"Tas gua sekalian." Tanpa persetujuan dari Rean, Dirga juga melakukan hal yang sama.

"Eee... gue belum siap Ga." Belum selesai perkataan Rean,

"Prak!" Tas itu mendarat tepat di wajah Rean. Ia sedikit meringis lalu melihat sekilas Dirga dengan tatapan membunuh.

"Sorry Bi, nggak sengaja," ucap Dirga yang juga sudah berada di area sekolah.

"Awas Bi, gua mau lompat." Adit yang masih berada di puncak pagar mengambil ancang-ancang untuk melompat.

"Ntar dulu!" pekik Rean.

"Brukk...."

"Akhh... sial." Adit menimpa Rean mereka terjatuh sambil berpelukan.

"Ciee.... Jangan pacaran disini woi. Udah telat kita!" ledek Adit.

"Gila. Siapa yang pacaran. Bantuin." Lagi-lagi Rean meringis kalau saja kedua mahluk otak dangkal ini bukan temannya mungkin ia sudah melempar tonjokan dikedua pipi mereka.

"Sorry bro, lagian lo disuruh minggir malah diem." Adit memperbaiki dasi Rean yang berantakan.

"Bacot lu!" Rean menepis tangan Adit.

Akhirnya ketiga cowok petingkah itu berhasil melompati pagar besi belakang sekolah, bagi mereka melompati pagar dua meter itu hal yang sangat mudah mungkin skill panjatnya bisa mereka praktekkan Kalau-kalau mereka lagi butuh uang (Manjat pagar tetangga)

"Bolos lagi kalian!" teriak pak Ucok yang sedang berkeliling tak sengaja mendapati Pelajar yang ia cari-cari sejak tadi. Ia sudah menyiapkan senjata andalan berupa besi panjang ditangannya karena kalau hanya kayu biasa para pelajar tidak akan takut apalagi Rean Cs.

"Gawat, Pak Bk!" Dirga sudah mengambil ancang-ancang untuk berlari.

"Jangan lari dulu Bi, Ga. Gue itung ampe tiga baru lari," saran Adit, yang diiyakan keduanya.

"Satu...dua...." Jarak Pak Ucok hanya lebih sepuluh meter lagi dari mereka.

Besi yang di genggam oleh pak Ucok rasanya sudah tidak sabar untuk mendarat di tubuh mereka.

"Lama Dit, gue kabur duluan. Bye!" Dirga melipat kasar celana abu-abu panjangnya dan kabur lebih dulu.

"Ah cupu!" gumam Rean.

"Eh! Gua ikut!" Disusul Adit, yang katanya mau berlari dihitungan ketiga. Dasar!

"Woi! Nggak CS!" Sedangkan Rean masih diam di tempat ia belum siap berlari karena kakinya sudah disugesti untuk lari dihitungan ketiga.

"Nah! Mau kemana kamu? Kabur lagi?" Entah sedari kapan pak Ucok sudah berada di hadapannya.

Rean memutar otak. Alasan sekuat dan sebaik apapun tidak akan mempan di depan pak Ucok.

"Eh Bapak. Bapak sehat?" Rean menyengir kuda. Ia meraih tangan pak Ucok untuk bersalaman sembari berusaha memikirkan cara untuk meloloskan diri.

"Yang ada bapak sakit gara-gara ngejar kalian." Tongkat besi yang semua ditatap Rean dari kejauhan kini sudah berada tepat di depan matanya.

"Yaudah. Bapak jangan ngejar. Bapak nggak bakalan kuat. Mending Bapak istirahat aja di kantor." Rean memijat asal bahu pak Ucok.

"Enak aja, sekarang kamu ikut Bapak." Guru BK yang sering disapa Pak Ucok itu, menepis lalu menarik kasar tangan Rean.

Black Attack | When You Love Someone 🍀Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang