khawatir

1.1K 65 11
                                    

Hari - hari yang dilalui Aisyah sekarang sangatlah berat. Baru saja ia merasakan kebahagiaan akan bertemunya dan menjalin kasih dengan Ari. Tapi sekarang ia dikecewakan olehnya yang kedua kali

Hari ini tepat tiga minggu Ari-nya tidak memberinya kabar. Ia sangat kesal, ia bahkan sempat menyerah. Ia tidak ingin lagi dipermainkan olehnya untuk yang kesekian kalinya. Memang, dalam urusan hati begini, tidak perlu saling menyalahkan. Tapi apakah ia harus tetap saja bertahan meski cintanya tak dapat dipertahankan seperti ini ?

Malam ini, Aisyah memutuskan untuk menginap dirumah Rasyifa agar ia tidak terlalu sedih terus menerus, Rasyifa dengan senang hati mengiyakan permintaan Aisyah. Rasyifa serta Yoriko juga mulai sangat kesal dengan tingkah Aisyah yang semakin hari semakin seperti orang gila. Kerjanya hanya melamun dengan mata yang bengkak serta berkantung, Aisyah juga mulai kurus karena tidak memikirkan kesehatan dan pola makan yang baik

Sekarang, mereka sedang berada di perjalanan menuju rumah Rasyifa
" Eh guys. Gue laper. Cafe dulu kuy " Ajak Yoriko

" Yaudah cus ngeng gue juga laper di pikir pikir " jawab Rasyifa dengan antusias setelah mendengarkan kata makanan

Aisyah yang mendengar percakapan mereka hanya tersenyum, dan bahkan ia tidak berselera. Melihat tingkah Aisyah yang terus saja seperti ini Rasyifa mulai geram sendiri

" Syah lo mau sampai kapan sih gini terus ? Lo ga cape napah nyiksa diri lo sendiri gini ? " tanya Rasyifa dengan nada sedikit meninggi karena kesal

" gue ga laper Cipa kalo gue laper juga pasti makan. Kalian aja ke Cafe gue nunggu di mobil " Jawabnya dengan senyum yang di buat buatnya

" ah serah lo deh. Kita ga tanggung jawab kalo lo kenapa napa " Pasrahnya

" lo kalo ngomong dijaga dong sayang. Setiap ucapan itu adalah doa. Doain yang baik baik kek buat gue " Ucap Aisyah sedikit mencairkan suasana yang mulai panas ini karena ia tahu bahwa Rasyifa akan terus aja mengomel tak jelas

" serah lo deh " Jawab Rasyifa kesal
Karena Aisyah tetap saja tidak ingin masuk ke Cafe, alhasil Rasyifa dan Yori membungkus makanannya

Meskipun mereka kesal dengan sikap Aisyah, mereka tetap saja memesankan Ceker Ayam Pedas kesukaan Aisyah. Mereka berpikir mungkin dengan membelikan makanan ini Aisyah bisa berselera untuk makan

Sesampainya di rumah Rasyifa, mereka langsung saja ke aktivitas mereka masinh masing. Rasyifa juga Yori sibuk dengan makanan mereka yang tadi mereka beli. Sedangkan Aisyah tetap saja tidak berselera meskipun melihat Ceker Ayam Pedas kesukaanya itu, ia malah memutuskan untuk ke Rooftop dengan pandangan kosong melihat kedepan

" kamu disana sedang apa ? Kamu baik baik aja kan ? " Gumamnya parau hingga tak terasa cairan bening yang tadi ia berdung akhirnya meluncur juga dengan bebasnya

Tiba tiba saja Smartphone nya berdering, Aisyah segera melihat siapa yang menelpon nya malam begini, ternyata sang Bunda yang menelponnya. Aisyah pun tersenyum, selalu saja ibunya menelpon tiap malam jika menginap dirumah temannya dengan alasan bundanya khawatir dia tidak bisa tidur. Iapun langsung mengangkat telpon tersebut

" Aisyah. Nak.. Nak... kamu denger bunda kan ? Tolongin bunda nak.. " Ucap sang Bunda dengan suara yang serak seperti sedang menangis

Deg. Hatinya seperti teriris pisau tajam. Mendengar perkataan sang bunda yang sedang menangis

" bunda kenapa ? Tungguin Aisyah. Aisyah sekarang kesana " Ucap Aisyah dengan cemas

" buuun. Buuun.. bunda denger Aisyah ga ? " tiba tiba saja sambungan telepon tersebut terputus.
Ia langsung menjatuhkan Smartphonenya dan langsung ke kamar membawa kunci mobil

" gue pulang. Gue pinjam mobil lo cip " Ucap Aisyah tanpa menunggu sang pemilik mobil mengizinkan ia bergegas keluar dengan langsung menyalakan mobil menuju rumahnya

" Eh lo mau kemana syah ? Ini udah malem " Jawab Rasyifa dengan nada khawatir

Aisyah tak menghiraukan ucapan Rasyifa

Sepanjang perjalanan, suasana hatinya tidak karuan. Ia sangat mengkhawatirkan Ibundanya. Berkali kali ia menelpon nomor bundanya, tetap saja nomornya tidak.dapat dihubungi. Ia menangis sejadi jadinya. Ia menjalankan mobil dengan kecepatan diatas rata rata. Ia tidak peduli dengan keselamatan dirinya sendiri

Yang terpenting sekarang ia ingin bundanya. Ia ingin melihat bundanya. Ia menyesal jika saja ia tidak egois dan lebih mementingkan dirinya sendiri ketimbang bundanya ia pasti tidak akan meminta izin untuk menginap dirumah Rasyifa

Ia sadar bahwa bunda memang tidak ada yang menemani dirumah, Beliau sendirian. Ia terus saja menangis tiada henti. Jika saja terjadi apa apa kepada bundanya, ia tidak akan pernah memaafkan dirinya sendiri

Ia melihat arlojinya, ini sudah menunjukan pukul 11.45 malam. Ah sialnya, Aisyah malah terjebak macet. Ia tidak bisa kemana mana. Ia langsung membanting stir mobil dan bergegas keluar dan meninggalkan mobil tersebut. Ia berlari sekencang kencangnya. Ia tidak peduli dengan kaki yang mulai lecet akibat tergores sepatu yang ia pakai

" Bun tunggu Aisyah " Ucapnya parau

**********

Stay With MeWhere stories live. Discover now