Hadiah

5.3K 490 19
                                    

🛍️

Hari ini, Jiyong bergantian mengurus Alice. Lisa harus terbang ke Jeju dan tidak bisa membawa Alice karena tempat syutingnya bukan ditempat yang pantas Alice datangi. Karena itu, Jiyong yang tengah sibuk dengan persiapan konsernya, harus membawa Alice ke gedung dimana panggungnya berada.

"Sayang, bermain dengan samchon dulu ya? Appa harus bekerja," pinta Jiyong, hendak menurunkan Alice dari gendongannya namun gadis itu menolak, masih kesal karena ditinggal eommanya pergi jauh. "Tapi appa harus bekerja sayang? Hm? Hanya sebentar," pinta Jiyong sekali lagi, dan Alice menolaknya sekali lagi. Gadis kecil itu memeluk Jiyong dengan sangat erat, enggan untuk di turunkan.

Jiyong tidak punya pilihan lain, selain tetap menggendong putrinya sembari mengecek segala keperluan konser. Dan satu-satunya yang dapat Jiyong syukuri adalah putrinya yang hanya diam dan memeluknya, sama sekali tidak bicara apalagi merengek.

"Alice mengantuk?" tanya Jiyong dan seperti biasanya, setiap kali ditanya begitu Alice hanya menggeleng. "Mau tidur di ruang ganti? Appa temani," tawar Jiyong yang sedikit gugup karena putrinya sedang badmood. Takut-takut Alice mulai merengek dan menangis, kemudian ia tidak bisa mengendalikannya.

"Ne..." jawab gadis kecil itu dengan wajah cemberutnya.

"Hyung tolong handle disini dulu ya," pinta Jiyong pada Seunghyun sembari melirik Alice.

"Aigoo... kenapa Alice diam saja? Ingin bermain dengan samchon?" tanya Seunghyun sembari mencubit pelan pipi bulat Alice. Namun gadis kecil itu justru berteriak, menyingkirkan tangan Seunghyun dengan wajah marahnya.

"Anniyo!! Pergi!!" omel gadis kecil itu dengan suara nyaringnya, memukul tangan Seunghyun dengan tangan kecilnya dan memeluk Jiyong, menyembunyikan wajahnya di lekukan leher Jiyong.

"Aigoo... arraseo arraseo, Seunghyun samchon tidak akan mengganggumu, jangan menangis," ucap Jiyong sembari mengelus punggung putrinya, menepuk-nepuknya pelan dan menatap Seunghyun dengan tatapan memelas kemudian membawa Alice pergi keruang ganti. Alice jauh lebih menyebalkan dibanding Lisa ketika moodnya sedang jelek. Yang Alice lakukan memang hanya menangis dan menjerit, tidak seperti ibunya yang akan pergi berjalan jalan entah kemana, namun bagi Jiyong, putrinya itu lebih sulit dihadapi karena putri kecilnya itu tidak bisa memberitaunya mengenai alasan dan solusi atas mood jeleknya. Bahkan Jiyong ragu kalau Alice sendiri mengetahui penyebab kemarahannya.

"Alice ingin sesuatu?" tanya Jiyong, berlutut diatas lantai dan mengelus poni gadis kecilnya yang berbaring di atas sofa, berbantalkan sebuah bantal boneka kecil.

"Eomma..."

"Tapi eomma sedang bekerja sayang, besok pagi eomma akan pulang, hari ini Alice bersama appa dulu, ya?"

"Tapi Alice ingin ikut bersama eomma..."

"Alice tidak ingin bersama appa saja??"

"Ingin bersama eomma dan appa..."

"Hm... kalau Alice jadi anak baik sekarang, besok pagi eomma akan datang, lalu appa dan eomma akan mengajak Alice bermain game di mall, bagaimana?"

"Jinjja??"

"Hm... tentu saja..."

"Appa janji?"

"Janji,"

"Baiklah..." Alice memutar tubuhnya, memunggungi Jiyong dan menggambar dengan jari telunjuknya diatas permukaan sofa bludru yang jadi tempat tidurnya, masih merajuk dengan wajah cemberutnya.

"Hei, kenapa masih marah? Appa sudah berjanji," tegur Jiyong, menarik tubuh kecil gadis itu dan memutar kembali posisinya, membuat Alice melihatnya lagi

ALICE [Repost]Where stories live. Discover now