6

681 102 2
                                    

"Baek, mau kemana?" Haera yang baru keluar kamarnya langsung bergegas mengikuti Baekhyun yang menuruni tangga sembari memakai topi baseball-nya.

"Mau ke supermarket," Baekhyun menjawab tanpa menoleh ke arah Haera.

Haera menarik lengan Baekhyun dan membuatnya berbalik, "Mau ikut," Ia berusaha mengeluarkan mimik imutnya di depan Baekhyun.

"Aish, gak usah sok imut gitu deh lo."

Haera mengerucutkan bibirnya karena kesal usahanya tidak berhasil, "Tapi mau ikut."

"Gak, gak usah. Nanti lo nyusahin. Udah ah, gue mau jalan," Baekhyun melepaskan tangan Haera dan membuka pintu.

Haera mengangkat dagunya sembari menyilangkan tangannya di depan dada, "Emang lo tahu harus beli apa? Seinget gue kan lo punya restoran tapi gak bisa masak dan gak tahu bumbu, yang lo tahu cuma makan," Nada bicara Haera sedikit dibuat-buat agar terdengar menyindir dan ia berhasil membuat Baekhyun menyipitkan mata ke arahnya.

"Ya udah, nanti gue beli semuanya aja, sekalian buat stok."

Haera menyunggingkan senyum sebelah sudut bibirnya, "Lo yakin? Tukang masak lo ini bisa bikin lo lebih irit tanpa harus beli semua bahan, yakin nih gak mau diajak?" Baekhyun tidak membalas, ia terlihat berpikir, "Gue janji gak akan nyusahin, gue bakal-kalem."

Baekhyun melirik ke arah Haera sekilas, "Ya udah, lima menit gue tunggu di mobil. Kalau gak, gue tinggal," Ia langsung menghilang di balik pintu, meninggalkan Haera yang berteriak kegirangan.

Black pearl Hyundai Soneta Baekhyun melaju keluar komplek dengan mulus, sementara Haera yang sudah menyilangkan kakinya sibuk mencari saluran radio yang mendendangkan lagu favorite-nya.

Baekhyun melirik sekilas Haera yang kini tampak asyik bersenandung sembari melihat situasi jalanan dari kaca jendela, "Lo ga bisa duduknya rapih sedikit?"

"Kenapa?" Haera melihat kakinya yang terlipat di atas jok, "Sepatu gue bersih kok."

"Bukan soal bersih, nanti lo pegel. Sirkulasi darah di kaki lo jadi gak lancar."

Haera tidak bisa menyembunyikan tawanya, "Perhatian nih ceritanya? Haha," Baekhyun hanya melirik sinis Haera, merasa salah ucap, "By the way, maaf soal semalem. Ternyata gue muntah terus kena baju lo juga. Tapi baju lo udah gue cuci kok tadi pagi. Gue jamin gak ada bau yang tertinggal!" Ia tersenyum bangga pada dirinya sendiri.

"Hmm."

Mereka sudah memasuki supermarket dan Baekhyun mengambil trolley sembari mengikuti Haera, "Karena gue yang masak, jadi gue yang milih. Lo pecinta segala, kan?"

"Kecuali timun."

Haera mencebik asal, "Lo kayak cewek, gak suka timun takut becek, bukan?"

"Becek? Maksudnya?"

Haera tertawa puas mendengar pertanyaan Baekhyun, "Lo gak ngerti maksud gue becek? Lo polos banget asli, pasti belom pernah ngapa-ngapain cewek, ya?" Ia mencolek bahu Baekhyun jahil.

Wajah Baekhyun mendadak memerah saat menyadari arah pembicaraan Haera, air mukanya sudah seperti kepiting rebus, "Yak, Kim Haera!" Haera berhasil kabur sesaat sebelum Baekhyun bersiap menjitak kepalanya.

Haera memilah bahan makanan dengan teliti. Mulai dari warna, tekstur, kesegaran, tanggal kadaluarsa, hingga isi kandungannya. Mulai dari telur, sayur-mayur, lauk-pauk, buah-buahan, hingga sereal. Baekhyun yang mengekori di belakangnya sembari mendorong kereta barang tidak menyangka bahwa Haera bisa seteliti itu dalam urusan dapur. Ia hanya tahu Haera pandai memasak, hanya itu. Selama ini yang membeli bahan makanan selalu Bibi Jung, jadi ini pertama kalinya Baekhyun melihat Haera berbelanja kebutuhan di rumahnya.

"Baek, gue boleh jajan?" Haera bertanya pada Baekhyun yang sedang melihat-lihat susu kotak di seberang rak yang Haera datangi. Ia mengangkat kotak coklat bergambar beberapa stik, "Mau ini."

"Katanya gak akan nyusahin, sekarang malah banyak maunya."

"Aish, ya udah kalau gak boleh, gak usah bawel," Haera memajukan bibirnya kesal dan menaruh lagi kotak coklat tersebut, berlalu menuju rak lain.

Ponsel di dalam tas selempang Haera mendadak bergetar. Ia mengambil dan mengangkatnya sembari melihat sebuah snack, "Hallo."

"Eh? Ini nomor Baekhyun, kan?"Sebuah suara tebal dengan riak kasar mendominasi pendengaran Haera.

Haera spontan menengok ke arah Baekhyun yang sudah kembali fokus dengan kotak susu yang dipegangnya, "Ooh, iya. Mau bicara sama Baekhyun?"

"Iya, ada?"

"Sebentar."

"T-Tunggu, ini Haera?"

Haera menggernyitkan keningnya, "I-iya."

"Ya, ampun. Gue Chanyeol, Ra!"

"Chanyeol?" Haera menggigit bibirnya, matanya berkeliling kesana kemari seolah mencari sesuatu, "Oh, Chanyeol yang di bar! Sorry baru inget, hehe."

"Siapa, Ra?" Baekhyun yang tanpa Haera sadari sudah berdiri di sampingnya dan menaikan kedua alisnya.

Haera memperlihatkan layar ponselnya ke Baekhyun, "Chanyeol. Dia temen lo?"

Mata Baekhyun membulat dan langsung menyambar ponselnya, "Si kampret, ada apaan?" Baekhyun berjalan menjauhi Haera bersama trolley-nya.

"Kok yang angkat telfon lo Haera, sih? Sejak kapan dia jadi asisten lo?"

"Sejak negara api menyerang," Baekhyun menghela nafasnya pendek, "Gue kasih HP gue ke dia biar gampang dihubungi. Jadi lo gak usah nelfon ke nomor ini lagi. Nanti gue WhatsApp deh pake nomor baru."

Baekhyun bisa mendengar tawa geli Chanyeol di seberang sambungan, "Tapi, kayaknya gue malah akan ngehubungin ke nomor ini terus, hahaha."

"Ngapain?"

"Lo gak inget kalau semalem lo udah bolehin gue buat memantaskan dia? Itu juga alasan kenapa sekarang gue nelfon lo, tapi sekarang berarti gue udah punya kontaknya, hahaha. Lo bener-bener memudahkan gue, Baek."

Baekhyun mematung, ia mengingat ucapannya tadi malam, "Hmm. Yeol, gue mau bayar ke kasir dulu. Nanti gue hubungin lo," Baekhyun memutus sambungan sepihak tanpa menunggu respon dari Chanyeol. Ia merasa ada sengatan listrik yang menjalar di seluruh nadinya, membuat ia terbangun dari kebodohannya.

***

해라

BREATHE | book 1 of 3Where stories live. Discover now