prolog

66.8K 6.6K 754
                                    












Ia meronggoh kantung celananya mengambil secarik kertas yang tadi ia sobek dari bukunya. Lalu, Kertas itu sengaja ia selipkan di meja kasir selagi pemiliknya menyajikan minuman di belakang sana. Dirasa ia menaruh di tempat yang pas, buru-buru ia kembali lagi ke kursi dimana tempat teman-temannya berada di sana.

Setelah kembali duduk bersama teman-temannya. Pandangan Jungwoo tak terlepas dari perempuan yang asyik melayani para pelangan. Kemudian tersenyum simpul.

" Wu? Dengerin gue ga sih? ", ujar salah satu dari tiga teman perempuannya.

" Ha? Kenapa-kenapa?", tanya Jungwoo mengernyitkan dahinya.

" Lo enggak denger omongan gue? ", tanya Dahyun.

" Jadi gini, kita..... ",

Jungwoo tak lagi mendengarkan pembicaraan Dahyun. Pasalnya Pandangannya kembali ia alihkan ke tempat semula. Di mana gadis manis itu sekarang tengah membaca kertas yang ia selipkan tadi di meja kasir.

Jantungnya mendadak berpacu lebih cepat dari biasanya dan semakin cepat kala gadis itu membuka kertas dan siap membacanya. Namun, senyum simpulnya tetap terpapang di wajah tampannya.












Kamu memang tak se-cantik bulan
Kamu memang tak se-indah hamparan awan
Kendati, kamu mandiri seperti Bintang.
Yang memancarkan cahaya-nya sendiri tanpa bantuan matahari.

10-21-14-7-23-15-15.











Ini sudah yang ke-tujuh kalinya, gadis itu menerima kertas puisi dengan inisial 10-21-14-7-23-15-15. Ia sudah mencoba menerka ada apa di balik angka tersebut. Nyatanya otak gadis itu tak bisa memahami apapun.

" Na... Ngelamun? Itu ada pelanggan?", kata Ibunya dari arah belakang sambil membawa gelas-gelas. Buru-buru Yana menaruh kertas tersebut di saku bajunya.

" Ah, maaf? Pesan apa ya Kak? ",

" mocca satu sama... ",












ANAK STM || Jungwoo √Donde viven las historias. Descúbrelo ahora